Anda di halaman 1dari 2

Catatan Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai 20 Persen

Anggaran Pendidikan dalam APBN

Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan hak uji


materi terhadap UU Nomor 16 Tahun 2008 tentang APBN Perubahan
2008. Dalam putusannya, MK menyatakan bahwa undang-undang itu
hanya mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 15,6 persen
sehingga dinilai sangat bertentangan dengan UUD 1945. MK juga
mengultimatum pemerintah agar mengalokasikan anggaran
pendidikan dalam APBN sebesar 20 persen paling lambat pada
APBN 2009. Meskipun demikian undang-undang APBN Perubahan
2008 (UU APBN-P 2008) dinyatakan bertentangan dengan UUD
1945, sehingga MK memutuskan undang-undang itu tetap berlaku
(UU No. 16/2008).

Pertimbangannya adalah untuk menghindari resiko terjadinya


kekacauan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi
keuangan negara. Ini bukan gugatan pertama terhadap alokasi
anggaran pendidikan. Sudah empat kali MK mengadili dan memutus
perkara soal anggaran pendidikan ini. MK selalu memutus bahwa
alokasi anggaran pendidikan yang kurang dari 20 persen
bertentangan dengan konstitusi.

Ternyata terhadap putusan MK kali ini, pemerintah


menegaskan untuk menjalankan keputusan ini dalam APBN 2009.
Ketetapan ini disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidato kenegaraan dihadapan Sidang Paripurna
DPR, 15 Agustus 2008 lalu. Menurut Presiden, anggaran pendidikan
pada tahun ini berjumlah Rp 154,2 triliun. Tambahan anggaran
pendidikan yang dialokasikan pada tahun depan sebesar Rp 46,1
triliun. Perhitungannya, jika 20 persen dari total belanja negara tahun
depan sebesar Rp 1.122,2 triliun atau sebesar Rp 178,9 triliun, maka
dengan adanya penambahan Rp 46,1 triliun sehingga total anggaran
pendidikan tahun 2009 adalah sebesar Rp 224 triliun. Jumlah itu
termasuk alokasi di Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Agama dan dana alokasi umum (DAU) pendidikan di anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD), serta dana alokasi khusus
(DAK) pendidikan, dana bagi hasil (DBH) pendidikan serta dana
otonomi khusus (otsus) pendidikan.

Tentu saja wajar bila publik melambungkan harapan tinggi,


bahkan mendorong pemerintah untuk memenuhi janjinya tersebut.
Dunia pendidikan yang terkesan belum memberikan hasil
memuaskan, termasuk karena masih kurangnya alokasi anggaran,
sepatutnya bersiap mengelola alokasi dana yang cukup besar
tersebut.

Namun bagaimana upaya pengelolaan anggaran pendidikan


yang selama ini dijalankan? Persoalan mendasar apa saja yang
dihadapi? Apakah kebijakan pemerintah untuk memenuhi alokasi
anggaran pendidikan sebesar 20 persen bisa menjadi jaminan untuk
peningkatan kualitas pendidikan nasional? Potensi-potensi masalah
apa saja yang harus diantisipasi? Upaya sistematis apakah yang
harus dikedepankan untuk menekan kebocoran/praktek korupsi
anggaran pendidikan dari pusat hingga ke daerah terpencil?.

Bagaimana peran para pemangku kepentingan (pemerintah


pusat dan daerah, sektor usaha, media massa, LSM) dalam
mengarahkan dan mengendalikan agar realisasi anggaran
pendidikan dapat mencapai target yang direncanakan? Bagaimana
evaluasi terhadap fungsi koordinasi antara pusat dan daerah dalam
upaya pembangunan sektor pendidikan? Apakah prinsip
desentralisasi menghambat atau mendukung pengembangan sektor
pendidikan yang selama ini dijalankan? Bagaimana upaya
penyempurnaan sektor pendidikan nasional ?.

Anda mungkin juga menyukai