Anda di halaman 1dari 11

Obat Vasodilator dan Digitalis

Oleh : Kelompok C6
Wilda Ardiani 10.2008.152
Rosalita 10.2008153
Samuel W.A 10.2008154
Shinta Prinastu W. 10.2008.155
Shelvy Tucunan 10.2008.156
Yuliyati Magi Bora 10.2008.157

1. Pendahuluan
Dalam blok kardiovaskular ini akan dilakukan percobaan terhadap obat-obat yang dapat
digunakan untuk membantu kerja jantung. Pada praktikum kali ini akan dilakukan
pengamatan terhadap obat vasodilator pada orang percobaan dan digitalos pada jantung
kodok. Kemudian akan diamati efek-efek obat tersebut terhadap orang percobaan dan kodok.
Vasodilator
Obat vasodilator adalah golongan obat yang telah terbukti dapat menyebabkan
peningkatan diameter vaskuler baik sistim arteri ataupun vena melalui mekanisme
relaksasi otot polos vaskuler.
Digitalis
Digitalis merupakan golongan glikosida jantung. Saat ini hanya digoksin yang dipakai
untuk terapi gagal jantung. Efek digoksin pada gagal jantung : inotropik positif,
kronotropik negative (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada takikardia atau
fibrilasi atrium), mengurangi aktivasi saraf simpatis.

2. Sasaran belajar
1. menjelaskan perbedaan mula kerja dan lama kerja berbagai obat vasodilator
2. menjelaskan dan menggamati efek vasodilator kerja sedang (isosrbid dinitrat, secara
sublingual) dan kerja lambat (nitrogliserin, secara oral)
3. menjelaskan farmakodinamik obat-obat vasodilator
4. menjelaskan efek farmakodinamik digitalis terhadap frekuensi denyut atrium ddan
ventrikel, interval denyut atrium dan ventrikel, dan kekuatan kontraksi atrium dan
ventrikel. (efek kronotropik, inotropik, dan kromotropik), dan mengamatinya paada
jantung kodok.
5. Menjelaskan dan memperhatikan dan mengamati efek toksik dan letal digitalis
6. Memahami pengertian kecilnya margin of safety (perbedaaan antara dosis teraupetik
dan dosis letal) digitalis dan implikasi klinisnya.

3. Teori singkat
Beberapa obat yang dipakai dalam percobaan ini antara lain nitrat organik, preparatnya ialah
isosorbid dinitrat,nitrogliserin oral dan digitalis.
Nitrat organik
Nitrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan cara
mempengaruhi tonus vascular. Nitrat organik menimbulkan vasodilatasi semua sistem
vaskular. Pada dosis rendah nitrat organik menimbulkaan venodilatasi sehingga terjadi
pengumpulaan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus. Venous pooling ini
menyebabkan berkurangnya alir balik darah ke dalam jantung sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dan kanan (preload) menurun. Dengan cara ini, maka kebutuhan oksigen miokard
akan menurun. Menghilangnya gejala angina pectoris pada pemberian nitrat organik diduga
karena menurunkan kerja jantung dan perbaikan sirkulasi koroner.
Nitrat organik diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual dan oral. Efek
metabolism lintas pertama di hati menyebabkan bioavaibilitas nitrat organik sangat kecil
(nitrogliserin dan isosorbid dinitrat <20%), oleh karena itu dibuat preparat sublingual.
Sediaan nitrat organik kerja singkat :
a) alminitrit inhalasi 0.18-0.3 mL (3-5 menit)
b) preparat sublingual : - nitrogliserin 0.15-0.6 mg (10-30 menit)
- isosorbit dinitrat 2.5-5 mg (10-60 menit)
- eritril tetranitrat 5-10 mg
Sediaan nitrat organik kerja lama
a) preparat oral : - isosorbid dinitrat biasa lepas lambat 10-60 mg (4-6 jam)
- isosorbid mononitrat biasa lepas lambat 10-60 mg (6-10 jam)
- nitrogliserin 6.5-13 mg (6-8 jam)
- eritritol tetranitrat 10 mg
- pentaeritritol tetranitrat 10-20 mg
b) preparat nitrogliserin 2% (4-6 jam)
c) preparat transdermal nitrogliserin : lepas lambat 10-25 mg (8-10 jam)
d) preparat lepas lambat, bukal nitrogliserin 1-2 mg (3-6 jam)
e) intravena nitroglisserin 5-10 mg
Efek samping nitrat organik pada awal terapi sering ditemukan sakit kepala, flushing karena
dilatasi arteri serebral. Karena kapasitas vena meningkat, dapat terjadi hipotensi ortostatik dan
sinkop. Penghentian obat secara mendadak dapat menimbulkan gejala rebound angina.
Penggunaan nitrat organik dikontraindikasikan padaa pasien yang mendapat sildenafil.
Nitrat organik diindikasikan untuk angina pektoris, mengurasi luaas permukaan infark jantung,
dan gagal jantung kongestif.

Glikosida jantung (Lih. lampiran)


Sediaan alami digitalis dibagi menjadi 3:
-tinktura digitalis
-infus digitalis
-ekstrak digitalis
Namun setelah ditemukannya glikosida jantung murni maka digitalis alami ini sudah mulai
ditinggalkan. Pada kadar terapi digitalis(digoksin) meningkatkan tonus vagal dan mengurangi
aktivitas simpatis di nodus SA dan AV, sehingga dapat menimbullkan bradikardia sinus sampai
henti jantung dan perpanjangan konduksi AV sampai meningkatnya blok AV. Dan dosis dari
digitalis ini sebaiknnya dipertahankan karena tingginya kadar digitalis(digoksin) maka akan
menyebabkan risiko kematian. Karena digitalis(digoksin) ini memiliki efek yang dapat meracuni
jantung sehingga dapat menyebabkan kelainan sebagai berikut:
-ekstrasistol
-fibrilasi atrium
-fibrilasi ventrikel
-blok SA
-blok AV
Digoksin sekarang hanya diindikasikan untuk pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium,
pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang masih simptomatik terutama uyang disertai
takikardia meskipun telah mendapat terapi maksimal dengan penghambat ACE dan β-bloker. Hal
ini disebabkan karena pada digoksin dapat memperlambat kecepatan ventrikel (akibat hambatan
pada nodus AV), sedangkan pada digoksin tidak mengurangi mortalitas. Sebaiknya digoksi
dipertahankan < 1 ng/mL karena pada kaddar yang lebih tinggi resiko kematian meningkat.
Prinsip efek farmakologik digitalis ialah meningkatkan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi denyut jantung. Efek ini menyebabkan curah jantung meningkat, desakan vena
sentralis menurun dan ruangan jantung mengecil. Dengan membaiknya sirkulasi terjadi diuresis
(preload menurun) sehingga curah sekuncup meningkat.

4. Cara kerja
Percobaan vasodilator oral dan sublingual
Dua orang percobaan dari masing-masing kelompok yang telah mempersiapkan diri tidak
makan 4 jam sebelum percobaan, berbaring di atas meja laboratorium dengan tenang.
Lakukan pengukuran parameter basal, denyut jantung/nadi, frekuensi nafas dan suhu kulit
sebanyak 2 kali dengan interval 5 menit dan hitung rata-ratanya.
Jika pengamatan parameter telah selesai mintalah obat vasodilator pada instruktur, serta
perhatikan baik-baik cara penggunaannya apakah harus ditaruh dibawah lidah (sublingual)
atau ditelan dengan segelas air. Jangan tertukar.
Lakukan pengamatan parameter diatas untuk orang percobaan:
a. yang mendapat obat sublingual, dilakukan tiap 3 menit salama ½ jam.
b. yang mendapat obat oral, dilakukan tiap 15 menit selama 2 jam atau bila parameter telah
kembali ke nilai basal.
Tanyakan gejala-gejala apa yang dirasakan oleh orang percobaan selama percobaan dan 24
jam setelahnya.
Bandingkan data-data yang diperoleh kelompok lain, apakah ada beda mula kerja, lama kerja
dari masing-masing obat vasodilator yang diberikan.

Percobaan digitalis pada kodok


Bahan dan alat :
- Hewan coba: kodok

- Alat-alat: tempat fiksasi kodok,jarum pentul,gunting anatomis dan


chirurgis,pinset,semprit tuberkulin
- Bahan: uretran 10% dan ringer laktat
- Obat:tinktura digitalis 10%

Cara kerja :
- Pilih satu kodok untuk satu kelompok,suntikan ke dalam saccus lymphaticus dorsalis
laruta uretran 10-20% sebanyak 2 ml
- Bila sudah terjadi anestesi pada kodok, fiksasilah kodok pada papan fiksasi dengan posisi
terlentang,dengan kaki dan tangan terfiksasi dengan jarum pentul
- Bukalah toraks kodok dimulai dengan kulit,dilanjutkan dengan lapisan dibawahnya
dengan irisan berbentuk V,dimulai dari bawah prosesus ensiformis ke lateral,sampai
jantng terlihat jelas dan hindari tindakan yang menyebabkan banyak pendarahan
- Kemudian singkirkan perikardium dari jantung katak yang berwarna perak
- Sekarang jantung tampak utuh kemudian teteskan ringer laktat untuk membasahi jantung
- Tetapkan frekuensi denyut jantung per-menit sebanyak 3 kali,dan ambil rata-ratanya
- Teteskan larutan tinktura digitalis 10% dengan tetesan kecil melalui semprit tuberkulin
dan hitung frekuensi denyut jantung setiap 2 menit dan hitung frekuensi denyut jantunya
tiap selesai meneteskan dgitalis.
- Pelajarilah perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus jantung (sistol-diastol) dan
perubahan warna jantung. Pemberian digitalis akan menyebabkan penurunan frekuensi
jantung, ventrikel akan berwarna lebih merah pada saat diastol dan menjadi lebih putih
pada saat sistol, serta amati juga interval A-V yang makin besar. Hal-hal tadi sesuai
dengan efek terapi digitalis pada manusia. Penetesan digitalis diteruskan tiap 2 menit,
sampai terjadi keadaan keracunan yang teramati sebagai terjadinya hambatan jantung
parsial, disusul terjadinya hambatan mutlak dan berakhir dengan berhentinya denyut
ventrikel, biasanya dalam keadaan sistol (asistole).
- Tentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa di rangsang
dengan rangsangan mekanis, yaitu dengan menyentuh permukaannya dengan pinset.
- Buatlah catatan dari seluruh pengamatan tadi, dan buatlah kurva yang menggambarkan
hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan jumlah tetesan digitalis yang dipakai.

5. Hasil pengamatan
1. Isosorbid dinitrat sublingual (OP : Rosalita)
Pengukuran basal : TD : 110/70
Nadi : 66x
Suhu : 35,02 ◦C
Napas : 18x/menit
Tabel 5.1
Tand I II III IV V VI VII VIII IX X
a
vital
TD 110/6 100/7 90/70 90/65 100/7 100/7 100/7 100/6 100/6 100/7
0 0 0 0 0 5 5 0
Nadi 80x 82x 86x 82x 74x 80x 80x 80x 80x 80x
Suhu 34,26 33,84 34,08 33,98 34,24 34,05 34,54 34,75 35,83 35,16
Napa 20/mn 20/mn 22/mn 20/mn 16/mn 18/mn 18/mn 18/mn 16/mn 18/mn
s t t t t t t t t t t

2. Nitrogliserin oral (OP : Yuliyati Magi Bora)


Pengukuran basal : TD : 110/70
Nadi : 60x
Suhu : 35,59 ◦C
Napas : 20x/menit
Tabel 5.2
Tanda vital I II III IV V VI
TD 90/60 80/60 80/60 90/60 100/70 100/70
Nadi 64x 60x 64x 58x 60x 80x
Suhu 35,37 35,29 35,37 35,7 35,7 34,05
Napas 28/mnt 28/mnt 28/mnt 30/mnt 32/mnt 32/mnt

3. Efek digitalis pada jantung kodok


1. frekuensi denyut jantung /menit
tabel 5.3
Waktu Frekuensi denyut jantung

Menit I 39 kali

Menit II 42 kali

Menit III 40 kali

Rata-rata 40,33 ( 40 kali)

2. frekuensi denyut jantung setelah penetesan larutan tinktura digitalis 10% tiap 2 menit.
Tabel 5.4
Waktu Frekuensi denyut Keterangan

2 menit I 76 kali

2 menit II 61 kali

2 menit III 60 kali

2 menit IV 55 kali

2 menit V 45 kali Terjadi Hambatan parsial

2 menit VI 41 kali

2 menit VII 37 kali

2 menit VIII 31 kali

2 menit IX 27 kali

2 menit X 24 kali

2 menit XI 21 kali

2 menit XII 18 kali

2 menit XIII 12 kali

2 menit XIV 9 kali

2 menit XV 5 kali Dengan rangsangan


mekanik

2 menit XVI 3 kali Lalu terjadi hambatan total


6. Pembahasan
1. Pada pengamatan pemberian isosorbid dinitrat pada OP, mula-mula dilakukan pengukuran basal
yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, suhu dan frekuensi napas. Kemudian OP diberi isosorbid
dinitrat secara sublingual yaitu dengan cara ditaruh di bawah lidah. Pengaamatan tanda vital
dilakukan setiap interval 3 menit selama 30 menit sehingga di dapatkan 10 kali pengukuran
sebagai parameter perbandingan mula kerja dan lama kerja isosorbid dinitrat. Berdasarkan
golongannnya, isosorbid dinitrat merupakan vasodilator kerja sedang yang efeknya dapat
dijelaskan pada tabel. Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada 3 menit pertama terjadi penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuensi denyut nadi, penurunan suhu, dan peningkatan frekuensi
napas. Penurunan tekanan darah secara signifikaan dapat dilihat pada 3 menit keempat atau 12
menit setelah pemberian obat yaitu pada 90/65 mmHg. Tekanan darah mulai kembali normal
setelahnya, begitu pula diikuti parameter vital lainnya yang berangsur-angsur kembali ke keadaan
normal. Hal ini membuktikan bahwa isosorbid dinitrat merupakan suatu vasodilator dengan mula
kerja sedang daan lama kerja yang sedang pula. Efek vasodilatasi sekitar 30 menit walaupun
tanda vital OP tidak sepenuhnya kembali ke keadaan basal. Pada pengakuan OP, efek obat ini
memberikan rasa sakit kepala dan hal ini diduga karena terjadinya hipotensi ortostatik, yang akan
membaik bila diberikan paracetamol. Pada OP juga ditemukan flushing pada wajah karena efek
dilatasi arteri serebral
2. Pada pengamatan pemberian nitrogliserin oral pada OP, mula-mula dilakukan pengukuran basal
yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, suhu dan frekuensi napas. OP diminta untuk menelan
nitrogliserin oral dengan segelas air kemudian berbaring selama 15 menit daan kembali dilakukan
pengukuran. Pengukuran dilakukan setiap 15 menit mengingat nitrogliserin oral adalah obat
vasodilator mula kerja lambat. Penurunan darah secara signifikan ditemukan pada 15 menit kedua
yaitu pada 30 menit setelah pemberian obat yaitu 80/60 mmHg, namun tidak ada perubahan
mencolok dari tanda vital lainnya kecuali peningkaatan frekuensi napas yang meningkat pada
pengukuran di menit ke 90. Tekanan darah OP tidak sepenuhnya kembali normal menurut
pengakuannya bahwa ia merasakan sakit kepala dan terasa berat serta pandangannya kabur. Dari
tabel 5.2 dapat dilihat parameter pengukuran yang menandakan bahwa nitrogliserin adalah
vasodilator dengan mula kerja lambat dan lama kerja yang lambat pula.
3. Pada pengamatan efek digitalis pada kodok dengan meneteskan larutan tinktura digitalis 10%.
Mulanya kodok di anestesi dan diukur keadaaan vitalnya sebagai parameter basal. Kemudian
dapat dilihat kerja digitalis pada jantung kodok pada 2 menit pemberian pertama terjadi
peningkatan frekuensi denyut jantung hampir dua kali lipat dari keadaan basal. Penetesan
dilakukan setiap 2 menit dan didapatkan penurunan frekuensi denyut jantung yang semakin lama
semakin berkurang. Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada keterangan, pada 2 menit kelima atau
pada 10 menit penetesan terjadi hambatan parsial pada jantung kodok yang menyebabkan irama
jantung menjadi tidak normal dan interval A-V menjadi lebih besar. Semakin ditetesi dengan
larutan digitalis terjaadi penurunan frekuensi jantung yang signifikan sampai padaa rangsangan
mekanik denyut jantung hanya 5 kali sampai pada menit ke-32 jantung hanya berdenyut 3 kali
selanjutnya terjadi hambatan total dan kodok pun mati. Dapat dilihat penurunan frekuensi denyut
jantung pada grafik (Lih. Lampiran) yang sampai akhirnya denyut berhenti total. akhirnya Hal ini
dapat membuktikan bahwa digitalis dapat meningkatkan kontraktilitas jantung namun pada dosis
yang ditingkatkan dapat menjadi toksik karena adanya hambatan atau blok AV yang ditimbulkan
olehnya. Jadi pemberian dosis digitalis harus dipertahankan kadarnya.

7. Kesimpulan
Obat vasodilator merupakan obat yang dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat
digunakan pada keadaan seperti angina pektoris. Isosorbid dinitrat merupakan obat vasodilator
kerja sedang dan nitrogliserin oral merupakan obat vasodilator kerja lambat. Efek samping
dari obat vasodilator tersebut yang paling jelas adalah rasa sakit kepala karena penurunan
tekanaan darah.
Digitalis merupakan glikosida jantung yang dapat diindikasikan pada gagal jantung karena
efeknya yang meningkatkan kontraktilitas jantung. Namun oleh karena efeknya yang toksik
pada kadar tertentu, harus diperhatikan pemberian dosisnya karena dapat menyebabkan blok
AV yang dapat menyebabkan kematian.
Lampiran

80

70 Chart Title
60

50

40

30
Series 3
20

10

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LAPORAN PRAKTIKUM
Obat Vasodilator dan Digitalis

Kelompok C6
Wilda Ardiani 10.2008.152
Rosalita 10.2008153
Samuel W.A 10.2008154
Shinta Prinastu W. 10.2008.155
Shelvy Tucunan 10.2008.156
Yuliyati Magi Bora 10.2008.157

Anda mungkin juga menyukai