Anda di halaman 1dari 2

c  


      

 

Berkaca pada Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang ditetapkannya hari ini sebagai
Hari Bela Negara, maka setiap warga Indonesia dituntut sekaligus berhak untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Sikap Bela negara mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari
tindakan yang paling halus seperti menjaga kerukunan bangsa, sampai gerakan yang keras
dalam suatu keadaan negara ketika terdapat ancaman nyata musuh bersenjata.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan Inggris, penanaman
sikap bela negara biasanya diwujudkan dalam suatu bentuk pelatihan militer. Tidak berbeda
juga di negara-negara wilayah benua Asia, banyak negara yang memanfaatkan hak dan
kewajiban bela negara ini untuk diimplementasikan sebagai bentuk sumbangsih rakyat
terhadap pembelaan negara melalui bahasa militer dan senjata. Di Indonesia-pun yang melatar-
belakangi hari bela negara ini adalah tentang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia
di Bukit Tinggi sebagai suatu bentuk pembelaan negara di saat Pemerintah Pusat memiliki
masalah serius dalam menjalankan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan hal
tersebut mau tidak mau adalah perbincangan pembelaan secara fisik dan senjata. Ketika bela
negara ditarik dalam wacana sekarang ini, penjagaan negara secara militer memang masih
penting dan sangat penting, meski tidak dalam keadaan perang. Namun dalam wacana
keseluruhan rakyat Indonesia tentu tidak pas untuk melulu dibicarakan dan dibahas dalam
obrolan-obrolan pembelaan secara militer. Dalam arti banyak hal yang dapat dilakukan oleh
masyarakat sipil untuk menunaikan hak dan kewajiban pembelaan terhadap negara.

 
   
Sekarang ini terdapat dua wacana yang menggeliat dalam kehidupan bangsa Indonesia ketika
mencoba dihubung-hubungkan dengan peringatan hari bela negara ini. Tentunya yang lebih
serius, dekat, dan nyata bila dibandingkan dengan hak dan kewajiban mengangkat senjata
untuk mempertahankan kedaulatan negara. 3  munculnya doktrin-doktrin yang
mengancam keutuhan NKRI di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Melalui penebaran bibit-
bibit terorisme oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, lunturnya semangat
nasionalisme, dan terdapatnya gerakan kelompok-kelompok yang meragukan ideologi Pancasila.
Sedangkan yang    adalah masalah keterancaman lingkungan dan alam Indonesia. Baru
bebrapa bulan kemarin rentetan bencana alam kategori besar seperti banjir bandang yang
terjadi di Wasior, tsunami di Mentawai, dan Letusan Merapi di Jogjakarta, terrekam dalam
suasana duka Indonesia. Tidak hanya itu, bahkan secara menyeluruh dalam kurun tahun 2010
ini, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berhasil menghimpun data ribuan bencana
alam yang telah menimpa Indonesia. Bencana-bencana tersebut 38 persen berupa banjir, 15
persen kekeringan, 14 persen kebakaran hutan.
Turut serta dalam kerukunan bangsa sekaligus peduli terhadap kelangsungan lingkungan
hidup Indonesia sekarang ini dapat dimasukkan sebagai bentuk penunaian hak dan kewajiban
bela negara.

c  

      
c  
  
Sudah jelas, Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Ada dua
alasan mengapa Islam diajukan dalam masalah tuntutan dan hak bela negara ini. Yang 3 
gairah nasionalisme yang merupakan dasar penguat keutuhan NKRI selalu berhadapan dengan
kepentingan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan). Sedangka agama menempati posisi
paling sensitif dalam wacana sosial di Indonesia. Islam sebagai agama terbesar di Indonesia
terlalu sering muncul ke permukaan dan ikut mewarnai permasalahan ini. Untuk itulah, Islam
sebagai masyarakat umum harus bisa menanamkan sikap nasionalisme yang baik terhadap
negara. Melepas impian negara Islam misalnya, karena akan menjadi pertimbangan terbesar
dalam masalah keutuhan NKRI.

 untuk masalah keterancaman lingkungan dan alam Indonesia. Islam sebagai mayoritas
dan melalui individunya sangat memiliki kwantitas yang besar dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan. Di samping itu, kajian keislaman sudah seharusnya lebih banyak dialih-paparkan
pada masalah kelestarian alam. Bukan lagi hanya berkaitan pada masalah akidah, ideologi, dan
doktrin.
Umat Muslim dapat memerankan dua arah perjuangan pembelaan negara tersebut
dengan harus membumikan secara mendalam sikap diri sebagai Civil Islam. Robert W. Hefner
dalam buku               banyak mengungkapkan
tentang pentingnya membumikan sikap Civil Islam. Salah satu karakteristik yang khas dalam
masyarakat Muslim seperti itu adalah watak Pro-Perubahan Sosial, di antaranya adalah turut
sekuat tenaga melestarikan lingkungan hidup ketika menghadapi masalah perubahan iklim
seperti sekarang ini. Atau masyarakat Muslim yang mampu memahami keberagaman secara
dinamis ketika dihadapkan dengan masalah pentingnya keutuhan Negara kesatuan Indonesia.
Melalui masyarakat Muslim yang terbuka dan pro perubahan inilah sebuah pembelaan
negara mesti diwujudkan. Islam yang terbuka dan saling menghargai, serta Islam yang tidak
justru menyalahkan korban dengan dalih ͞azab͟ ketika terjadi bencana.

* Penulis adalah Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina (ISIF)


Cirebon


          3      3       !    
"3  # $%& 3'
(  !)(*+,!-+  # -.+.%

c  

       

Anda mungkin juga menyukai