PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer”
karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang
fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan
menyertainya.1
makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu,
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal
ginjal, dan kebutaan.1Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar
kardiovaskuler.1
rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999.
1
stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian
sehat. Namun apabila hal ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi
peningkatan tekanan darah maka dapat diberikan terapi medika mentosa yang tepat.
Adapun obat penurun tekanan darah yang direkomendasikan adalah calcium channel
mendapatkan hasil yang optimal. Pemilihan obat yang tepat dan sesuai dengan
monoterapi ataupun kombinasi. Kombinasi dua obat yang ternyata efektif dan dapat
ditoleransi dengan baik misalnya adalah diuretik dan ACE inhibitor, diuretik dan
ARB, CCB dan ACE inhibitor, CCB dan ARB, CCB dan diuretik atau Beta-blocker
dan CCB.2
penggunaan diuretic pada terapi hipertensi. Sebagai suatu terapi yang berperan dalam
penanggulangan hipertensi, tentunya akan lebih lengkap jika dapat mengetahui lebih
jauh mengenai jenis-jenis diuretik yang biasa digunakan dalam klinik, mekanisme
B. RUMUSAN MASALAH
2. Apa saja jenis-jenis diuretik yang biasa digunakan dalam klinik, mekanisme kerjanya,
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan referat ini adalah
1. Untuk mengetahui dan mengkaji efek penggunaan diuretik dalam terapi hipertensi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis diuretik yang biasa digunakan dalam klinik, mekanisme
D. MANFAAT PENULISAN
1. Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran yang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. DEFINISI
treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO
tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.3
2. KLASIFIKASI
Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertansi lain dari
3. ETIOLOGI
dibagi menjadi 2, yaitu: hipertensi primer, yang tidak disebabkan oleh faktor tunggal
4
dan khusus dan hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh faktor primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
a. Faktor genetik
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Hal ini diduga berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium seseorang dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
b. Usia
berusia di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Peningkatan tekanan darah ini dikarenakan setelah memasuki
usia 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena penumpukan zat
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik akan meningkat smpai dekade
kelima dan keenam hingga kemudian menetap atau cenderung menurun, karena
kelenturan pembuluh darah besar berkurang pada pertambahan usia hingga dekade
ketujuh. 7
c. Jenis kelamin
Hipertensi pada usia muda cenderung lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan, namun hipertensi pada usia lanjut tidak memiliki perbedaan yang
5
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Pada wanita yang belum mengalami
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
kepada timbulnya hipertensi. Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari
100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
f. Merokok
g. Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan
darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah
38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk
6
pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut
standar internasional).
4. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Hipertensi ini apabila tidak
ditangani dengan baik, dapat timbul komplikasi seperti seperti stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.10
Kejadian hipertensi di Amerika mencapai angka 24% dari populasi dewasa dan
lebih dari separuh penduduk usia diatas 65 tahun mengalami hipertensi. Pada tahun
hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan
mmHg). 11
Prevalensi hipertensi sistolik adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan
25% pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun (Rigaud AS,
di pedesaan tercatat prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi
angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan
Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka
mengemukakan bahwa angka kejadian hipertensi pada usia diatas 65 tahun mencapai
50%-75%. Hipertensi pada usia muda cenderung lebih sering pada laki-laki daripada
7
perempuan, namun hipertensi pada usia lanjut tidak memiliki perbedaan yang
5. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka
pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan
resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks
yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter
perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah
jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
8
Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi
kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama akan
b. Sistem Renin-Angiotensin
yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-
9
instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan
tekanan darah.1
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
darah.1
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
pempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem
saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama – sama dengan faktor lain
d. Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
e. Substansi vasoaktif
jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini dapat meningkatkan
ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan
dan hipertensi.1
f. Hiperkoagulasi
protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak
organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi.1
g. Disfungsi diastolik
terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input
ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi
6. DIAGNOSIS
dilakukan pemeriksaan sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda dalam beberapa
minggu.13
Gejala HTS yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the
SYST-EUR trial adalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki
11
menunjukkan keluhan. Gejala yang menonjol yang ditemukan pada penderita
perempuan dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri sendi tangan (35% pada
perempuan vs. 22% pada laki-laki), berdebar (33% vs. 17%), mata kering (16% vs.
6%), penglihatan kabur (35% vs. 23%), kramp pada tungkai (43% vs. 31%), nyeri
tenggorok (15% vs. 7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua jenis
kelamin, 68%.13
7. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.14
b. mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan
terapi satu obat antihipertensi mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan
pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang
didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang
gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini
teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan
pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan
kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini
dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi
dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang terbaik terutama untuk pasien
Kira-kira penurunan
Modifikasi Rekomendasi
tekanan darah, range
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan 4-9 mm Hg18
kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to Stop
Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
13
2.Terapi Farmakologi
ialah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target,
dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau faktor resiko lain.
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. Pengobatan ini adalah
14
sesuai kebutuhan
1. Manfaat utama pengobatan hipertensi adalah karena penurunan tekanan darah itu
sendiri
2. Terdapat pula bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek berbeda, atau
3. Obat-obatan tidak memiliki efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu
inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan.
5. Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan
termasuk
- Harga obat
- Pilihan pasien
Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi
yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan, bergantung pada umur,
kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai
efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam
efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50 % efek maksimal. Obat antihipertensi kerja
15
panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Jika target tekanan darah belum tercapai
penambahan obat kedua dari klas lain harus segera ditambahkan. Jika tekanan darah 20/10
mmHg diatas target tekanan darah dipertimbangkan pengobatan awal dengan menggunakan
dua macam klas obat sebagai obat kombinasi tetap atau masing-masing diberikan tersendiri.
Pemberian dua obat antihipertensi sejak awal ini akan mempercepat tercapainya target
tekanan darah. Akan tetapi harus diwaspadai kemungkinan hipotensi ortostatik terutama pada
Penderita paling sedikit harus dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat agar
target tekanan darah segera tercapai. Jika target sudah tercapai, evaluasi dapat dilakukan tiap
3 bulan. Penderita dengan hipertensi derajat 2 atau dengan faktor komorbid misalnya diabetes,
dan payah jantung, memerlukan evaluasi lebih sering. Faktor resiko kardiovaskuler yang lain
serta adanya kondisi komorbid harus secara bersama diobati sampai seoptimal mungkin.
16
Algoritme pengobatan hipertensi (JNC 7) 4
Modifikasi gaya hidup
Tidak mencapai target tekanan darah ( < 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)
Tanpa indikasi yang memaksa (without Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)
compelling indiacations)
Hipertensi Hipertensi
stage 1 (TDS
stage
140-159
2 (TDSatau
160TDD
atau90-99
TDD mmHg)
100 mmHg ) Obat-obat untuk indikasi yang memaksa (compelling indications)
Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli hipertensi
17
Pada sebagian besar pasien hipertensi, terapi harus dimulai bertahap, dan penurunan
tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Untuk mencapai target
tekanan darah, tampaknya sebgaian besar pasien memerlukan terapi kombinasi lebih dari satu
obat. Menurut tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi, tampaknya cukup beralasan
untuk memulai terapi dengan obat tunggal dosis rendah atau kombinasi dua obat dosis rendah
Pilihan antara
18
Kombinasi 2 obat yang ternyata efektif dan ditoleransi dengan baik adalah :
darah pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang dikembangkan
pengobatan.
a. Diuretik
natrium di segmen kortikal ascending limb, loop henle dan pada bagian awal tubulus
distal. Jenis lain golongan thiazide adalah klortalidon yang mempunyai cara kerja yang
Pada gangguan fungsi ginjal thiazid tidak dianjurkan karena tidak menunjukkan
efek antihipertensi. Pada keadaan ini dapat digunakan golongan loop diuretik, seperti
furosemid dan asam etakrinik. Golongan ini termasuk diuretic kuat yang bekerja pada
segmen tebal medullary ascending lim, loop henle. Dosis furosemid umunya 40 mg tiap
19
hari tetapi pada beberapa pasien dibutuhkan dosis sampai 160 mg. Asam etakrinik dapat
diberikan dengan dosis awal 50 mg tiap pagi yang dapat dinaikkan sesuai kebutuhan.
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti
pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan
secara sentral. Mekanisme kerja yang lain ialah dengan menggganti norepinefrin di saraf
perifer dengan metabolit metildopa yang kurang poten. Efek hipotensinya lambat, dan
baru mencapai puncaknya pada hari ke 2-4. dosis yang biasa dipakai adalah 250 mg, 2-3
kali setiap hari dan jika diperlukan dapat dinaikkan sampai dosis maksimal 2000 mg tiap
hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan apda kehamilan tanpa menimbulkan
Koonidin mempunyai cara kerja yang tidak berbeda dengan metildopa yaitu
mempengaruhi tonus simpatik secara sentral. Dosis yang diperlukan lebih rendah yaitu
0,1-1,2 mg tiap hari dengan dosis terbagi. Obat ini tidak boleh dihentikan pemberiannya
secara mendadak karena adanya rebound effect yaitu peninggian tekanan darah secara
cepat. Kelebihan klonidin adalah dapat diberikan secara parenteral dengan saat mulai
c. Penyekat beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung dan
penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat reseptor
beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang kardioselektif
berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi obat ini juga
menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang
telah diketahui mengidap astma bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai
20
predictor respons antihipertensi penyekat beta karena mekanisme kerjanya melalui sistem
renin-angiotensin.
Berdasarkan kelarutannya dalam air dan dalam lemak, penyekat beta dibedakan
menjadi 2 golongan : (1) Golongan yang larut dalam lemak seperti asebutolol, alprenolol,
metoprolol, pindolol, propanolol dan timolol, yang mempunyai waktu paruh yang relatif
pendek yaitu 2-6 jam, (2) golongan yang lebih larut dalam air dan dieliminasi melalui
ginjal seperti atenolol, nadolol, proktolol, dan sotalol yang mempunyai waktu paruh yang
lebih panjang yaitu 6-24 jam, sehingga dapat diberikan satu kali sehari.
d. Vasodilator
diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh
darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi
pembuluh darah. Hiralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga
penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik,
yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan
Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan captopril.
Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin II,
21
yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol. Selain itu, obat ini
memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan sedang dapat diberikan
dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-50 mg tiap hari. Pada saat ini
sudah beredar obat penghambat enzim konversi angiotensin yang lain seperti lisinopril,
f. Antagonis kalsium
Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca 2+)
intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui saluran
peningkatan curah jantung. Hormon presor seperti angiotensin, juga akan meningkat
kalsium pada otot polos pembuluh darah. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazem,
dan verapamil, menurunkan curah jantung dengan menghambat kontraktilitas, yang akan
B. DIURETIK
Diuretik adalah suatu zat yang meningkatkan laju pengeluaran volume urin,
seperti yang ditunjukkan oleh namanya. Sebagian besar diuretic juga meningkatkan
sebagian besar diuretic yang dipakai secara klinis bekerja dengan menurunkan laju
Artinya, peningkatan keluaran air , di sebagian besar kasus ,timbul secara sekunder
akibat penghambatan terhadap reabsorbsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa
tubulus ginjal terhadap banyak zat terlarut, seperti kalium ,klorida,magnesium dan
hipertensi.15
1.Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik
2.Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
1. Diuretik osmotik
mana nefron sangat permeable terhadap air,yaitu di daerah tubulus proksimal dan ansa
henle decendens. Adanya bahan yang tidak dapat direabsobsi yang berupa diuretik
23
osmotik dapat mencegah absobsi air normal dengan memasukkan tekanan osmotik yang
diuretik. Peningkatan bersamaan dalam laju aliran urin menurunkan waktu kontak antara
cairan dan epitel tubulus sehingga menurunkan reabsobsi Na+ . Namun demikian ,
natriuresis yang terjadi kurang berarti dibandingkan dengan diuresis air, yang mungkin
untuk ekskesi Na. Efek ini sangat bermanfaat bila hemodinamika ginjal diperbaiki atau
bila retensi Na membatasi respon terhadap obat konvensional.Hal ini digunakan untuk
mempertahankan volume urin dan mencegah anuria yang mungkin terjadi karena adanya
pigmen besar di ginjal. Contoh diuretik osmotik adalah ; manitol, sorbitol, urea, gliserin .
Untuk diuretic osmotic, contohnya manitol tidak boleh diberikan secara kontinu
bila terjadi peningkatan urin lebih dari 50ml/jam selama 3 jam setelah uji dosis (12,5
gram IV). Bila terdapat respon ,pemberian manitol dapat diulang dalam 1-2 jam untuk
mempertahankan laju aliran urin lebih tinggi dari 100 ml/jam. Penggunaan manitol jangka
panjang tidak dianjurkan. Diuretik osmotic juga mempunyai efek untuk menurunkan
tekana intakranial pada keadaan neurologic. Dosis manitol 1-2 g /kgBB diberikan
intavena .Tekanan intracranial yang harus dimonitor , harus turun dalam waktu 60 – 90
menit. Efek samping dari diuretic osmotic adalah sakit kepala , mual, muntah
24
bikarbonat tubulus proksimal superfisial dihambat. Namun demikian beberapa bikarbonat
Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu
clorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan klororesis ini disebabkan oleh
penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal (early distal
tubule). Thiazide menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diueretiknya, tetapi
antidiuretiknya belum diketahui dengan jelas dan efek ini kita jumpai baik pada diabetes
insipidus nefrogen maupun yang disebabkan oleh kerusakan hipofisis posterior. Pada
ginjal, thiazide dapat mengurangi kecepatan filtrasi glomerolus, terutama bila diberikan
secara intravena. Efek ini mungkin disebabkan oleh pengurangan aliran darah ginjal.15,16
25
Tempat kerja utama thiazide adalah dibagian hulu tubuli distal seperti diketahui
mekanisme reabsorbsi Na+ di tubuli distal masi belum jelas benar, maka demikian pula
cara kerja thiazide. Laju ekskresi Na+ maksimal yang ditimbulkan oleh thiazide relative
lebih rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretic lain, hal ini
disebabkan 90 % Na+ dalam cairan filtrate telah direabsorbsi lebih dulu sebelum ia
antara Na+ dan K+ menjadi lebih aktif pada penderita dengan oedem pertukaran Na + dan
Pada manusia, thiazide menghambat ekskresi asam urat sehingga kadarnya dalam
b. Thiazide mungkin sekali menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli karena thiazide
tidak dapat menghambat reabsorbsi kalsium oleh sel tubuli distal. Ekskresi Mg +
Pada cairan ekstrasel, thiazide dapat meningkatkan ekskresi ion K+ terutama pada
pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadi kecil bila penggunaannya
berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi natrium yang berlebihan tanpa disertai
jumlah air yang sebanding dapat menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia, terutama
Indikasi utama tiazid adalah hipertensi, gaagl jantung kongestif, nefrolitiasis yng
kuinetazon, dan indapamid. Efek samping yang muncul pada penggunaan golongan tizid
26
ini antara lain alkalosis metabolic hipokalemia dan hiperurisemia, toleransi gangguan
Diurteik hemat kalium ini bersaing dengan aldosteron untuk menduduki reseptor di
sel epitel tubulus koligentes kortikalis dan oleh sebab itu dapat menurunkan reabsorbsi
natrium dan sekresi kalium dalam segmen tubulus ini. Akibatnya natrium menumpuk di
tubulus dan bekerja sebagai diuretik osmotik, menyebabkan peningkatan ekskresi air dan
natrium. Karena obat – obat ini juga menghambat efek aldosteron untuk meningkatka
sekresi kalium di tubulus , mereka menurunkan ekskresi kalium dalam keadaan tertentu,
Indikasi pemberian diuretik ini adalah hipertensi, gagal jantung kongestif, sirosis
hepatis sindrom nefrotik dan keadaan lain yang berhubungan dengan retensi garam
ginjal. Yang tergolong dalam diuretik hemat kalium adalah sipironolakton (antagonis
kompetitif aldosteron ) atau triamteren dan amilorida .Efek samping dari pemakaian
5. Diuretik kuat
Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat sistem transpor pasangan Na/K/2Cl di
membran luminal bagian tebal ansa Henle assendens. Dengan menghambat pentranspor
ini , diuretik tersebut menurunkan reabsorbsi Nacl dan juga mengurangi potensial positif
lumen normal yang di dapat dari daur ulang K +. Penggunaan yang lama dapat dapat
secara aktif diabsorbsi di tubulus distal konvoltus, diuretik kuat secara umum tidak
menyebabkan hipokalsemia. Diuretik kuat mempunyai efek langsung pada aliran darah
27
yang melalui beberapa vascular bed. Furosemid meningkatkan aliran darah ginjal dan
menyebabkan redistribusi aliran darah dalam korteks ginjal. Furosemid dan asam
etakrinat dapat juga mengurangi kongesti paru dan menurunkan tekanan ventrikel kiri
pada gagal jantung kongestif sebelum peningkatan keluaran urin dapat diukur.16
Indikasi pemberian diuretik kuat adalah edema paru akut, edema lainnya,
bumetanid dapat menimbulkan reaksi silang pada penderita yang sensitif terhadap
sulfonamid. Penggunaan yang berlebihan dapat berbahaya terutama pada penderita sirosis
hepatis, gagal ginjal, atau gagal jantung kongestif. Efek samping dari pemakaian diuretik
28
29