A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
1. Emosi
Setiap individu menurut dasarnya memilki kebutuhan-kebutuhan
jasmaniyah tertentu . Di antara kebutuhan-kebutuhan ini kita dapati misalnya
kebutuhan-kebutuhan akan makanan, kebebasan bergerak, serta komport atau
kebebasan dari stimulus-stimulus yang mengganggu. Setiap stimulus yang
akan menghalangi, memblokade atau mengacaukan salah satu kebutuhan
semacam ini dapat menyebabkan individu kehilangan cara hidupnya yang
biasanya berlangsung dengan lancar dan menyebabkan dia mengalami emosi
yang tidak enak, seperti takut, marah atau mata gelap. Sebaliknya suatu situasi
yang memenuhi atau mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar akan
menghasilkan sambutan-sambutan yang mengenakkan, yang dapat disebut
:kepuasan kegembiraan yang memuncak ; kelegaan atas rasa nikmat. Emosi
juga dapat ditimbulkan oleh reaksi sosial, seprti interaksi antara individu
dengan individu lainnya. Emosi bukanlah pengalaman yang berdiri sendiri atau
diskrit.
Untuk kepentingan belajar dalam membimbing perkembangan emosional dapat
diisolasikan empat aspek dari emosi : manifestasi yang terlihat, intensitet, nada
perasaan dan kecendrungan arah. Karena emosi bukanlah pengalaman yang
terpisah-pisah, melainkan mengantar aktivitet-aktivitet psikis yang lain, guru
harus berusaha dengan bijaksana untuk melengkapi berbagai aktivitet belajar
dengan cara-cara yang tepat yang dapat menyinggung aspek-aspek yang
menyenangkan dari pengalaman yang diemosikan.
Motivasi berkaitan erat dengan emosi. Emosi itu sendiri adalah pendorong
terjadinya perilaku, tetapi hubungannya dengan motivasi seperti apa, belum
terjawab sepenuhnya oleh ahli psikologi. Menurut Hilgrad dan kawan-kawan,
kebanyakan ahli beranggapan bahwa motivasi adalah pendorong perilaku yang
determinan-determinannya berasal dari dalam diri individu (stimulus-stimulus
internal), sedang determinan-determinan emosi berasal dari luar individu
(stimulus-stimulus eksternal).
Dalam kaitannya dengan belajar dan minat biasanya para ahli membedakan dua
macam motivasi berdasarkan sumber dorongan terhadap perilaku, yaitu motivasi
intristik dan ekstrisik. Motivasi intrinsik adalah yang bersumber dari dalam diri
individu yang bersangkutan (ingin menjadi Guru, saya harus lebih banyak belajar
karena kurang menguasai bagaimana menjadi guru yang profesional ; dan lain-
lain). Motivasi ekstrinsik mempunyai sumber dari luar (takut nilai rendah ; untuk
mendapatkan si Maya tersayang ; biar dibilang anak pintar ; dan lain-lain).
E. Kecerdasan Inteligensi
Seorang ibu, orangtua murid yang baru lulus, bercerita bagaimana caranya untuk
mengirim Rahmat ke Jerman. Ia sudah meyakinkan anaknya bahwa ia tidak akan
mampu untuk membiayainya. Tetapi anaknya berulang-kali meyakinkan
orangtuanya, bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan. Ditengah-tengah
pembicaraan, ibu itu bercerita tentang perubahan perilaku anaknya setelah
masuk sekolah yang menitik beratkan kepada pengembangan kecerdasan
emosional spritual. Waktu pulang kampung, ia banyak menaruh perhatian pada
tetangga-tetangganya yang miskin. Menjelang Lebaran, seperti biasanya, ibu itu
memberi anaknya uang untuk membeli pakaian baru. Rahmat menerima uang itu
seraya minta izin untuk memberikannya pada tukang becak tetangganya. “Uang
ini jauh lebih berharga bagi dia ketimbang saya, Bu,” kata Rahmat. Ibunya
bercerita sambil meneteskan air mata. Kisah nyata di atas menyajikan contoh
anak yang cerdas secara spiritual. Itu terjadi jauh sebelum konsep kecerdasan
spiritual ramai diperbincangkan. Dan kutipan lima karakteristik orang yang cerdas
secara spiritual menurut Roberts A. Emmons, The – Psychology of Ultimate
Concerns:
(3) Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan
kita,
* Jika belajar itu hanya untuk dapat pekerjaan, saya beri kamu pekerjaan.
Kita dapat membantu anak untuk menemukan missinya. Jika kamu sudah
sekolah, kamu mau apa? Aku mau jadi orang pintar. Jika sudah pintar, mau apa,
what then? Dengan kepintaranku, aku akan memperoleh pekerjaan yang bagus.
Jika sudah dapat pekerjaan, mau apa? Aku akan punya duit banyak.Jika sudah
punya duit banyak, mau apa? Aku ingin bantu orang miskin, yang di negeri kita
sudah tidak terhitung jumlahnya. Sampai di sini, kita sudah membantu anak
untuk menemukan tujuan hidupnya.
3. Baca Kitab Suci. Setiap agama pasti punya kitab suci. Begitu keterangan
guru-guru kita. Tetapi tidak setiap orang menyediakan waktu khusus untuk
memperbincangkan kitab suci dengan anak-anaknya. Di antara pemikir besar
Islam, yang memasukkan kembali dimensi ruhaniah ke dalam khazanah
pemikiran Islam, adalah Dari Muhammad Iqbal. Walaupun ia dibesarkan dalam
tradisi intelektual barat, ia melakukan pengembaraan ruhaniah bersama
Jalaluddin Rumi dan tokoh-tokoh sufi lainnya. Boleh jadi, yang membawa Iqbal
ke situ adalah pengalaman masa kecilnya. Setiap selesai salat Subuh, ia
membaca Al-Quran. Pada suatu hari, bapaknya berkata, “Bacalah Al-Quran
seakan-akan ia diturunkan untukmu!” Setelah itu, kata Iqbal, “aku merasakan Al-
Quran seakan-akan berbicara kepadaku.”
Ada tipe orang yang straight forward/berbicara langsung apa adanya. Dari
sudut pandang kecerdasan emosional, orang seperti ini harus belajar memahami
perasaan orang lain.
DAFTAR BACAAN
Dewa Ketut Sukardi. Drs., “Analisis Tes Psikologis”, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1990
http://udhiexz.wordpress.com/category/pendidikan/psikologi-pendidikan/