Anda di halaman 1dari 3

16 MEI 2008

BUNUH DIRI
A. KONSEP BUNUH DIRI
Definisi suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar
berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-
isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri
sendiri.
B. Bunuh diri sebagai masalah dunia
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering
menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri,
atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif
overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih
sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh
diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan.

Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja


Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar utama yang bertanggung jawab dalam upaya bunuh diri
pada anak dan remaja, pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky bahwa lingkungan terdekat anak
berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian anak, menurut Stuart Sundeen jenis kepribadian
yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah
dan kepribadian antisocial. Anak akan lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari
keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri,
gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Factor lainnya adalah riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan
pekerjaan atau stress multiple seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor
tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif, anak akan mudah mengambil jalan
pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman, menurut Kaplan gangguan jiwa dan
suicide pada anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan
meningkat.

PERAN PERAWAT DALAM PRILAKU MENCEDERAI DIRI


Pengkajian:
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri
Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya persiapan , ungkapan
verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.
Gejala
Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan menurun, bicara
lamban, keletihan, withdrawl.
Penyakit psikiatrik:
Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental lansia.
Riwayat psikososial
Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan,
masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik.
Factor kepribadian
Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa, jharga diri rendah, antisocial
Riwayat keluarga
Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan takut terhadap penolakan,
alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara
verbal, ancaman harga diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.

• Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan ingin mencederai
diri
Sasaran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

Intervensi dan Rasional

• Observasi prilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan
pengamatan dan kecurigaan pada klien
• Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan memintya bantuan jika keinginan untuk
bunuh dri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya)
• Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik penyebabnya, jangan berikan
reinforcement positive untuk prilaku tersebut (kurangnya perhatian untuk prilaku maladaptive
dapat menurunkan pengulangan mutilasi).
• Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum prilaku ini terjadi (agar
memahami masalah)
• Bertindak sebagai model dalam mengexpresikan kemarahan yang tepat (prilaku bunuh diri
dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri)
• Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan klien merupakan
prioritas perwatan)
• Arahkan kembali prilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik merupakan cara yang
aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam)
• Komitment semua staf untuk memberikan spirit kepada klien
• Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek samping
• Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap
• Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan
keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan klien merupakan prioritas
keperawatan)

INTERVENSI KLIEN BUNUH DIRI


1. Listening, kontrak, kolaborasi dengan keluarga
Klien bisa ditolong dengan terapi dan mencoba untuk mengungkapkan peasaannya, berikan dukungan
agar dia tabah dsan tetap berpandangan bahwa hidup ini bermanfaat. Buatlah lingkungannya seaman
mungkin dan jauhkanlah dari alatttt-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
2. Pahami persoalan dari kacamata mereka
Harus dihadapi dengan sikap menerima, sabar, dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap
memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh diri. Pada saat sedang
menderita ia membutuhkan bantuan orang lain, ia butuh ventilasi untuk mengalirkan perasaan dan
masalahnya. Namun ia biasanya takut untuk mencari pertolongan.
3. Pentingnya partisipasi masyarakat
Gangguan kejiwaan biasanya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi karena sewaktu-waktu bisa
kambuh, dalam hal ini dukungan keluarga sangat penting untuk upaya penyembuhan klien , keluarga
perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap sama dngan penyakit-penyakit
fisik lainnya.
4. Expess feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan seperti sharing atau curhat sehingga membantu meringankan beban
yang menerpa, selain mengontrol emosi, lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
5. Lakukan implementasi khusus, seperti menjauhkan benda-benda berbahaya dari lingkungan klien,
dan mengobservasi prilaku yang berisiko untyuk bunuh diri

Anda mungkin juga menyukai