Anda di halaman 1dari 5

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN

PUASA RAMADHAN

• NIAT
Wajibnya Berniat Puasa Sebelum Terbit Fajar Shadiq (Waktu Subuh) Ketika
Puasa Wajib
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang tidak
berniat sebelum fajar untuk puasa maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu
Dawud, Ibnu Majah, Al Baihaqi. Sanadnya shahih)
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Barangsiapa yang tidak
berniat puasa pada malam harinya maka tidak ada puasa baginya.” (HR.An Nasa-i,
AL baihaqi, Ibnu Hazm. Hadits shahih)
Kewajiban untuk berniat sejak malam itu (sebelum terbit fajar shadiq) khusus bagi
puasa wajib. Bagaimana dengan puasa sunnah, maka disini niat untuk puasa sunnah
bisa dilakukan setelah terbit fajar shadiq (pagi atau siang hari), karena Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah mendatangi ‘Aisyah radhiallahu ‘anha (pada bulan
lain) selain bulan Ramadhan, beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: “Apakah
engkau mempunyai santapan siang? Kalau tidak ada aku berpuasa.” (HR. Muslim)
• WAKTU PUASA
Waktu puasa adalah dari terbit fajar shadiq (waktu subuh) sampai terbenam
matahari (waktu maghrib) berdasarkan firman Allah dan sabda Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam:
Benang Putih dan Benang Merah

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah :187)

Ketika turun ayat tersebut sebagian sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam senagaja
mengambil ‘iqal (tali yang dipakai untuk mengikat onta), kemudian mereka letakkan
dibawah bantal-bantal mereka, atau mereka ikatkan di kaki mereeka. Dan mereka terus
makan dan minum hingga jelas terlihat kedua ‘iqal tersebut (membedakan antara yang
putih dari yang hitam)
Dari ‘Adiy bin Hatim radhiallahu anhu berkaya: “Ketika turun ayat:”…hingga
terang bagimu benang putih dari benag hitam.” Aku mengambil ‘iqal hitam
digabungkan dengan ‘iqal putih, aku letakkan di bawah bantalku, aku terus melihatnya
pada waktu malam hingga jelas bagiku (tampak yang putih dari yang hitam). Pagi
harinya aku pergi menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kuceritakan
kepada beliau perbuatanku tersebut. Beliaupun bersabda: “Maksud ayat tersebut
adalah hitamnya malam dan putihnya siang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Kemudian Menyempurnakan Puasa Hingga Malam (Terbenam Matahari)
Dari Umar radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda: “Jika malam datang dari sini, siang menghilang dari sini, dan telah
terbenam matahari, maka berbukalah orang yang puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
• SAHUR
1. Definisi
Sahur adalah makan pada akhir malam yang merupakan sunnah Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Ketika sahur hendaklah seseorang berniat melaksanakan perintah
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan meniru perbuatannya sehingga sahurnya
menjadi ibadah dan berniat pula agar sahur menjadikannya kuat ketika berpuasa
sehingga mendapat pahala karenanya. (Majelis Syahr Ramadhan, Syaikh Utsaimin 77-
78)
2. Hikmahnya
Dari Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:

“Pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab adalah makan sahur.”
(HR. Muslim)
3. Keutamaannya
a) Sahur adalah barokah
Dari Abdullah bin Al Harits radhiallahu ‘anhu dari seorang sahabat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: “Aku masuk menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam ketika beliau maka sahur, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya makan
sahur adalah barokah yang Allah berikan kepadamu maka janganlah kamu
tinggalkan.” (HR. An Nasa-i dan Ahmad. Sanadnya shahih)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Bersahurlah, karena sesungguhnya ada barokah padanya.” (Muttafaq ‘alaih)


Keberadaan sahur sebagai barokah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur
berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menjadikan seseorang semangat
untuk selalu puasa karena merasa ringan, dan makan sahur juga menyelisihi Ahlul
Kitab karena mereka tidak melakukannya.
b) Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur
Boleh jadi barokah sahur terbesar adalah Allah meliputi orang-orang yang sahur
dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat-lmalaikat

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Allah memintakan ampunan bagi mereka, berdo’a kepada Allah agar memaafkan
mereka, agar mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan oleh Allah di bulan
Ramadhan.
Dari Abu Said Al Khudri radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:

”Sahur itu makanan yang barokah, janganlah kamu meninggalkannya walaupun


hanya minum seteguk air, karena Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada
orang-orang yang sahur.” (HR.Ibnu Abi Syibah dan Ahmad)
4. Mengakhirkan Sahur
Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar, karena Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam dan Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu melakukan sahur dan ketika
selesai makan sahur, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bangkit untuk shalat subuh dan
jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya shalat kira-kira lamanya seseorang
membaca lima puluh ayat Al Qur’an.
Anas radhiallahu ‘anhu meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu :
“Kami makan sahur bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian beliau
shalat. Aku (Anas) bertanya:” Berapa lama jarak antara adzan (Subuh) dan sahur?
Beliau (Zaid bin Tsabit) menjawab: “Kira-kira membaca lima puluh ayat Al Qur’an.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa Bilal mengumandangkan
adzan di malam hari (adzan pertama), lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan,


karena ia tidak mengumandangkan adzan kecuali bila terbit fajar (adzan Subuh).”
(HR. Bukhari)
Mengakhirkan makan sahur lebih mengenakkan bagi orang yang berpuasa dan
lebih selamat dari tidur kembali sehingga bisa menyebabkan ketinggalan shalat subuh.
• BERBUKA
1. Kapan Orang yang Puasa Berbuka?
Waktu berbuka puasa bagi orang yang puasa adalah ketika matahari telah
terbenam. Hal ini berdasarkan hadits dari Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jika malam datang dari sini, siang menghilang dari sini, dan telah terbenam
matahari, maka berbukalah orang yang puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
2. Menyegerakan Puasa
Amr bin Maimun Al Audiy berkata: “Para sahabat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam adalah orang-orang yang paling bersegera dalam berbuka dan paling akhir
dalam sahur.” (Riwayat Abdur Razaq dan al Haitsami)
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:

“Manusia terus berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”


(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:
“Agama ini akan senantiasa menang selama manusia menyegerakan berbuka,
karena orang-orang Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya.” (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Hibban. Sanadnya hasan)

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:
“Umatku akan senantiasa dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang
ketika berbuka (puasa).” (HR. Ibnu Hibban, dg sanad shahih)
3. Berbuka Dengan Apa?
Disunnahkan agar berbuka dengan menggunakan ruthab (kurma basah/segar).
Kalaupun tidak ada bisa menggunakan tamr (kurma kering), jika tidak ada bisa berbuka
dengan beberapa teguk air.
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:

“Adalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berbuka dengan beberapa butir ruthab
(kurma segar) sebelum shalat (Maghrib), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan
beberapa butir tamar (kurma kering), jika tidak ada tamar maka beliau minum dengan
beberapa tegukan air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, At Tirmidzi.
Sanadnya shahih)
Jika tidak ada ruthab, tamr, maupun air, maka beliau berbuka puasa dengan
makanan atau minuman apa saja yang ada, asalkan halal. Jika tidak mendapatkan
sesuatu yang bisa dimakan, maka beliau meniatkan berbuka dengan hati, namun tidak
mengisap jari atau menghimpun air liur lalu menelannya, seperti yang dilakukan oleh
sebagian orang awan.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
4. Yang Diucapkan Ketika Berbuka
Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda”
“Sesungguhnya orang yang puasa ketika berbuka memiliki do’a yang tidak akan
ditolak.” (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Ibnu Sunni, Ath Thayasi. Shahih)
Do’a yang paling afdhol adalah do’a yang ma’tsur dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam. Seseorang juga diperbolehkan berdo’a apa saja yang ia sukai dari kebaikan
dunia dan akhirat.
(Untuk do’a ketika berbuka puasa bisa di lihat pada blogs ana di kategori Do’a
dan wirid)
5. Memberi Makan Orang Yang Puasa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa memberi buka orang yang puasa, ia mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR. Ahmad,
At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh At Tirmidzi)
(Untuk do’a2 yang berhubungan denganorang yg dberi makan kpd orang lain, do’a
apabila berbuka di rumah orang lain bisa di lihat dib logs kategori Do’a dan wirid)

Maraji’:
Kitab Kajian Ramadhan, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
Kitab Fiqih Ramadhan, penulis Ustadz Abdullah Shalih al Hadromi, penerbit Majelis
Taklim dan Dakwah Husnul Khatimah, Malang

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Anda mungkin juga menyukai