Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini harus diikuti

dengan pembaharuan bidang pendidikan sehingga kemajuan tersebut bermanfaat

bagi kehidupan manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya.

Berbagai usaha pembaharuan dalam bidang pendidikan di Indonesia telah

dilakukan antara lain dengan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum di setiap

jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan nasional.

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengarahkan dan mengem-

bangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan

yang dimiliki oleh peserta didik tanpa diarahkan dan dikembangkan akan tetap

terpendam serta tidak terealisasi secara optimal. Pendidikan adalah suatu proses

untuk mendekatkan manusia sebagai makhluk yang berpikir dan memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensinya kepada tingkat kesempurnaan.

Dalam hal ini Jalaluddin menyatakan bahwa “secara umum pendidikan dapat

diartikan sebagai suatu proses untuk mendekatkan manusia kepada tingkat

kesempurnaan dan pengembangan kemampuan”.1

Tanpa pendidikan kehidupan dan peradaban manusia tidak akan meng-

alami kemajuan, karena majunya pendidikan pada sautu bangsa akan membawa

bangsa itu kepada suatu keadaan yang lebih baik. Karena itu pendidikan penting

untuk diperhatikan. Pendidikan yang baik akan menciptakan manusia seutuhnya,


1Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), h. 115

1
2

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang RI Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-
kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik, membentuk watak serta peradaban

bangsa juga mempunyai tujuan untuk menjadikan manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,

mandiri serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Tujuan tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dengan tujuan pendidik-

an dalam Islam yaitu “membentuk kepribadian seseorang yang membuatnya

menjadi insan kamil dengan pola takwa. Insan kamil adalah manusia yang utuh

jasmani dan rohani, dapat hidup secara wajar dan normal karena bertakwa kepada

Allah SWT. Pendidikan Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia yang

berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang mengembangkan ajaran Islam

dalam hubungan dengan Allah SWT dan meningkatkan kerja untuk kepentingan

hidup dunia dan akhirat.3

Dalam merealisasikan tujuan pembangunan nasional itu, maka pemerintah

menetapkan berlakunya kurikulum 1994. Di antara perubahan mendasar dalam

kurikulum tersebut adalah adanya mata pelajaran muatan lokal yang disesuaikan

dengan lingkungan dan ciri khas daerah yang bersangkutan.

2Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,


(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), cet.ke-1, h. 2
3Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Binoarta/IAIN, 1982), h. 28

2
3

Kurikulum muatan lokal paling tidak memiliki beberapa landasan yaitu:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab IX Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa

Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah wajib memuat:

a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Kewarganegaraan
c. Bahasa
d. Matematika
e. Ilmu Pengetahuan Alam
f. Ilmu Pengetahuan Sosial
g. Seni dan Budaya
h. Pendidikan Jasmani dan Olahraga
i. Keterampilan/kejuruan
j. Muatan Lokal.4

2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987

tentang Penerapan Kurikulum Muatan Lokal pada jenjang Pendidikan

Dasar.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar

Pasal 4 ayat 3 bahwa: “Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata

pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan

pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang

berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan

nasional”.5

4. Pernyataan pada poin 3 di atas juga terdapat dalam Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 0487/U/1992 tentang Kurikulum Sekolah

Dasar Bab IX Pasal 18 ayat 3.

4Redaksi Sinar Grafika, op.cit., h. 19


5http/www/theceli.com/dokumen/produk/pp/1990/28-1990.htm=tersedia. Lihat juga E.
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet.ke-6, h. 40
4

5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 060/U/1993 tentang

Kurikulum Pendidikan Dasar yang menyatakan bahwa:

Pelaksanaan kurikulum muatan lokal berlaku pada jenjang


pendidikan dasar dan terdiri atas sejumlah pelajaran. Pelajaran muatan
lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan perilaku
kepada siswa, agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung pelestarian pengem-
bangan daerah serta pengembangan nasional.6

Mengacu kepada rumusan yang terdapat dalam Surat Keputusan Manteri

Pendidikan Nasional di atas, maka yang dimaksud dengan kurikulum muatan

lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan

dengan lingkungan alam dan budaya dan wajib dipelajari oleh murid daerah itu.7

Di antara tujuan kurikulum muatan lokal adalah peserta didik bisa

memahami tentang alam, sosial dan budaya di daerahnya. Sesuai dengan salah

satu prinsip penyelenggaraan pendidikan itu sendiri yaitu proses pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Apabila

sumber daya manusia yang dihasilkan pada suatu daerah telah dapat memenuhi

tuntutan kondisi lingkungan sekitarnya, tentunya generasi tersebut akan dapat

lebih mudah memainkan perannya dalam membangun daerah yang sesuai pula

dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki.

Sekolah merupakan salah satu wahana yang efektif untuk mentransforma-

sikan nilai-nilai budaya. Budaya dalam konteks ini adalah budaya daerah yang

merupakan pilar-pilar budaya nasional. Sejalan dengan pemikiran bahwa budaya

6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Pengembangan dan


Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar, (Jakarta: 1995/1996), h. 5
7Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
102

4
5

daerah tidak bisa dipisahkan dari budaya nasional sebagai alat pemersatu bangsa.

Dalam kehidupan sehari-hari, saat ini di kalangan masyarakat telah terjadi

pergeseran nilai budaya lokal, yang semestinya merupakan modal dan pijakan

dalam pembangunan. Pergeseran nilai tersebut disebabkan derasnya arus

informasi dan teknologi serta rentannya daya tahan masyarakat terhadap arus

tersebut sehingga terkesan bahwa budaya lokal kurang dianggap penting dalam

kehidupan. Hal ini pun terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menyikapi hal tersebut di atas, maka pemerintah kabupaten/kota

khususnya, selaku fasilitator dalam pendidikan perlu menyadari pergeseran nilai-

nilai tersebut. Selanjutnya wujud dari kesadaran pemerintah tersebut salah satunya

perlu bekerjasama dengan pihak sekolah dalam rangka menetapkan kurikulum

muatan lokal yang akan dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah.

Untuk Kota Solok ada beberapa mata pelajaran yang telah dimasukkan ke

dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal, seperti: pendidikan al-Quran,

Budaya Adat Minangkabau (BAM), Bahasa Inggris. Dari beberapa mata pelajaran

yang menjadi muatan lokal tersebut, selanjutnya penulis akan lebih fokus pada

salah satu di antaranya yaitu pelajaran pendidikan al-Quran.

Tujuan penerapan pendidikan al-Quran sebagai muatan lokal pada jenjang

pendidikan dasar di Kota Solok adalah agar peserta didik mampu membaca al-

Quran sebagai kitab suci umat Islam. Sehingga generasi di kota Solok khususnya

dan Sumatera Barat umumnya benar-benar terhindar dari ancaman buta huruf al-

Quran.

Diterapkannya kurikulum muatan lokal tentang pendidikan al-Quran


6

tersebut, secara tidak langsung merupakan salah satu perwujudan gerakan

“Kembali ke Surau (dibumikan kembali segala kegiatan keagamaan) dan inovasi

pembelajaran al-Quran bagi anak-anak dan pemuda Sumatera Barat”. Sedangkan

bagi siswa yang tidak beragama Islam, kepala sekolah dapat mengatur kegiatan

penggantinya. Yang demikian itu juga sekaligus merupakan suatu upaya

menciptakan manusia seutuhnya sebagaimana dicita-citakan oleh pendidikan

nasional dan insan kamil dalam konteks pendidikan Islam.

Eksistensi pelajaran pendidikan al-Quran yang sudah terintegrasi dalam

kurikulum jenjang pendidikan dasar di Kota Solok, meskipun hanya sebagai

muatan lokal, pada dasarnya memberikan kontribusi yang demikian besar

terhadap hasil mata pelajaran lainnya, terutama sekali mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Sebab jika ditinjau dari aspek materi/bahan ajar yang terkandung

pada pelajaran pendidikan al-Quran, hal tersebut menjadi dasar pokok bagi siswa

untuk dapat lebih memahami materi-materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

terutama yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadis. Sebab untuk dapat

memahami dengan baik ayat-ayat serta hadis tersebut, perlu diawali dengan

penguasaan keterampilan membaca dan juga menulisnya dengan baik.

Namun fenomena yang terlihat di lapangan, berdasarkan observasi penulis,

ditemukan semacam indikasi belum optimalnya peran pelajaran pendidikan al-

Quran sebagai salah satu muatan lokal terutama sekali terhadap hasil belajar

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kemampuan sebagian siswa dalam baca tulis

al-Quran justru belum menunjukkan perubahan yang signifikan, meskipun

pelajaran tersebut sudah terealisasi sebagai tuntutan Peraturan Daerah (Perda)

6
7

tersebut. Akibatnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ketika

ada materi-materi tentang ayat-ayat al-Quran dan Hadis, siswa cenderung masih

sulit untuk membaca dan menulisnya. Fenomena yang demikian itu terutama

sekali penulis lihat di SDN 07 KTK Kota Solok.8

Selain itu, kegiatan pembelajaran pendidikan al-Quran di SDN 07 KTK

Kota Solok juga terkesan masih belum efektif. Hal tersebut sebenarnya

disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia

(guru) maupun yang terkait dengan sarana dan prasarana. Masih adanya tenaga

guru yang secara khusus mengajarkan pelajaran Baca Tulis al-Quran tersebut

merupakan salah satu faktor di antaranya. Untuk saat ini, pembelajaran baca tulis

al-Quran di SDN 07 KTK Kota Solok masih dipegang oleh guru Agama.

Sebagaimana diungkapkan kepala sekolah yang penulis wawancarai:

Sampai saat ini untuk pembelajaran pendidikan al-Quran kami memang


masih menghadapi berbagai persoalan. Untuk tenaga pengajar saja, pelajaran
baca tulis al-Quran masih dirangkap oleh guru Agama. Sementara jika
didatangkan guru secara khusus dari luar, sekolah tidak memiliki alokasi dana
yang memadai sebagai insentif untuk guru tersebut. Oleh sebab itu, pihak
sekolah menugaskan kepada guru Agama untuk menyelenggarakannya.
Sedangkan teknis pelaksanaan-nya juga diserahkan kepada guru agama.9

Sementara itu, dilihat dari segi sarana dan prasarananya, kegiatan

pembelajaran baca tulis al-Quran di sekolah tersebut juga belum didukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai. Buku rujukan yang dibutuhkan oleh guru

dalam pembelajaran baca tulis al-Quran tersebut juga masih relatif minim.

Bertitik tolak dari latar belakang dan fenomena di atas, penulis bermaksud

melakukan penelitian lebih jauh tentang kurikulum pendidikan al-Quran serta

8Observasi di SDN 07 KTK kota Solok tanggal 17 Januari 2011


9Rosmaniaryani, Kepala SDN 07 KTK Kota Solok, wawancara pribadi ,KTK, 17 Januari
2011
8

kontribusinya terhadap hasil mata pelajaran PAI dengan memilih dan menetapkan

SDN 07 KTK Kota Solok sebagai objek penelitian. Dalam hal ini setidaknya ada

tiga alasan mendasar bagi penulis dalam memilih SDN 07 KTK Kota Solok

sebagai objek penelitian ini, yaitu: pertama, SDN 07 KTK Kota Solok termasuk

salah satu Sekolah Dasar yang memiliki potensi yang besar untuk kegiatan

keagamaan di Kelurahan KTK Kecamatan Tanjung Harapan karena memiliki

lokasi yang strategis. Kedua, lingkungan masyarakat mendukung begi

terlaksananya kegiatan keagamaan. Ketiga, adanya sumber daya manusia, seperti

guru MDA, TPA/TPSA di masjid yang dapat berperan dalam memberikan

kegiatan pembinaan keagamaan, seperti pendidikan al-Quran bagi anak-anak.

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kontribusi kurikulum

muatan lokal pendidikan al-Quran terhadap hasil belajar pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SDN 07 KTK Kota Solok?

Selanjutnya agar permasalahan penelitian ini tidak terlalu luas dan

menyimpang dari judul, maka perlu dibatasi pada hal-hal pokok sebagai berikut:

1. Gambaran umum SDN 07 KTK Kota Solok

2. Kontribusi materi pelajaran pendidikan al-Quran terhadap materi PAI

3. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul Tesis ini, maka

terlebih dahulu dijelaskan beberapa kata kunci pada judul tersebut, yaitu:

8
9

Kontribusi : Sumbangan.10 Yang penulis maksud dengan kontribusi di

sini adalah dukungan atau peran serta dampak positif

pendidikan al-Quran terhadap hasil belajar pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 07 KTK

Kota Solok.

Kurikulum Muatan

Lokal : Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai

dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyeleng-

garaan kegiatan belajar mengajar”.11

Pendidikan al-Quran : Suatu disiplin ilmu yang berupaya memberikan

bimbingan dan pengetahuan yang terstruktur, terencana

dan terukur tentang membaca, menulis, mengartikan,

menghafal, memahami dan mengamalkan al-Quran bagi

peserta didik tingkat SD/MI.

Mata Pelajaran Pendi-

dikan Agama Islam : yaitu bidang studi yang berisi tentang ajaran agama Islam

yang pada umumnya telah tersusun secara sistematis

10Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka, 2002), Ed. Ke-3, cet.ke-2, h. 250
11E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), cet.ke-1, h. 273
10

dalam ilmu-ilmu keislaman, yang harus dikuasai oleh

pebelajar pada tingkat atau level tertentu.12

Jadi maksud judul penelitian ini adalah dukungan/peran serta seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran pembelajaran

pendidikan al-Quran terhadap hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam

yang telah tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman, yang harus

dikuasai oleh pebelajar di SDN 07 KTK Kota Solok.

4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

2. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

tentang kontribusi kurikulum muatan lokal pendidikan al-Quran terhadap mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 07 KTK Kota Solok. Sedangkan

secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran umum SDN 07 KTK Kota Solok

2. Kontribusi materi pelajaran pendidikan al-Quran

terhadap materi PAI

3. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dapat mengembangkan pengetahuan

pada bidang penelitian pendidikan dan

mengetahui pelaksanaan kurikulum muatan lokal

12Irpan Abd. Gafar dan Muhammad Jamil B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Nur Insani, 2003), h. 72

10
11

pendidikan al-Qur’an sebagai acuan dan pedoman

dalam mengajar.

2. Bagi guru, yaitu dapat dijadikan pedoman dalam

meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran

PAI, khususnya mata pelajaran pendidikan al-

Quran dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan.

3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan informasi guna mengetahui

efektivitas proses pembelajaran pendidikan al-

Quran serta kontribusinya terhadap hasil belajar

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Strata Dua (S.2) dan untuk memperoleh

gelar Magister pada Knsentrasi Pendidikan Islam

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

(UMSB) Padang.

5. Metodologi Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Nana Sudjana

mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang mendeskripsikan


12

suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan

mengambil masalah atau pusat perhatian pada masalah yang aktual

sebagaimana adanya pada saat penelitian.13 Dalam hal ini tentunya berkaitan

dengan korelasi mata pelajaran pendidikan al qur’an terhadap hasil belajar

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 07 KTK Kota Solok.

c. Sumber Data

Sumber data adalah subyek tempat memperoleh data.14 Sedangkan

yang berperan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah:

6. Kepala SDN 07 KTK Kota Solok

7. Guru Pendidikan Agama Islam SDN 07 KTK

Kota Solok.

8. Siswa SDN 07 KTK Kota Solok

d. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dan alat pengum-

pulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

mengadakan peng-amatan langsung terhadap suatu

objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan

pencatatan secara sistematis.15 Observasi secara

langsung untuk mencatat hal-hal perilaku,

13Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar
Baru, 1989), h. 64
14Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2001), h. 102
15Hadeli, Metode Penelitian Pendidikan, (Padang: Baitul Hikmah, 2002), cet.ke-2, h. 71

12
13

pertumbuhan, sewaktu kejadian tersebut yang berlaku

atau sewaktu perilaku tersebut terjadi dengan cara

pengamatan, data langsung mengenai perilaku dari

objek dengan segera dan tidak mengumpulkan data dari

ingatan seseorang.16 Observasi dilakukan dengan

mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang

berlangsung baik dalam pembelajaran pendidikan al-

Quran maupun pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.

2) Wawancara, yaitu cara yang dipakai untuk

mendapatkan data dan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada responden guna mendapatkan data dan

informasi yang sebenarnya tentang masalah yang

dibahas. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

dengan kepala sekolah, guru pendidikan al-Quran dan

Guru Pendidikan Agama Islam di SDN 07 KTK Kota

Solok.

3) Kuesioner (angket), yaitu daftar pertanyaan atau

pernyataan yang dikirimkan kepada responden baik

secara langsung atau tidak langsung.17 Dalam penelitian

ini angket disebarkan kepada siswa SDN di SDN 07

KTK Kota Solok yang duduk di kelas VI yang jumlah

16Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 325


17Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung:
Bumi Aksara, 1995), h. 60
14

keseluruhannya adalah 32 orang. Teknik pengambilan

sampel yang demikian itu diistilahkan dengan total

sampling (sampel keseluruhan). Menurut Suharsimi

Arikunto apabila subjeknya lebih dari 100, maka

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Sedangkan apabila kurang dari 100, maka diambil

keseluruhan sebagai sampel.18

4) Dokumentasi, yaitu hal-hal atau variabel berupa catatan,

transkrip, buku mengenai hal yang diteliti.19 Dalam

penelitian ini penulis melihat kurikulum, silabus, buku

sumber pembelajaran Pendidikan al-Qur’an dan PAI.

e. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dan informasi yang diperoleh melalui teknik observasi,

wawancara dan studi dokumentasi selanjutnya akan diolah dan dianalisis

secara kualitatif, yaitu dengan memperhatikan langkah-langkah berikut:

1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, mencari tema dan polanya, menyusun lebih

sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting

sehingga data lebih mudah dikendalikan.

2. Display data, yaitu menyajikan data dalam bentuk

matrik atau bentuk penyajian lainnya, dengan

18Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 107


19Ibid., h. 231

14
15

demikian data lebih dapat dikuasai.

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Data yang

diperoleh kemudian dipola dan dicarikan

hubungannya, persamaannya, model dan tema

sehingga peneliti dapat memperoleh kesimpulan.20

9. Sistematika Penulisan

Sebagai pola dasar dan pedoman dalam penulisan tesis ini, maka

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan, sebagai pengantar secara

keseluruhan dari penelitian ini. Dalam bab ini dikemukakan aspek yang menjadi

latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan

dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, landasan teoritis yang membahas mengenai beberapa aspek

kurikulum muatan lokal antara lain meliputi: pengertian, landasan, fungsi, tujuan,

dasar pengembangan dan cara mengembangkan kurikulum muatan lokal.

Kemudian membahas tentang Mata Pelajaran pendidikan al-Quran yang

meliputi: pengertian, fungsi dan tujuan, pengembangannya dalam pembelajaran

baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pada bab ini juga

dikemukakan pembahasan tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

meliputi: tujuan, materi, strategi pembelajaran, metode mengajar, dan evaluasi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bab Ketiga, merupakan metodologi penelitian yang mencakup: jenis


20Ibid., h. 86
16

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data..

Bab Keempat, merupakan hasil penelitian yang mencakup: gambaran

umum SDN 07 KTK Kota Solok, kontribusi materi pelajaran pendidikan al-Quran

terhadap materi PAI SDN 07 KTK Kota Solok.

Bab Kelima, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Pada bab ini penulis mengemukakan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan

sebelumnya.

16

Anda mungkin juga menyukai