Anda di halaman 1dari 20

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Bappenas

Bahan Konferensi Pers


Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Jakarta, 18 Februari 2011


PERTUMBUHAN EKONOMI

2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
AGENDA PEMBANGUNAN EKONOMI
DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

RKP 2010  Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat


RKP 2011  Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkeadilan Didukung Oleh Pemantapan Tatakelola dan
Sinergi Pusat Daerah

INDIKATOR Realisasi 2005 Realisasi 2006 Realisasi 2007 Realisasi 2008 Realisasi 2009
Pertumbuhan
Ekonomi : 5,7% 5,5 % 6,3% 6,1% 4,5%
Pengangguran: 11,24% 10,28% 9,11% 8,39% 7,87%
Kemiskinan: 15,97% 17,75 % 16,58% 15,42% 14,15%

2010
Indikator 2011 2012 2013 2014
Rencana Realisasi
Pertumbuhan Ekonomi: 5.8 % 6.1 % 6.4% 6.4%-6.9% 6.7%-7.4% 7.0%-7.7%
Pengangguran 7.6% 7.14 % 7% 6.7%-7.0% 6.0%-6.6% 5.0%-6.0%
Kemiskinan 12.0%-13.5% 13.3 % 11.5%-12.5% 10.5%-11.5% 9.5%-10.5% 8%-10%

Catatan: Dalam RPJM, sasaran yg dicantumkan hanya sasaran akhir tahun RPJM 2014 saja. 3
Produk Domestik Bruto (PDB) 2010
Menurut Lapangan Usaha (persen)

 Pada tahun 2010 pertumbuhan didorong oleh industri pengolahan non-migas dan
pertanian dengan kontribusi masing-masing sebesar 21,6 persen dan 15,3 persen.
 Beberapa industri manufaktur tumbuh “2 digit”, yaitu Kendaraan Bermotor (19,59
persen); Alat Angkutan selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (15,36
persen); dan Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki (10,22 persen).
TW-3 2010 TW-4 2010 TW-4 2010 Pertumbuhan 2010 Perkiraan
No Lapangan Usaha thd TW-2 thd TW-3 thd TW-4 Pertumbuh
2010 2010 2009 Laju Sumber an 2011
1 Pertanian, Peternakan, 6,2 -20,3 3,8 2,9 0,4 3,0
Kehutanan & Perikanan
2 Prtambangan & Penggalian 3,5 0,6 4,2 3,5 0,3 2,4
3 Industri Pengolahan 2,6 1,4 5,3 4,5 1,2 4,6
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,1 1,7 4,3 5,3 0,0 9,7
5 Konstruksi 4,4 2,5 6,7 7,0 0,4 8,5
6 Perdagangan, Htl & Resto 3,9 0,7 8,4 8,7 1,5 8,6
7 Angkutan & Komunikasi 4,7 3,7 15,5 13,5 1,2 13,4
8 Keuangan, Real Estat & 1,7 1,3 6,3 5,7 0,5 7,2
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,1 2,5 7,5 6,0 0,6 6,1
PDB 3,4 -1,4 6,9 6,1 6,1 6,3-6,4
PDB Non-migas 3,6 -1,5 7,4 6,6 -
Sumber: BPS 4
….Produk Domestik Bruto
(Lapangan Usaha)

HARGA BERLAKU HARGA KONSTAN DEFLATOR


No LAPANGAN USAHA Pertum- Pertum-
2009 2010 2009 2010 2009 2010
buhan buhan
1 Pertanian, Peternakan, 857,241 985,114 14.92 295,934 304,406 2.86 2.90 3.24
Kehutanan dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 591,913 716,391 21.03 180,159 186,435 3.48 3.29 3.84
3 Industri Pengolahan 1,477,674 1,594,330 7.89 569,785 595,313 4.48 2.59 2.68
Industri Migas 209,974 210,086 0.05 46,617 45,540 (2.31) 4.50 4.61
Industri Non Migas 1,267,700 1,384,244 9.19 523,168 549,773 5.09 2.42 2.52
4 Listrik, Gas & Air Bersih 47,166 50,042 6.10 17,137 18,048 5.31 2.75 2.77
5 Konstruksi 555,201 660,968 19.05 140,273 150,063 6.98 3.96 4.40
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 744,122 881,109 18.41 368,564 400,601 8.69 2.02 2.20
7 Pengangkutan dan Komunikasi 352,423 417,466 18.46 191,616 217,395 13.45 1.84 1.92
8 Keuangan, Real Estate & Jasa 404,013 462,789 14.55 208,840 220,646 5.65 1.93 2.10
Perusahaan
9 Jasa-jasa 574,117 654,680 14.03 205,434 217,782 6.01 2.79 3.01
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,603,871 6,422,918 14.62 2,177,742 2,310,690 6.10 2.57 2.78
Tanpa Migas 5,138,955 5,924,008 15.28 2,035,894 2,169,541 6.56 2.52 2.73
Migas 464,916 498,910 7.31 141,847 141,149 (0.49) 3.28 3.53

Sumber: diolah dari BPS


5
Produk Domestik Bruto (PDB) 2010
Menurut Pengeluaran (persen)

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 pada sisi pengeluaran didorong


oleh konsumsi rumah tangga dan investasi berupa pembentukan modal
tetap bruto (PMTB) dengan peranan masing-masing sebesar 56,7 persen
dan 32,2 persen.

Laju Pertumbuhan Menurut Pengeluaran (%)


No Jenis Pengeluaran TW-3 2010 TW-4 2010 TW-4 2010 Laju Pertum- Sumbr Perkiraan
thd TW-2 thd TW-3 thd TW-4 buhan 2010 Pertumbuh- Pertumbuh-
2010 2010 2009 an 2010 an 2011
1 Konsumsi Rumah-tangga 2,0 0,3 4,4 4,6 2,7 5,2
2 Konsumsi Pemerintah 12,8 38,2 7,3 0,3 0,0 6,4
3 Pembentukan Modal Tetap 7,3 1,3 8,7 8,5 2,0 11,0
Bruto (PMTB))
4 Ekspor 4,3 12,8 16,1 14,9 6,4 8,2
5 Impor 3,3 9,6 16,9 17,3 5,6 9,5
PDB 3,4 -1,4 6,9 6,1 6,1 6,3-6,4

Sumber: BPS

6
Perkembangan Beberapa Indikator
Ekonomi Lain
PENURUNAN KESENJANGAN
DAN PENCIPTAAN
LAPANGAN KERJA PRODUKTIF

7
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di
Indonesia 1990 – 2010
Number of the Poor (Millions of People) Percentage of the Poor (%)
Year
Urban Rural Total Urban Rural National
1990 9,40 17,80 27,20 16,80 14,30 15,10
1993 8,70 17,20 25,90 13,50 13,80 13,70
1996 9,60 24,90 34,50 13,70 19,90 17,70
1998 17,60 31,90 49,50 21,90 25,70 24,20
1999 15,60 32,30 47,90 19,40 26,00 23,40
2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,30 19,10
2001 8,60 29,30 37,90 9,80 24,80 18,40
2002 13,30 25,10 38,40 14,50 21,10 18,20
2003 12,20 25,10 37,30 13,60 20,20 17,40
2004 11,50 24,60 36,10 12,60 19,50 16,60
2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97
2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75
2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58
2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42
2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15
2010 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 8


Distribusi Penduduk Miskin di Indonesia (2008)

21% 3,4% 7,5%

4,2%
6.2%
57.8% Sumatera (21%) + Java (57.8%) =
9
78.8%
9
Gini Rasio Indonesia 2005-2010

Gini Rasio
Tahun
Kota Desa Nasional
2005 0.338 0.264 0.343 0.40

2006 0.350 0.276 0.357 0.38

2007 0.374 0.302 0.376 0.36

2008 0.367 0.300 0.368 0.34

Gini Rasio
2009 0.362 0.288 0.357
0.32
2010 0.352 0.297 0.331
0.30
 Gini rasio secara nasional membaik
selama periode 2005-2010. 0.28

 Gini rasio membaik artinya tingkat 0.26


ketimpangan berkurang.
 Gini rasio akan membaik bilamana 0.24
pertumbuhan ekonomi juga dirasakan
oleh mereka yg bependapatan rendah. 0.22 Kota Desa Nasional
 Ini berarti selama periode 2005-2010
pertumbuhan ekonomi semakin 0.20
banyak dinikmati oleh seluruh lapisan 2005 2006 2007 2008 2009 2010
masyarakat, terutama menengah ke
bawah.
Indikator Ekonomi
Penurunan gini rasio tahun 2010
secara nasional didukung oleh 20% 0.400

membaiknya indikator kinerja 18%


0.350
ekonomi terpenting, yaitu:
16%
0.300

Persentase (%)
14%
1. Pertumbuhan ekonomi tahun 0.250
2010 tumbuh dengan 6,1 12%

Index Gini
persen. Sektor pertanian 10% 0.200
tumbuh 2,9 persen, sektor 8%
industri 4,5 persen, dan 0.150

sektor jasa-jasa 6,0 persen. 6%


0.100
2. Kesempatan kerja tumbuh 4%

3,18 persen dan TPT 2%


0.050

menurun menjadi 7,14


0% 0.000
persen 2005 2006 2007 2008 2009 2010
3. Tingkat kemiskinan menurun
menjadi 13,3 persen.
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Pertumbuhan Ekonomi (%)

Tingkat Kemiskinan (%) Pertumbuhan Kesempatan Kerja (%)

Gini Ratio

11
Perubahan Dalam Pasar Tenaga Kerja

 Membaiknya Gini Ratio merupakan dampak dari terciptanya lapangan


kerja produktif. Penciptaan lapangan kerja produktif merupakan fokus
dari kebijakan ekonomi dan sosial Pemerintah.
 Dengan fokus tersebut, Pemerintah menekankan kepada penciptaan
lapangan kerja produktif dan bukan semata-mata mengejar
pengurangan tingkat pengangguran
 Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat antara tahun 2005-2010
memungkinkan pertumbuhan kesempatan kerja melampaui
pertumbuhan angkatan kerja.
 Dalam kurun waktu yang sama juga terjadi penurunan yang cukup tajam
dalam pengangguran di kalangan tenaga kerja usia muda. Hal ini,
didorong juga oleh membaiknya upaya di bidang pendidikan, termasuk
memberikan bea siswa, dalam meningkatkan partisipasi pendidikan
untuk semua, termasuk pendidikan menengah dan tinggi.
 Pertumbuhan ekonomi utamanya didukung oleh pertumbuhan sektor
jasa, yang menyerap mayoritas tenaga kerja.

12
Penciptaan Lapangan Kerja dan
Pengangguran Terbuka
140 12%
11.24%
120
10%
8.39%
100
7.87% 8%
Angkatan Kerja
juta orang

80 7.14%
6% Bekerja
60
Penganggur Terbuka
4%
40 TPT

2%
20

- 0%
2005 Agust-08 Agust-09 Agust 2010

 Selama periode Agustus 2009-Agustus 2010, terjadi peningkatan lapangan kerja


baru sebanyak 3,34 juta, sementara angkatan kerja baru bertambah sebanyak 2,7
juta.
 Pertambahan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari pertambahan angkatan
kerja baru, menurunkan angka pengangguran terbuka (TPT) dari 7,87 persen di
bulan Agustus 2009 menjadi 7,14 persen di bulan Agustus 2010.
 Jumlah penganggur berkurang sebanyak 600 ribu, dari 8,96 juta menjadi 8,32
juta orang.
13
Pertumbuhan Pekerja Formal dan Informal Berdasarkan
Status Pekerjaan Utama (persen)
Status 12
2006 2007 2008 2009 2010
Pekerjaan Formal
Formal 2.66 4.04 0.90 2.92 10.17 10 Informal
Berusaha dibantu
0.00 1.04 4.64 0.33 7.06 8
buruh tetap

Buruh/karyawan 2.95 4.35 0.50 3.19 10.49 6

Persen
Informal 1.08 4.67 3.28 1.90 -0.41
Berusaha sendiri 11.38 4.03 2.82 0.62 -0.10 4

Berusaha dibantu
-5.21 5.09 3.45 0.73 -1.15
buruh tidak tetap 2

Pekerja bebas 2.95 2.12 7.98 2.34 -5.48


0
Pekerja tidak 2006 2007 2008 2009 2010
-4.76 6.42 0.58 4.51 3.04
dibayar
-2
Total 1.57 4.47 2.55 2.21 3.09

 Pekerja informal telah berkurang, dengan penurunan terbesar berasal dari mereka yang
berstatus pekerja bebas non-pertanian, yaitu sebanyak 0,5 juta. Penurunan ini menyebabkan
pertumbuhan kesempatan kerja informal menurun 0,41 persen di tahun 2010.
 Sebaliknya, lapangan kerja formal bertambah 3,64 juta tahun 2010. Pertambahan ini telah
meningkatkan pertumbuhan pekerja formal sebesar 10,17 persen.
 Mereka yang memasuki lapangan kerja formal yang terbesar adalah berstatus sebagai
buruh/karyawan , yaitu sebesar 3,4 juta.
14
Penurunan Pekerja Informal
Mengurangi Pekerja Kelompok Rentan

 Berkurangnya pekerja
informal, mengurangi kelompok pekerja
rentan. Pekerja rentan merupakan salah
satu indikator pencapaian tujuan MDGs.
 Penurunan pekerja rentan terutama di
perdesaan yang ditunjukkan oleh
pengurangan jumlah pekerja rentan
terutama di sektor pertanian.
 Gambaran ini berlaku juga untuk
provinsi, dimana hampir semua provinsi
mengalami penurunan proporsi pekerja
rentan.
 Sebagai gantinya, pekerja mulai bergeser
ke pekerjaan yang formal.
15
Penyerapan Tenaga Kerja
Melalui PMDN & PMA

 Lapangan kerja formal, tumbuh oleh adanya investasi. Berdasarkan investasi


melalui PMDN-PMA, lapangan kerja yang tercipta meningkat dari tahun ketahun.
 Hampir 50,0 persen kesempatan kerja formal yang terserap selama 2006-2010,
diciptakan dari Investasi PMDN-PMA.
 Tumbuhnya lapangan kerja formal, telah mengurangi tingkat pengangguran terbuka
untuk kelompok pekerja berpendidikan.

16
Tingkat Pengangguran 20,0
SD Ke Bawah
Terbuka (%) 17,3
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Sekolah Menengah Kejuruan
14,6 Diploma I/II/III
14,3 14,5 Universitas
13,7
12,6
12,8
13,1
11,9

Persen
11,2
Tingkat 10,0
Pendidikan 2008 2009 2010
SD Ke 9,4
Bawah 4,57 3,78 3,81 8,4 7,5
SMP 9,39 8,37 7,45
SMU 14,31 14,5 11,9 4,6
3,8
SMK 17,26 14,59 11,87 3,8
Diploma
I/II/III 11,21 13,66 12,78
Universitas 12,59 13,08 11,92
Total 8,39 7,87 7,14 0,0

Sumber: BPS Agustus Agustus Agustus

2008 2009 2010

 Dari 3,34 juta kesempatan kerja baru, 2,8 juta berasal dari lulusan SMU dan Perguruan tinggi,
yang terdiri dari 2,0 juta lulusan SMU dan 0,8 juta lulusan diploma dan universitas. Terserapnya
lulusan tersebut, menurunkan TPT tahun 2010, untuk SMA menjadi 11,9%, SMK 11,87%, dan PT
11,92%.
 Dari 2,8 juta lulusan SMU dan perguruan tinggi yang baru masuk pasar kerja, diperkirakan
tertampung dalam lapangan kerja formal. Indikasi ini dapat terlihat dari tambahan lapangan kerja
formal yang berjumlah 3,64 juta. Dari jumlah itu, 3,4 menjadi karyawan baru.
17
Perbaikan Upah Kelompok
Pekerja Terendah

 Meskipun TPT kelompok berpendidikan


terus menurun, tetapi dari sisi upah
kenaikan terbesar ada pada kelompok yang
berpendidikan rendah.
 Besarnya kenaikan upah di tahun 2010
kelompok yang berpendidikan SD dan
dibawahnya, telah memperkecil
perbandingan upah antara pekerja
berpendidikan rendah dengan
berpendidikan tinggi.
 Dengan rata-rata pendidikan pekerja yang
hanya SD, dan mayoritas mereka adalah
termasuk kelompok penduduk yang
miskin, ini berarti terjadi penurunan
kesenjangan, antara kelompok pekerja
dengan pendapatan terendah dengan
kelompok pekerja yang pendapatannya
lebih tinggi.
 Hal ini sejalan dengan Gini ratio yang
membaik.

18
Perubahan Maret 2009-Maret 2010
Pengeluaran Kelompok Desil Desil
Kota Desa Kota + Desa
Terendah Mengalami Peningkatan 10 20,53 14,29 24,27
20 17,04 13,08 21,77
30 14,44 11,42 19,56
40 13,42 11,32 18,83
Total
50 14,39 13,07 19,58
100 60 15,78 15,81 20,62
70 17,28 18,43 21,58
90 80 18,62 21,48 21,34
90 18,02 20,87 17,02
80
100 8,20 15,72 3,52
Total 14,22 16,46 15,08
70
Kota+Desa Sumber: Susenas
Desil

60 Desa
Kota
50  Menurunnya Gini rasio ditunjukkan
oleh membaiknya konsumsi
40 kelompok terendah.
 Pertumbuhan konsumsi penduduk
30 desil terbawah lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan
20
konsumsi penduduk desil teratas
 Ini berarti rata-rata pengeluran
10
untuk konsumsi desil 1-4 per
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
kapita/bulan, mengalami perubahan
yang membaik.
19
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai