Anda di halaman 1dari 27

January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

BOTOL BERISI CAMPURAN DARAH DAN JARINGAN HASIL SUCTION


DAN TIGA PEREMPUAN YANG DIDUGA MELAKUKAN
PENGGUGURAN KANDUNGAN

A. PENDAHULUAN
Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan) yakni
abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah
yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang
disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. Abortus buatan, jika
ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni :
a. Abortus buatan legal, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-
cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus
therapeuticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu1.
b. Abortus buatan illegal, yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan / menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta
tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus
golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis, karena di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan1.

B. PANDANGAN UMUM TENTANG ABORTUS BUATAN


Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial dan ekonomi
memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus buatan. Ahli agama
melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan adalah
perbuatan dosa. Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak
dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.

1
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun jika
berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat memahami
dilakukannya abortus buatan. Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya
setiap negara memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus buatan meskipun
pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak1.
Lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam
kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor
23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan
medis tertentu. Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat
merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan legal yang dibenarkan
undang-undang. Bagaimanakah abortus buatan legal dan ilegal, dikaitkan dengan proses
pembuktiannya (penyidikan)?. Inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.

C. ABORTUS
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat
(hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran
prematur1.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah
pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

2
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous


abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.

ABORTUS SPONTANEA
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
 Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada abortus imminen terdapat bercak perdarahan yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. Pada abortus imminen dapat teerjadi perdarahan pervaginam
pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
Etiologinya dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor
yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan
monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen
akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol 2. kelainan pada plasenta, misalnya
endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3. faktor maternal seperti pneumonia,
typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4. kelainan traktus genetalia, seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan
kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20
minggu 2.
 Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
 Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
 Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

ABORTUS PROVOKATUS
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi

3
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi
dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:
(1) Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, adalah abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
e. Prosedur tidak dirahasiakan.
f. Dokumen medik harus lengkap.

(2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu.

D. PENYEBAB ABORTUS
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-
ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan
pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran
sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak
dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat

4
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada
remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai
menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu. Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas,
lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
4. Riwayat Kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi
pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn -
Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.

Maternal
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
 Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
 Infeksi kronis

5
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung,
toxemia gravidarum, gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, trauma fisik.
 Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.

Penyebab dari segi Janin


1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus


 Abortus Provokatus Medisinalis
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada
tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik
dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia
gravidarum yang berat.

6
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai


komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini,
sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

 Abortus Provokatus Kriminalis


Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.

 Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis


Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:
1. Wanita bersangkutan.
2. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
3. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.

 Akibat Abortus Provokatus Kriminalis


a. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
 Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan

7
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi
ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu,
penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan
segera.
 Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada
serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat
yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
 Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi
harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya
kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa
jaringan tidak begitu lembut lagi.
 Perdarahan
Pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu,
dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
 Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar.
Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga
menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi
pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila
larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan
menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan,

8
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian


prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.

b. Komplikasi yang dapat timbul pada janin


sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun
bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar
mengalami cacat fisik.

Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.

Cara – cara abortus provokatus kriminalis


 Kekerasan Mekanik Umum
a. Latihan olahraga berlebihan
b. Naik kuda berlebihan
c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
d. Tekanan / trauma pada abdomen
Wanita cemas akan kehilangan kehamilannya karena olah raga yang berlebih dan mungkin
kekerasan yang berpengaruh terhadap janinnya. Aktivitas hiruk pikuk, mengendarai kuda
biasanya tidak efektif dan beberapa wanita mencari kekerasan dari suaminya. Meninju dan
menendang perut sudah umum dan kematian akibat ruptur organ dalam seperti hati, limpa atau
pencernaan, telah banyak dilaporkan. Ironisnya, uterus biasanya masih dalam kondisi baik.

 Kekerasan Mekanik Lokal


a. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
b. Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan
kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
c. Alat untuk memasang IUD
d. Alat yang dapat dilalui arus listrik
e. Aspirasi jarum suntik

9
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis
walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter
yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan
abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan
masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka
secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan
dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari
pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka
menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan
mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin
kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering
digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks
di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus
bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks
dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping.
Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha
mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati
saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity.
Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau
uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis
dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit.
Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat
membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan
vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest.
Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada
orang yang melakukan abortus kriminalis.

 Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan / Bahan-bahan yang Bekerja pada Uterus

10
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak
digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan
beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri
klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya
sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik
mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah
zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus
dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada
vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal.
Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat
membahayakan janin.
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain:
a. Emmenagogum yaitu obat untuk melancarkan haid. Cara kerjanya: indirect congesti +
engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan. Direct: Bekerja
langsung pada uterus/saraf motorik uterus, misal: Aloe, Cantharides (racun irritant),
Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
b. Purgativa / Emetica: obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract. Misalnya Colocynth:
Aloe Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
c. Ecbolica: menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine,
Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot: merangsang alpha 1
receptor pada uterus sehingga kontraksi uterus yang kuat dan lama.
d. Garam dari logam: biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan
keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal :
Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride.

Teknik-Teknik Aborsi pada klinik aborsi:


a. Dilatasi Dan kuret (D & C)
b. MR (Kuret dengan penyedotan)
c. Peracunan dengan menyuntikan larutan garam pekat
d. Penguguran dengan mengunakan kimia protaglandin
e. Operasi bedah kaisar/histerotomi

11
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

f. D&X (Intact dilatation & extraction =partial birth abortion)

E. ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL


Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal2,3. Menurut KUHP, aborsi merupakan:
 Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan
yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
 Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai
arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
Tindakan aborsi yang dibenarkan oleh undang-undang sampai saat ini, yaitu sebagaimana
termuat dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 15, hanya dalam keadaan darurat
sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil. Dan ini pun hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk ini, serta berdasarkan pertimbangan
tim ahli, dan harus ada persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya,
dan harus dilakukan di sarana kesehatan tertentu (rumah sakit).
Tindakan aborsi atas indikasi-indikasi lain seperti sosial, humaniten dan eugenetik, seperti di
negara-negara lain, yang bukan hanya untuk menolong si ibu, melainkan juga dengan
pertimbangan demi keselamatan si anak, baik jasmaniah maupun rohaniyahnya, sampai saat ini
di Indonesia belum ada undang-undangnya. Memang dengan alasan kemajuan dalam bidang
diagnostik prenatal, dengan dapat ditemukannya berbagai penyakit bawaan yang berat dan
penyakit genetik yang tidak memungkinkan bayinya dapat hidup normal, sudah banyak tuntutan
untuk dibuat undang-undang yang memperbolehkan dilakukannya tindakan aborsi dengan
indikasi yang lebih luas.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347

12
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun2.

Pasal 348
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun2.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal
346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan2.

Pasal 299
(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu
kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan atau juru-obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, maka
haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

Pasal 535
Barangsiapa terang-terangan mempertunjukkan sesuatu sarana untuk menggugurkan
kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara

13
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,
sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.

Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah2,3.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat
yang ditetapkan oleh menteri;
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

14
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Penjelasan Pasal 77
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan
perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional,
tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.

Pasal 15 Undang-Undang No.23 Tahun 1992


(1) Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang
karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
(2) Butir a:
Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis
tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya
maut.
Butir b:
Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c:

15
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari
suami atau keluarganya.
Butir d:
Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
(3) Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga
kesehaan mempunyai keahlian dan kewenangan, bentuk persetujuan, dan sarana kesehatan
yang ditunjuk.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:


a. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hukuman empat tahun penjara
b. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu
hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati,
diancam 15 tahun penjara.
c. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan
atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak
untuk berpraktek dapat dicabut.
e. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

F. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus buatan legal
dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yakni harus
memenuhi anasir sebagai berikut:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

16
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;


c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka abortus yang
dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal. Persoalannya adalah bagaimanakah
membuktikan bahwa syarat-syarat terpenuhi atau tidak?
Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan yang sampai pada
tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun yang
membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat) untuk saling
tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri sendiri. Meskipun bukan delik
aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit untuk mengetahui adanya
praktek abortus buatan tersebut.

G. ASPEK ETIK PROFESI


Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani.
Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan
manusia4,5.
Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu yang
membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil setelah mempertimbangkan
masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk menyelamatkan jiwa selain pembedahan.
Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu oleh pasien atau dan
keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan tentang informed consent,
batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun. Semua usaha tersebut
merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup
makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan:
 Mengugurkan kandungan (abortus provocatus)
 Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan
sembuh lagi (euthanasia).

17
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

Sudah banyak buah pikiran dan pendapat tentang abortus provocatus yang diumumkan oleh
berbagai ahli dalam berbagai macam bidang seperti agama, kedokteran, sosial, hukum,
eugenetika dan sebagainya. Ikatan Dokten Indonesia sendiri telah mengadakan simposium
tentang abortus yang meninjau masalah dan berbagai sudut. Abortus provocatus dapat
dibenarkan sebagai pengobatan, apabila menupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu
dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus). Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan, diperjelas tentang hal ini.
Bahkan Indikasi medik ini dapat berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran.
Beberapa penyakit seperti hipertensi, tuberkulosis dan sebagainya tidak lagi dijadikan indikasi
untuk melakukan abortus. Sebaliknya ada pula negara yang membenarkan indikasi sosial,
humaniter dan eugenetik, seperti misalnya di Swedia dan Swiss yaitu bukan semata-mata untuk
menolong ibu, melainkan juga mempertimbangkan demi keselamatan anak, baik jasmaniah
maupun rohaniah. Keputusan untuk melakukan abortus provocatus therapeuticus harus dibuat
oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita hamil yang
bersangkutan, suaminya dan atau keluarganya yang terdekat. Hendaknya dilakukan dalam suatu
rumah sakit yang mempunyai cukup sarana untuk melakukannya.
Dalam mengamalkan kewajiban "melindungi hidup makhluk insani" ini seorang dokter harus
senantiasa mengingat hal-hal sebagai berikut:
 Bahwa hidup mati seseorang adalah merupakan kekuasaan Tuhan, dan bahwa pada
hakekatnya manusia dalam menghadapi permasalahan hidup dan mati ini harus berpedoman
pada agama yang dianutnya masing-masing.
 Bahwa betapapun majunya dan tingginya ilmu dan teknologi (iptek) kedokteran yang telah
kita capai namun semua ini memiliki keterbatasan, hingga pada batas tertentu seorang dokter
harus mengakui bahwa dia tidak lagi akan dapat berbuat sesuatu kecuali menyerahkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
 Bahwa perkembangan dan kemajuan IPTEK khususnya di bidang kedokteran, di samping
telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia, di pihak lain telah membawa
persoalan baru yang terutama sangat erat kaitannya dengan permasalahan moral, diantaranya
telah membuat kaburnya batas-batas antara hidup dan mati, dan bahwa tugas dokter dalam
melakukan intervensi medik terhadap pasiennya bukan hanya sekedar bertujuan untuk

18
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

"mempertahankan hidup dan memperpanjang usia" tetapi juga harus mempertimbangk.an


"kwalitas hidup", yaltu "hidup yang bagaimana" yang harus kita pertahankan itu.
 Bahwa nilai-nilai moral dan agama lebih merupakan pedoman bagi seorang dokter dalam
bersikap dan bertindak sesuai kebenaran yang diyakininya, dan yang harus dipertanggug
jawabkan kepada hati nuraninya sendiri dan Tuhan yang sesuai dengan keyakinannya
masing-rnasing, sehingga lebih bersifat subyektif. Sementara yang lebih obyektif ialah
sumber hukum berupa perundang-undangan mengatur permasalahan "hidup mati" seseorang,
khususnya yang berkaitan dengan saat-saat kritis dalam rangkalan pengembangan di masa
mendatang. Demikian pula bahwa Kode Etik Kedokteran sering tidak berdaya lagi dalam
menghadapi isu-isu baru sebagal akibat perubahan yang cepat dan drastis dari iptek
kedokteran

Maka dalam menghadapi semua kenyataan ini pertama-pertarna seorang dokter sejak awal
harus menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasien. Setiap pengambilan
keputusan baik untuk tujuan diagnostik, terapi maupun berbagil tindakan lainnya, harus selalu
dengan persetujuan pasien dan atau keluarganya.
Dalam mengamalkan pasal 7d KODEKI, yang berbunyi "Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani", maka yang jelas dilarang baik
oleh Kode Etik Kedokteran, juga dilarang oleh Agama maupun Undang-Undang Negara adalah
perbuatan-perbuatan4,5:
1. Menggugurkan kandungan (abortus) tanpa indikasi yang benar.
2. Mengakhiri kehidupan seseorang pasien dengan alasan bahwa menurut ilmu kedokteran
penyakit yang dideritanya tidak mungkin lagi bisa disembuhkan (euthanasia).
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode
etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekuen dilakukan pengurangan
kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi. Dalam deklarasi Oslo
(1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa moral dasar yang
dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi : ”Saya akan
menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan
indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.

19
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara tertulis
oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui oleh
suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan pengguguran
tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik
itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan perlu
pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama yang
benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan
tindakannya kepada tuntunan agama.

H. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN KORBAN HIDUP IBU:
Tanda-tanda kehamilan:
 Striae gravidrum
Striae gravidarum merupakan garis berwarna pink, kemerahan atau keunguan (kalau yang
kulitnya gelap bisa berwarna kehitaman), tidak sama rata dengan kulit (indented), sering
muncul pada daerah perut, payudara, lengan atas, bokong dan paha. Striae sangat sering
ditemukan pada wanita hamil dan munculnya mulai pertengahan kehamilan.
 Uterus yang membesar
 Hiperpigmentasi areola mammae
 Tes kehamilan (GM, Pack tes)

Tanda - tanda Partus:


o Lochia
Lochia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Terdiri dari:
(1) Lochia rubra (cruenta): darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

20
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

(2) Lochia sanguinolenta: warna merah kuning isi darah dan lendir; hari 3-7 pasca
persalinan.
(3) Lochia serosa: kuning, cairan tidak berdarah lagi; hari 3-7 pasca persalinan.
(4) Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6) Lochia stasis: lochia tidak lancar keluarnya.
Sifat lokia berubah ketika thrombosis pembuluh darah di tempat itu mengalami
organisasi. Warnanya menjadi coklat kemerahan dari hari ke 3 sampai 12, tetapi setelah itu
kebanyakan rongga endometrium telah tertutup epithelium, lokia menjadi berwarna kuning.
Kadang trombi pada ujung pembuluh darah pecah, dan mengeluarkan darah sehingga lokia
kembali menjadi merah selama beberapa hari lagi.

Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada hakekatnya adalah upaya untuk mengetahui antigen apa
saja yang terdapat di permukaan sel darah. Dapat dipakai sel darah merah sebagai bahan uraian.
Pemeriksaan golongan darah memakai antibodi terhadap antigen yang hendak diketahui. Contoh:
Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen A, maka sel darah
merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen A, atau yang sering kita kenal dengan
sebutan anti-A.
 Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah   merah menggumpal.
Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A. Sel darah merah
tersebut digolongkan sebagai sel darah merah A
 Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan
kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A. Sel darah merah
tersebut tidak digolongkan sebagai sel darah merah A.

Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen B, maka sel darah
merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen B, atau yang sering kita kenal dengan
sebutan anti-B

21
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

 Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah merah menggumpal. Dengan
kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat  antigen B. Sel darah merah tersebut
digolongkan sebagai sel darah merah B.
 Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan
kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen B. Sel darah merah
tersebut TIDAK digolongkan sebagai sel darah merah B

Bila sel darah merah menggumpal pada saat direaksikan dengan anti-AB, berarti di
permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A dan B. Sel darah merah ini digolongkan
sebagai sel darah merah AB. Bila sel darah merah tidak menggumpal pada saat direaksikan
dengan anti-AB, berarti di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A dan B.
Sel darah merah ini digolongkan sebagai sel darah merah O.
Pemeriksaan untuk golongan darah harus dikonfirmasi apakah ada kesesuaian antara
golongan darah ibu dengan anak.

PEMERIKSAAN KORBAN MATI


Pemeriksaan post mortem korban abortus kriminalis bertujuan:
 Mencari bukti dan tanda kehamilan
 Mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan atau
instrument
 Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan abortus
 Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan

Pemeriksaan ibu:
1. Identifikasi umum: TB/BB, Umur, pakaian, tanda-tanda kontak dengan suatu cairan,
terutama pada pakaian dalam.
2. Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenasah.
3. Periksa dengan palpasi uterus kehamilan.
4. Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada:
a. Arteria coronaria
b. Ventricle kanan

22
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

c. Arteria pulmonalis
d. Arteria dan vena dipermukaan otak
e. Vena - vena pelvis
5. Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas kekerasan yang
biasanya terjadi pada dinding posterior, misalnya perforasi uterus.
6. Cara pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan formalin 10 %, selama 24 jam, kemudian
direndam dalam alkohol 95 % selama 24 jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi.
Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi).
7. Ambil sampel semua organ untuk pemeriksaan histopalogis
8. Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi
9. Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis:
a. isi vagina
b. isi uterus
c. darah (v.cava inferior dan ventricle)
d. urine
e. isi lambung
f. rambut pubis
10. Periksa golongan darah dan DNA

PEMERIKSAAN JANIN:
 Umur janin
 Berdasarkan panjang badan:
Umur Panjang Badan (cm)
(Bulan) (Puncak kepala –
tumit)
1 1x1=1
2 2x2=4
3 3x3=9
4 4 x 4 = 16
5 5 x 5 = 25
6 6 x 5 = 30

23
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

7 7 x 5 = 35
8 8 x 5 = 40
9 9 x 5 = 45
10 10 x 5 = 50

 Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh:


Umur Kehamilan Ciri-ciri Pertumbuhan
(bulan )
2 Hidung, telinga, jari mulai terbentuk
(belum
sempurna), kepala menempel ke dada
3 Daun telinga jela, kelopak mata masih
melekat, leher mulai terbentuk, belum
ada
deferensiasi genetalia
4 Genetalia externa terbentuk dan dapat
dikenali, kulit merah dan tipis sekali
5 Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo
6 Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan
bulu mata, kulit keriput
7 Pertumbuhan lengkap/sempurna

Berdasarkan inti penulangan:


1. Calcaneus: ±5 – 6 bulan
2. Talus: ±7 bulan
3. Femur distal: ±8 – 9 bulan
4. Tibia proksimal: ±9 – 10 bulan5
 Golongan darah
Dilakukan untuk memastikan apakah ada hubungan antara ibu dan anak demi penegakan
keadilan.
 Pemeriksaan DNA
Dilakukan untuk memastikan apakah ada kesesuaian DNA ibu dan anak demi penegakan
keadilan1.

24
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

E. INTERPRETASI HASIL
Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui usia janin yang mati, tanda-tanda pengguguran
atau bukan, keterkaitan antara janin dengan ibu tersangka, serta penggunaan bahan-bahan
yang bersifat toksik yang mungkin digunakan atau menjadi pencetus aborsi6.

F. PERAN DOKTER
Dokter berperan membuat visum et repertum dalam kasus aborsi, yang mencakup:
 Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et repertum
dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai
alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
 Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik
pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan,
serta identitas korban yang diperiksa.
 Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan pemeriksaan.
Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak berhubungan dengan
perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia
kedokteran.
 Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap hasil
pemeriksaan, berisikan:
o Jenis luka
o Penyebab luka
o Sebab kematian
o Mayat
o Luka
o TKP
o Penggalian jenazah
o Barang bukti
o Psikiatrik

25
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

 Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et
repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP1

G. KESIMPULAN
Abortus buatan legal, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-
cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Disebut juga abortus provocatus therapeuticus,
karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan
nyawa/menyembuhkan si ibu1.
Abortus buatan illegal, yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan / menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak
memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini
sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur
kriminal atau kejahatan4.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani.
Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan
manusia.

DAFTAR PUSTAKA

26
January 21, 2011 [TUGAS MANDIRI PBL 4 ]

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran


forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997. h.3-7; h.147-58; h.177-96.
2. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25; h.32-7.
3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakan
kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. Hal
11-25.
4. Wahyu A. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana. 2010. Diunduh pada
19 Januari 2011.
Dari http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=942
5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Sederhana. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran
Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal 177-196.
6. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Visum et Repertum. Ilmu Kedokteran
Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997. Hal 14-5.

27

Anda mungkin juga menyukai