Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat Ilmu

merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini
membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-
landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang
dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan 1.

A. Pengetahuan, ilmu, dan filsafat


1. Pengetahuan
Cambridge-Dictionary 1995 mendefinisikan ilmu pengetahuan sebagai berikut :
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai
objek dan tujuan tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku
universal yang dapat diuji kebenarannya. 2

a) Kekuatan Putusan

Selain term, ekspresi verbal lainnya dari kegiatan berpikir dan pengertian
adalah putusan. Dalam akal budi–terutama dalam rangka penalaran–suatu
pengertian selalu dirangkaikan dengan pengertian yang lain sedemikian rupa
sehingga pengertian yang satu mengakui atau mengingkari pengertian yang lain.
Rangkaian pengertian berupa pengakuan atau pengingkaran itulah yang disebut
putusan. Itu artinya pengertian selalu terkandung dalam suatu putusan.

Putusan adalah pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu


yang lain. Kegiatan berpikir mengakui atau mengingkari sesuatu ini terjadi dalam
1
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat-ilmu.html
2

http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengeta
huan&fp=7e99b3a5df14a093

2
akal budi. Contoh, apabila sewaktu kuliah berlangsung seorang mahasiswa
berpikir, “Logika adalah ilmu yang sulit” tanpa menyatakan apa yang
dipikirkannya itu dengan kata-kata, mahasiswa tersebut membuat suatu
putusan, karena dalam akal budi ia telah mengakui pengertian “ilmu yang sulit”
tentang “logika”. Apabila kemudian ia menyatakan apa yang dipikirkannya itu
kepada teman di sebelahnya, ia tidak hanya telah membuat suatu putusan,
tetapi ia telah juga mengungkapkan putusan itu dalam sebuah proposisi. Dengan
demikian, proposisi dapat diartikan sebagai pernyataan yang di dalamnya
manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.

Di antara kegiatan-kegiatan akal budi manusia, putusan adalah kegiatan


budi yang paling penting. Alasannya, dalam putusan suatu pengertian ditegaskan
atau diingkari tentang pengertian yang lain. Itu artinya putusan yang
diekspresikan secara verbal dalam proposisi menyatakan apakah sesuatu diakui
tentang sesuatu yang lain (afirmasi) atau sesuatu diingkari tentang sesuatu yang
lain (negasi). Dengan proposisi (sebagai ekspresi verbal putusan) kita dapat
menentukan kebenaran atau kekeliruan secara formal.

b) Kepastian, Keyakinan, dan Kepercayaaan


Kepastian adalah sikap mental atas dasar keyakinan bahwa ada kebenaran,
tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Adapula kemungkinan, bahwa orang
mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan
atas pemberitahuan pihak lain3.
Ahli ilmu falak mengatakan misalnya kepada saya, bahwa pada tanggal tertentu
akan ada gerhana bulan. Saya yaki , bahwa pemberitahuan itu benar. Jadi, setelah
diberitahu itu, saya tahu akan sesuatu kebenaran.Pengetahuan yang tercapai itu disebut
kepercayaan. Kepastian terdapat karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya dari
kepastian yang diperoleh sendiri.
Jadi, kepercayaan itu adalah anggapan atau sikap mental bahwasesutu itu
benar. Arti lainnya dari ke[ercayaan adalah sesuatu yang diakuisebagai benar. Kita tidak

3
http://hadikasmajads.blogspot.com/2011/01/makalah-filsafat-ilmu-fakta-kepercayaan.html

3
bisa membayangkan manusia dapat hidup tanpa kepercayaan apapun’ baik dalam arti
pertamamaupun dalam arti yang kedua.

c) Pengetahuan biasa
Dalam filsafat, pengetahuan biasa sering dianggap sebagai pengetahuan
inderawi.
2. Ilmu
Definisi ilmu menurut bebrapa orang ilmu :
1. Mohammad HattaIlmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam. 4
2. Ralp Ross dan Ernest Van Den HaagIlmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan keempatnya serentak.5
3. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers UniversityIlmu adalah pengetahuan
yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan
untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. 6

a) Objek materi dan formal


No problem, no science”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun
padat akan makna. Dari ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya ilmu
pengetahuan muncul dari adanya permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan, menurut
Bahm, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarti
tidak ada solusi. Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang tepat dalam
memecahkan masalah. Ada metode berarti ada sistematika ilmiah 7.
Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa
yang coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut obyek.
Dalam arti lain, obyek dimaknai sebagai sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan8.

4
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
5
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
6
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
7
Archi J Bahm. What is Science?. 1980 (New Mexico: Al-buquerque). Hal: 1
8
Drs. Surajiyo,. Drs. Sugeng Astanto, M.Si,. Dra. Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. 2006. (Jakarta: Bumi
Aksara). Hal: 11.

4
Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan,
pemikiran atau penelitian ilmu 9.Sedangkan menurut Surajiyo dkk. obyek material
dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot
oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun
yang abstrak, yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-
masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material dari sosiologi
adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang
menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek
material logika.

Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter).
Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:

1. Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan
faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika;
penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-
kimia dan sebagainya.

2. Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling


berhubungan. Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan
struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi
mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok
persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat
diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan
aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh
dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.

Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap


menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang.
Obyek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari

9
Suparlan Suhartono, Ph.D. Dasar-dasar Filsafat. 2004. (Yogyakarta: Ar-Ruzz). Hal: 97.

5
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek
material itu disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu,
tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek
material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai
sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah
ditentukan.

Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari
sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.

b) System dalam ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan merupakan kelanjutan konsepsional dari ciri “ ingin tahu”
sebagai kodrat manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut persyaratan-
persyaratan khusus dalam pengaturannya. Dalam hal ini yang terpenting adalah sistem
Dan metode ilmu pengetahuan. Koentjaraningrat memberikan penjelasan sbb :
System adalah susunan yang berfungsi dan bergerak ; suatu cabang ilmu niscaya
mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi.
Sehubungan dengan itu, maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu
batasan ( definisi ) perihal apa yang hendak yang ingin dijadikan objek studinya.
Setelah pembatasan itu, maka objek studi ditempatkan dalam suatu susunan
tertentu sehingga nyata kedudukannya yang relative dengan objek-objek atau
kenyataan –kenyataan lainnya yang ( meskipun ada hubungannya dengan objek studi
yang didefinisikan ). Ditinjau dari cabang ilmu yang bersangkutan diletakkan diluar
batasan yang dirumuskan itu. Adapun kedekatan-kedekatan yang terdapat antara objek
studi dari suatu cabang ilmu tertentu dengan hal-hal lain diluar ilmu itu, tetapi yang ada
hubungannya dengan objeknya, akan terwujud nanti dalam apa yang biasa dikenal
sebagai kerjasama inter-atau multidisipliner.
Kalau dikatakan bahwa suatu system adalah susunan yang berfungsi dan
bergerak, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu : susunan dari relasi-relasi yang
ada pada suatu realitas “. Apa yang kita sebut system ini sebenarnya telah termuat

6
dalam azaz pengaturan ( yang memungkinkan kita menghimpun dan menemukan
hubungan –hubungan yang ada antara realitas ayng diamati). Kekhususannya dalam hal
ilmu ialah bahwa perbedaan –perbedaan objek studi ( formal maupun material ).
Seringkali memaksakan sitematika yang berbeda atau stidak-tidaknya meltakkan
aksentuasi yang berlainan”. ( Koenjaraningrat :1977, hlmn : 13-14 ).

c) Kebenaran Ilmu pengetahuan


Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh
untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-
kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam


adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena
itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam
atau simplifikasi atas fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal


menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut
menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan
struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah
pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran
secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada
pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi
dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan
pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat
diberikan dalam berbagai bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori

7
dengan membuat unsur-unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat
empiris dengan unsur-unsur bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.

Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang
bersangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis,
sosio politis, humanistis dan religius.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek
ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-
hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang
materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek
alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan.
Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah
dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme.
Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan
aspek pragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek
ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan
dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh
disiplin (Jujun S.Suriasumantri, 1998). Kerangka filsafat di atas akan memudahkan
pemahaman mengenai keterkaitan berbagai ilmu dalam mencari kebenaran.

1. TEORI KEBENARAN KORESPONDENSI


Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau
pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran
atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh
suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta
yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-
teori empiris pengetahuan.

8
Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan
dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai
beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir
ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang
dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu
menyebabkan kelemahan ilmu empiris.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia
dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang
belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya
kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan
pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua
cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.

Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan


teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab
masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan
ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara
proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia
mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.

2. TEORI KEBENARAN KOHERENSI ATAU KONSISTENSI


Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada
kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan
jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.
Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari
massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

9
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja,
tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu
pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang
terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan
proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan,
diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian
kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan.
Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan
merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat
manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter,
pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari
strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam
kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada
kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan
rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang
didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif.
Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak
secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka
manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk
menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.

3. TEORI KEBENARAN PRAGMATIS


Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide
dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya
suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut
bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau
memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang
diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian

10
kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui
adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari
keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu
pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan
kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa
bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar
mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu
berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan
paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan
manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya
dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan
yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini
telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat
akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan,
penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan
kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang
menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis
kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga
foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia
telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan
ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan
masyarakat modern yang materialis-pragmatis.

4. TEORI KEBENARAN PERFORMATIF


Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian

11
muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan
sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Contoh
kedua adalah pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI mendapat tempat dan nama
yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai terlarang dan semua
hal yang berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak hidup di Indonesia. Contoh
lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori
heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat
menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun
bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran
performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin
agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif
dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,
adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis
dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran
dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh
pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani
melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk
mencari kebenaran.

5. TEORI KEBENARAN KONSENSUS


Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau
perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung
paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa
serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah
tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara
apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan
world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-
anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-
orang yang memiliki suatu paradigma bersama.

12
Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya
paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai
bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak
semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga
menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa
melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai
keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis.
Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut
dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari
kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan
masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori
yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan
kompetisi akan mengalami verifikasi . Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang
sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori.
Pengalihkesetiaan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman
konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan
mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi
paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk
memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para
ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan
sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai
masalah.
Dalam ilmu astronomi, keunggulan kuantitatif tabel-tabel Rudolphine dan
Keppler dibandingkan yang hitungan manual Ptolomeus merupakan faktor utama dalam
konversi para astronom kepada Copernicanisme. Dalam fisika modern, teori relativitas
umum Einsten mendapat ejekan karena ruang itu tidak mungkin melengkung. Untuk
membuat transisi kepada alam semesta Einstein, seluruh konsep ruang, waktu, materi,
gaya, dan sebagainya harus diubah dan di reposisi ulang. Hanya orang-orang yang
bersama-sama menjalani atau gagal menjalani transformasi akan bisa menemukan
dengan tepat apa yang mereka sepakati dan apa yang tidak 10.

10
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080702084806

13
4. Filsafat
a) Pengertian Filsafat
Definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf barat dan timur di bawah ini:
1. Plato (427sm – 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan
guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
(ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmua pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda).
3. Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi,
merumuskan: filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan :
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan :
filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya
empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah
pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi ui, menyimpulkan: filsafat adalah suatu
ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya
suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu
filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs h. Hasbullah bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

14
b) Karakteristik berfikir filsafat
1. Menyeluruh
Artinya, Pemikiran yang luas karena tidak membataasi diri dan bukan hanya
ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui 
hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu – ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral,
seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau
esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap
nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis
( Kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
3. Spekulatif
Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran
selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah
wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran
kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai penyelesaian.

c) Persoalan filsafat
1. Ruang Lingkup Persoalan Filsafat Ilmu
Hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu
bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf
memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf
tersebut adalah:
a. Pater Anggeles
Sebagaimana dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater
Anggeles membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut
analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendaatkan pengetahuan yang
lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut
struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.

15
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang
berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas,
hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan
keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.

b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang,
meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system
berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori
pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu,
berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat
tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan
implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime,
monisme dan pluralisme.

c. Arthur Danto
Dalam uraiannya dapat disimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri
sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada
ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga
pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau
epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.

d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umu tentang ilmu atau dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara
faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.

16
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula
dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-
penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara
penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.

e. Ensiklopedia Britanica, merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:


1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain,
aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian
keabsahan dan embenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-
teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi
ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek
ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan
soal manusia.

f. Noeng Muhadjir, dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan
Post Modernimisme.
Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang
substansif, meliputi kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif,
meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee,
seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat
dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia
berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan
ilmuan.

17
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori
dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai
sasarannya11.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

11
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101028224923AA0cLpp

18
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa antara ilmu dan filsafat ada persamaan
dan perbedaannya.Perbedaannya ilmu bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat priori kesimpulan-kesimpulannya
ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki
ilmu karena filsafat bersifat spekulatif.
Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-
sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan
kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta, sedangkan
filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu dari mana awalnya dan
akan ke mana akhirnya
Selanjutnya kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak demi perbaikan penulisan
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton dkk. 1989. Metodologi Penelitian Filsafat.Yogyakarta : Pustaka Filsafat


http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat-ilmu.html

19
http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+penget
ahuan&fp=7e99b3a5df14a093
http://hadikasmajads.blogspot.com/2011/01/makalah-filsafat-ilmu-fakta-kepercayaan.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
Archi J Bahm. What is Science?. 1980 (New Mexico: Al-buquerque). Hal: 1
Drs. Surajiyo,. Drs. Sugeng Astanto, M.Si,. Dra. Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. 2006. (Jakarta: Bumi
Aksara). Hal: 11.
Suparlan Suhartono, Ph.D. Dasar-dasar Filsafat. 2004. (Yogyakarta: Ar-Ruzz). Hal: 97.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080702084806
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101028224923AA0cLpp

20

Anda mungkin juga menyukai