PENDAHULUAN
1
hancurnya Perpustakaan Nasional Rumania pada bulan Desember 1989 serta bencana
banjir di Perpustakaan Florence, Italia, 1966.Tak terkecuali di Indonesia, yang
merupakan wilayah rawan gempa dan berbagai bencana alam lainnya. Contohnya
adalah peristiwa tsunami di Aceh pada bulan Desember 2004 telah menghancurkan
ratusan perpustakaan dan ribuan koleksinya hilang ataupun rusak , juga terbakarnya
perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin yang merupakan “kiblat” peradaban tasawuf
nasional . Ketika itu sekitar 20 % dari 108.819 koleksi buku di perpustakaan tersebut
merupakan literatur yang mengupas ilmu tasawuf, suatu cabang ilmu yang sepanjang
masa selalu digandrungi penggemarnya, di dunia barat sekalipun, hangus terbakar Hal
ini sangat disayangkan karena jumlah koleksi dalam perpustakaan IAIN Antasari
tersebut, merupakan jumlah koleksi ilmu tasawuf terbesar dan terlengkap di Indonesia
2
• Sebagai bahan pertimbangan bagi perpustakaan-perpustakaan di Indonesia
untuk menerapkan metode dan prosedur penanggulangan bencana yang masih
jarang diterapkan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Rencana penanggulangan bencana untuk perpustakaan nasional di Australia (1988),
menyebutkan bahwa tugas utama para anggota Tim Pencegahan dan Penanggulangan
Bencana ada dua:
1. Melalui perencanaan dan persiapan yang efektif , rencana itu bertujuan
mengurangi bahaya dan mencegah bencana dan suasana darurat sedapat
mungkin.
2. Bila bencana terjadi , rencana tersebut dimaksudkan untuk
mengimplementasikan prosedur-prosedur yang dapat membantu pemulihan
dan penyelamatan (bahan benda, barang yang telah rusak).
Tujuan dari penyusunan dokumen rencana kesiagaan dan penanggulangan bencana ini
hanya bersifat preventif, berdasarkan Perpustakaan Nasional Australia:
1. untuk mengurangi potensi kerugian dengan mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana.
2. untuk menjamin agar badan-badan (jawatan), baik pemerintah maupun swasta,
yang kelak dimintai bantuan di kala terjadinya bencana, dapat memahami
hakikat dan arti pentingnya koleksi perpustakaan.
3. untuk menciptakan kondisi normal pasca-terjadinya bencana secepat dan
seefisien mungkin.
4. untuk mengurangi peluang berulangnya bencana dengan bervermin kepada
pengalaman yang telah lalu.
5. untuk menjamin agar staf perpustakaan diberi pengarahan dan pendidikan
memadai tentang hal ini dan upaya ini harus dilakukan secara reguler.
6. untuk menjamin agar jawatan-jawatan terkait sering memberikan pengawasan
untuk mencegah kondisi-kondisi baru yang timbul dari danpak bencana
terhadap keselematan gedung perpustakaan.
5
kesadaran pada diri semua staf akan pentingnya preservasi dan peningkatan
pengetahuan mengenai tujuan institusi.
Perlu membentuk sebuah tim pengkaji (4-7 orang) yang ahli dalam kegiatan
perpustakaan yang bertugas:
• menilai kemungkinan – kemungkinan bencana yang ada sekarang
• membuat outline rencana penanggulangan
• menentukan apa yang diperlukan untuk menyempurnakan dan
mengimplementasikan rencana tersebut dimasa depan.
Sedangkan dalam implementasi rencana adalah tugas manajer perpustakaan ,yakni
mempertimbangkan rencana, membandingkan dengan prioritas-prioritas lain, idealnya
menajdikan rencana tersebut sebagai bagian dari program preservasi terpadu.
Inti dari isi rencana adalah pengetahuan mengenai koleksi, pencegahan bencana,
teknik pemulihan, ketersediaan bantuan dari pihak luar, dan keberadaan struktur
pembuatan keputusan.
6
untuk menjamin keamanan perpustakaan dan koleksinya pada masa yang
mengandung resiko, misalnya ketika pameran bahan pustaka, juga
mempertimbangkan unsur asuransi.
Respon meliputi aktifitas-aktifitas yang perlu dilakukan untuk menjamin agar rencana
penanggulangan itu dapat diterapkan, termasuk memperbaharui rencana agar selalu
mutakhir. Topik-topiknya meliputi : usaha membentuk dan melatih personil,
mengidentifikasi dan menandai bahan-bahan pustaka yang tak bisa diganti,
menyiapkan dan merawat perlengkapan yang kelak diperlukan jika bencana terjadi,
mencatat personil inti, jawatan dan sumber perlengkapan (diusahakan catatan sellau
mutakhir), menentukan prosedur pemberitahuan terhadap anggota tim supaya disaat
diperlukan dapat merespon secara serempak dan cepat, menjalin kontak dengan
personil preesrvasi yang mampu memberikan bantuan.
7
• Melakukan pengawasan terhadap gedung secara teratur dan menyeluruh ,
meliputi segala karakteristik dan aspek keamanan gedung. Unsur-unsur
bangunan yang perlu diawasi:
1. sejarah gedung
2. sumber panas
3. listrik
4. atap gedung
5. jendela
6. alat pelindung kebakaran
• Membuat duplikat bagi bahan-bahan pustaka penting dan
menempatkannya di tempat lain. Bahan pustaka terpenting dalam hal ini ada
dua: bahan-bahan administratif, misalnya daftar koleksi seperti katalaog; dan
bahan-bahan pustaka penting yang terdapat di koleksi. Katalog online dan CD-
ROM juga sangat mudah menduplikasinya sekarang ini.
Aktivitas pokok yang harus dikerjakan disini adalah: membentuk sebuah tim perespon
bencana yang para anggotanya, yaitu staf perpustakaan , sudah terlatih, dan sellau
siaga setiap kali diperlukan disaat darurat ; mendokumentasikan , misalnya rencana
lantai bangunan, daftar personil, dan alamat lengkapnya (terutama nomor teleponnya),
daftar perlengkapan, dan daftar suplier perlengkapan yang diperlukan di kala darurat
seperti kendaraan pengangkut, surat kabar, atau generator, menyiapkan mekanisme,
untuk keperluan darurat, menyiapkan rencana tindakan untuk mengurangi kerusakan
bila bencana terjadi , misalnya menmabah jumlah koleksi dibawah tanah, melengkapi
rak dengan pelapis (anti api dan air), mengetes dan mengusahakan agar dokumen ini
selalu mutakhir.
8
Fase ini berkaitan dengan prosedur-prosedur yang dapat ditempuh bila bencana
terjadi, yang bersifat rekatif bukan proaktif.
Langkah-langkahnya meliputi:
• Mengaktifkan alarm dan mengumpulkan personil
• Menjamin tempat bencana aman untuk dimauski
• Setelah dinyatakan aman, penilaian awal terjadap kerusakan perlu segera
dibuat oleh pimpina tim respon, memebri keterangan singkat dan membagi
tugas.
• Memperkirakan jumlah kerusakan
• Mengularkan bahan-bahanpustaka yang masih tersisa untuk dipak dan
dipindahkan ketempat yang lebih aman
• Mencatat secara rinhkas nomor panggil atau judul peedeknya saja sehingga
mudah dietmapatkan kembali, juga memudahkan bantuan asuransi
• Dokumentasi foto pun mempermudah mendapatkan tunjangan asuransi.
Teknik Pengeringan ada dua , yaitu dengan udara (air-draying), adalah cara paling
sederhana, biayanya murah dan tidak memerlukan perlengkapan atau alat yang mahal.
Misalnya dengan menggunakan kipas angin. Cara kedua dilakukan dengan kulkas,
dengan tahap-tahap berikut:
• Bahan pustaka yang basah dibungkus plastik polyethelene dan kemudian
dimasukkan peti Plastik atau boks dari cardboard yang kuat
• Makukkan ke dalam lemari es pada suhu -21 C atau lebih rendah. (sekitar satu
setengah atau tiga pekan).
• Setelah dikeluarkan dari lemari es, selanjutnya bahan pustaka dimasukkan ke
dalam ruang vakum dimana titik didih air akan mengalami penurunan dan
mengakibatkan es-nya menguap tan[a mencair dulu. Uap air lalu dibuang.
9
Proses ini memakan waktu lama namun sebenarnya daapt dipercepat dengan
menghangatkan dinding atau rak ruangan vakum tadi sampai 37 C.
Pengendalian jamur dilakukan dengan bahan kimia adan tanpa bahan kimia. Cara
non-kimia dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Membersihkan debu dari dalam ruangan
• Meyemburkan gas CO2 ke dalam ruangan vakum yang dapat emebrsihkan
oksigen yang menopang tumbuhnya jamur.
• Cara lain dengan sinar gamma. Cara ini efektif namun berdampak buruk
terhadap selulosa dan protein , dan belum banyak dipakai.
Cara kimia dilakukan dengan fungisida yang harus dilakukan oleh tenaga ahli atau
koservator, atau konsultasi dengan mereka. Fungisida yang banyak dipakai adalh
thymol, ortho-phenyl phenol dan ethylene oxide. Namun semua bahan kimia ini
bermasalah karena beracun dan menimbulan penyakit kanker.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Lyall, Jann. 1996. Disaster Planning for Libraries and Archives: Understanding
the Essential Issues. Diterbitkan dalam prosiding of the Pan-African
conference on the preservation and conservation of library and archival
materials, Nairobi, Kenya: 21-25 June 1993, IFLA.
http://www.nla.gov.au/nla/staffpaper/lyall1.html
12