Anda di halaman 1dari 3

…hingar bingarnya reaksi masyarakat

terhadap kenaikan harga BBM boleh jadi


merupakan kegagalan pemerintahan SBY dalam
melakukan komunikasi politik. Padahal,
komunikasi adalah hal penting dalam
menjalankan roda pemerintahan. Tanpa
komunikasi politik yang efektif, kebijakan apa
pun yang dikeluarkan akan mengalami distorsi.
Komunikasi tidak hanya tergantung kepada
teknologi melainkan bergantung kepada kekuatan
dalam masyarakat dan lingkungannya. Karena
itu, penggunaan videoconference yang pernah
dilakukan SBY dari Amerika, tidak akan ada
artinya jika pemerintah tidak memahami
kekuatan masyarakat.
Kita mengetahui bahwa biaya teleconference
itu sangat mahal. Bahkan Mensesneg Yusril Ihza
Mahendra sampai menyampaikan angkanya
sebesar Rp 400 juta lebih. Memang, melakukan
komunikasi dengan teknologi ini sangat mahal,
karena dilakukan secara lintas benua, tentunya
ada biaya komunikasi satelit yang sangat mahal.
Tetapi SBY merasa bahwa hal itu perlu
dilakukan karena SBY harus tetap menunjukkan
bahwa dia in-charge. Sebab, di tanah air sedang
berkembang isu bahwa ada dualisme
kepemimpinan antara SBY (Partai Demokrat)
dan JK (Partai Golkar).
Karena itu, kendati mahal SBY ingin
menunjukkan bahwa ia tetap memimpin kendali
negeri ini. Jadi, presiden mengkomunikasikan
sebuah komunikasi politik yang intinya pesan
bahwa kepemimpinannya masih efektif.
Menurut Bride dan Laswell, komunikasi itu
roh dan jiwanya dinamika masyarakat.
Berhasil atau tidaknya komunikasi
ditentukan oleh taktik dan strategi. Apabila
komunikasi itu dilihat dalam lingkup pemerintah,
maka aparatur pemerintah adalah
komunikatornya (Erliana Hasan,2005).
Robbins dalam bukunya “Organization
Behavior” mendefinisikan strategi sebagai
penentuan tujuan dari tujuan jangka panjang dan
sasaran sebuah perusahaan. Karea strategi adalah
sebuah konsep luas dan dapat dibagi-bagi dalam
sebuah dimensi, maka banyak penelitian yang
mengenai hubungan strategi dan struktur, di
antaranya adalah yang dilakukan Miles&Snow,
Michael Porter & Danny Miler.
Boleh jadi silang pendapat pro kontra
kenaikan BBM itu karena para anggota cabinet
maupun presiden tidak memahami bahwa inti
dari komunikasi adalah “who says what in which
channel to whom with what effect”, seperti yang
dikemukakan Harold J. Laswell (1948). Apabila
dijabarkan sebagai berikut:
-who, siapa komunikatornya
-says what, pesan apa yang dinyatkannya
-in which channel, media apa yang digunakan
-to whom, siapa komunikannya,
-with what effect, dampak apa yang diharapkan…

Anda mungkin juga menyukai