Anda di halaman 1dari 7

Definisi dan Klasifikasi

Dispepsia adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan
perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak flatus,
rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi ( suara keroncongan dari perut ). Gejala
ini bisa akut, intermiten atau kronis.(3,4,7,9)

Istilah gastritis yang biasanya dipakai untuk menggambarkan gejala tersebut di atas
sebaiknya dihindari karena kurang tepat.(7,9)

Dispepsia Non Ulkus (DNU) atau Dispepsia Idiopatik adalah dispepsia kronis atau
berulang berlangsung lebih dari 1 bulan dan sedikitnya selama 25% dalam kurun waktu tersebut
gejala dispepsia muncul, tidak ditemukan penyakit organik yang bisa menerangkan gejala
tersebut secara klinis, biokimia, endoskopi (tidak ada ulkus, tidak ada oesophagitis dan tidak ada
keganasan) atau radiografi.(6,14)

Dispepsia tanpa kelainan endoskopi yang bukan diklasifikasikan sebagai DNU dapat pula
ditemukan pada Sindrom Kolon Iritatif, refluks gastroesofageal, penyakit saluran empedu,
penggunaan obat, intoleransi makanan dan penyakit sistemik lainnya. (6,9) (lihat Tabel 1.).
Penggunaan obat seperti OAINS dan kortikosteroid dapat pula menyebabkan kelainan struktural
mulai dari gastritis(erosif dan hemorhagik) sampai dengan ulkus gaster / duodenum. (1)

Klasifikasi Dispepsia Berdasarkan Etiologi

A. Idiopatik atau DNU

B. Organik

I. Obat-obatan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,
metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid,
Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline

II. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)

a. Alergi

susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk kedelai dan
beberapa jenis buah-buahan

b. Non-alergi

• produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein, dll.


• bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat,
dll.

Perlu diingat beberapa intoleransi makanan diakibatkan oleh penyakit dasarnya,


misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak bisa mentoleransi makanan berlemak,
jeruk dengan PH yang relatif rendah sering memprovokasi gejala pada pasien ulkus
peptikum atau esophagitis.

III.Kelainan struktural

A. Penyakit oesophagus

• Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia


• Akhalasia
• Obstruksi esophagus

B. Penyakit gaster dan duodenum

• Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan sakit
keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock
• Ulkus gaster dan duodenum
• Karsinoma gaster

C. Penyakit saluran empedu

• Kholelitiaasis dan Kholedokolitiasis


• Kholesistitis

D. Penyakit pankreas

• Pankreatitis
• Karsinoma pankreas

E. Penyakit usus

• Malabsorbsi
• Obstruksi intestinal intermiten
• Sindrom kolon iritatif
• Angina abdominal
• Karsinoma kolon

IV.Penyakit metabolik / sistemik

a. Tuberculosis
b. Gagal ginjal
c. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
d. Diabetes melitius
e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
f. Ketidakseimbangan elektrolit
g. Penyakit jantung kongestif

V. Lain-lain

a. Penyakit jantung iskemik


b. Penyakit kolagen
Patofisiologi

Patofisiologi DNU masih sedikit diketahui, beberapa faktor berikut mungkin berperan
penting (multifaktorial): (5,9,14)

• Abnormalitas Motorik Gaster

Dengan studi Scintigraphic Nuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien


DNU mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Demikian
pula pada studi monometrik didapatkan gangguan motilitas antrum postprandial,
tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala-gejala dispepsia tidak
jelas.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku"
bertanggung jawab terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya
fundus relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi
duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke bagian
fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa pasien DNU,
refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu
cepat.

• Perubahan sensifitas gaster

Lebih 50% pasien DNU menunjukkan sensifitas terhadap distensi gaster


atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang sedikit
mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi gaster
intestinum atau distensi dini bagian Antrum postprandial dapat menginduksi nyeri
pada bagian ini.

• Stres dan faktor psikososial

Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan


morbiditas psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien DNU dari pada
subyek kontrol yang sehat. Banyak pasien mengatakan bahwa stres mencetuskan
keluhan dispepsia. Beberapa studi mengatakan stres yang lama menyebabkan
perubahan aktifitas vagal, berakibat gangguan akomodasi dan motilitas gaster.
Kepribadian DNU menyerupai pasien Sindrom Kolon Iritatif dan
dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda neurotik, ansietas dan depresi yang
lebih nyata dan sering disertai dengan keluhan non-gastrointestinal ( GI ) seperti
nyeri muskuloskletal, sakit kepala dan mudah letih. Mereka cenderung tiba-tiba
menghentikan kegiatan sehari-harinya akibat nyeri dan mempunyai fungsi sosial
lebih buruk dibanding pasien dispepsia organik. Demikian pula bila dibandingkan
orang normal. Gambaran psikologik DNU ditemukan lebih banyak ansietas,
depresi dan neurotik.

• Gastritis HP

Gambaran gastritis HP secara histologik biasanya gastritis non-rosif non-


spesifik. Di sini ditambahkan non-spesifik karena gambaran histologik yang ada
tidak dapat meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik yang bersangkutan.
Diagnosa endoskopik gastrtitis akibat infeksi HP sangat sulit karena sering kali
gambarannya tidak khas. Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak
berat tetapi gambaran endoskopik yang tampak tidak jelas dan bahkan normal.
Beberapa gambaran endoskopik yang sering dihubungkan dengan adanya infeksi
HP adalah (Malfertheimen, 1994):

a. Erosi kronik di daerah antrum.


b. Nodularitas pada mukosa antrum.
c. Bercak-bercak eritema di antrum.
d. Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di
daerah korpus.

Peranan infeksi HP pada gastritis dan ulkus peptikum sudah diakui, tetapi
apakah HP dapat menyebabkan DNU masih kontroversi. Pravelensi HP pasien
DNU tidak berbeda dengan kontrol. Di negara maju, hanya 50% pasien DNU
menderita infeksi HP, sehingga penyebab dispepsia pada DNU dengan HP negatif
dapat juga menjadi penyebab dari beberapa DNU dengan HP positif. Bukti terbaik
peranan HP pada DNU adalah gejala perbaikan yang nyata setelah eradikasi
kuman HP tersebut, tetapi ini masih dalam taraf pembuktian studi ilmiah. Banyak
pasien mengalami perbaikan gejala dengan cepat walaupun dengan pengobatan
plasebo. Studi "follow up" jangka panjang sedang dikerjakan, hanya beberapa saja
yang tidak kambuh.

• Kelainan GI fungsional

DNU cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan fungsional GI,


termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-kardiak dan nyeri ulu hati
fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom Kolon Iritatif menderita dispepsia
dan lebih dari sepertiga pasien dengan dispepsia kronis juga mempunyai gejala
Sindrom Kolon Iritatif. Pasien dengan kelainan seperti ini sering ada gejala extra
GI seperti migrain, myalgia dan disfungsi kencing dan ginekologi.

Pada anamnesis dispepsia jangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon


Iritatif seperti nyeri abdomen mereda setelah defikasi, perubahan frekuensi buang
air besar atau bentuknya mengalami perubahan, perut tegang, tidak dapat
menahan buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien juga mengalami
aerophagia, lingkaran setan dari perut kembung diikuti oleh masuknya udara
untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih parah. Ini
memerlukan perbaikan tingkah laku. Abnormalitas di atas belum semua
diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada semua penderita.
Hasil yang kurang konsisten dari bermacam terapi yang digunakan untuk terapi
DNU mendukung keanekaragaman kelompok ini.

Diagnosis

Sebelum diagnosis DNU dibuat, kita harus menyingkirkan kemungkinan dispepsia


organik yang mempunyai banyak penyebab seperti tampak pada Tabel 1. Diagnosis yang
dihubungkan dengan penyebab ini didapat secara sistematis, yaitu dengan anamnesis yang teliti
dan terarah, pemeriksaan fisik, laboratorium yang disesuaikan dengan hasil anamnesis dan
pemeriksaan penunjang (endoskopi dan radiografi).

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya dari satu sisi akan memberikan hasil
yang baik, akan tetapi pemeriksaan lengkap akan mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan
pasien akan tinggi, sehingga dalam menentukan penyebab sindrom dispepsia ini para dokter
harus dapat memilih pemeriksaan yang tepat dan terarah tanpa harus melakukan semua
pemeriksaan . Beberapa faktor yang menentukan perlu tidaknya pemeriksaan penunjang adalah
tingkat kroniksitas gejala, kemungkinan penyakit organik yang serius, respon pasien terhadap
terapi empirik dan tingkat kecemasan pasien.

Dyspepsia non ulser gejalanya bervariasi. Para ahli berpendapat perlu dibuat klasifikasi
berdasarkan gejala yang paling menonjol selama 4 minggu, klasifikasi berdasarkan The
American Gastroenterology Association, 1987 :
type Gejala dominan
Refluks gastro-esofageal Nyeri retrosternal
“Heart burn”

Dismotilitas Rasa penuh


Kembung
Mual

Ulkus Nyeri episodic


“Night pain”

Aerofagia Kembung
“Belching“ ”retching”

Anda mungkin juga menyukai