Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak USAHA RUMAHAN yang ingin membangun sistem Informasi Manajemennya sendiri, dan
telah menyediakan dana yang cukup, tetapi ternyata usaha tersebut sering kali gagal. Penyebabnya
antara lain ialah: struktur organisasi usaha rumahan yang secara keseluruhan kurang wajar, rencana
organisasi usaha rumahan secara keseluruhan belum memadai, personil sistem yang tidak memadai,
dan yang terpenting adalah kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para
manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi
seluruh personil yang terlibat.
Sebelum membahas konsep sistem Informasi Manajemen lebih lanjut, berikut ini akan diberikan
definisi ringkas dan formal dari sistem Informasi Manajemen yaitu: “serangkaian sub-sistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional mampu menstransformasikan
data sehingga menjadi informasi dengan berbagai cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai
dengan gaya dan sifat manajer”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penyusun uraikan di atas, dapat dirumiskan persoalan sebagai
berikut :
1. Apa Maksud dari Usaha Rumahan?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan SIM Manufaktur ?
3. Apa itu Ranginang ?
4. Bagaimana SIM Yang dipake dalam Usaha Ranginang ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dri rumudan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari Usaha Rumahan
2. Mengetahui maksud dari SIM manufaktur
3. Mengetahui apa yang dinamakan Ranginang
4. Mengetahui SIM yang dipake dalan Usaha ranginang Tersebut

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 1


Iseu Anggraeni
D. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami makalah ini, penyusun menyajikan sistematika
pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, sistematika pembahasan dan
metode penulisan.
BAB II : Berisi tentang pembahasan Sistem Informasi Manajemen
BAB III : Berisi tentang pengambilan keputusan dengan SIM
BAB IV : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

E. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan beberapa metode penulisan yaitu :
Metode deduktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan pokok atau inti maslah di awal
dan dijelaksan oleh beberapa kalimat penjelas.
Metode induktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan pokok atau inti masalah di
akhir paragraf dimana telah didahului kalimat penjelas.
Metode komparatif : Suatu metode yang membandingkan dari buku yang satu dengan buku yang
lain untuk mencari keserasian.
Demikian metode penulisan yang mencakup isi dari permasalahan di atas.

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 2


Iseu Anggraeni
BAB II
USAHA RUMAHAN

A. Pengertian Usaha Rumahan


Usaha rumahan merupakan usaha yang dilakukan di rumah sendiri. Skala usaha kecil atau mikro
yang tentu saja biasanya dikelola perorangan atau keluarga. Usaha kecil rumah menjadi solusi tepat
bagi beberapa orang. Usaha ini sangat banyak sekali macamnya. Yang paling mudah dilakukan
adalah membuka usaha rumahan snack dan kue dari dapur.
Di tengah perkembangan dunia bisnis yang kian berkembang pesat, usaha rumahan atau usaha
yang dijalankan dari rumah tetap bisa menjadi pilihan untuk menghasilkan rupiah. Bukan saja,
membutuhkan modal yang tak terlalu besar, usaha rumahan tetap berpeluang berkembang menjadi
lebih besar. Usaha makanan boleh dibilang tidak ada matinya. Selama manusia hidup, selama itu
pula membutuhkan makanan. Apalagi dengan jumlah jutaan penduduk Indonesia, merupakan pasar
besar dan tak ada habisnya. Tentu peluang ini menjadi bidikan cerdas bagi para pengusaha
makanan.
Namun, di era krisis, ketika keadaan keuangan semakin menipis, mengembangkan usaha
diperlukan cara yang praktis. Usaha makanan populer ala rumahan sebagai satu alternatif tepat bagi
Anda yang memiliki modal terbatas. Arti dari usaha rumahan di sini adalah melakukan aktivitas
usaha makanan dari rumah sendiri, dari dapur terlebih dahulu. Otomatis dengan skala yang tidak
besar.
B. Keunggulan Usaha Rumahan
Keunggulan membuka usaha rumahan, di samping secara manajerial bisa dikendalikan langsung,
modal kecil, mudah dilakukan, juga risiko kerugian yang rendah. Bagi pemilik modal terbatas,
memilih usaha makanan di rumah adalah solusi yang paling tepat. Apalagi jenis makanan populer
yang sudah dikenal. Dengan begitu makanan yang dijual cepat laku.
Usaha rumahan sangat mudah dilakukan oleh siapa pun, sehingga pelaku usaha ini sangat
banyak dan beragam. Sebagaimana usaha makanan dan minuman yang mudah dibuat dan ditiru
oleh siapa pun, maka diperlukan kiat khusus agar tidak terjebak pada persaingan yang keras.
C. Permasalahan Usaha Rumahan
Permasalahan yang umum terjadi pada sentra produk makanan, khususnya Usaha rumahan :
1. Dari Sisi Produksi
a. Usaha dengan kapasitas terbatas

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 3


Iseu Anggraeni
b. Kualitas belum memenuhi cara pembuatan makanan olahan yang baik sesuai standar
kesehatan (dilihat dari metode kerja, bahan pewarna makanan, cara penanganan bahan dan
cara pengolahan serta penyimpanan)
c. Belum dapat mempertahankan kontinyuitas dalam berproduksi karena erat kaitannya
dengan kondisi pasar produk
d. Masih terbatasnya permodalan
e. Peralatan pendukung terbatas
f. Pengetahuan kreativitas olahan produk belum dikembangkan lebih jauh (terbatas pada
keterampilan satu atau dua model produk saja dari jenis bahan yang sama)
g. Orientasi pasar belum sepenuhnya dipahami karena keterbatasan akses informasi
h. Manajemen usaha dan sistem keadministrasian perlu pengembangan dan pembenahan
lebih lanjut
2. Dari Sisi Pemasaran
a. Informasi pasar belum memadai
b. Penetapan skala ekonomi produk masih kurang diperhatikan karena alasan permodalan
c. Penyajian produk belum memadai, baik dari segi bentuk, ukuran, warna, kemasan, rasa dan
aroma. Padahal ini merupakan faktor penting dalam memperluas jangkauan pasar dan
meminimalkan kemungkinan ketidak lakuan produk di pasaran (karena adanya diversifikasi
produk).
d. Motivasi, inovasi dan kreativitas dalam memperluas jangkauan pasar masih perlu
dikembangkan
e. Keterkaitan dengan media penyampai informasi pasar masih terbatas (misal : jalinan
penyampaian informasi produk melalui koran, radio, televisi dan media massa serta media
promosi lainnya)
f. Lemahnya dukungan usaha yang lebih besar dan usaha yang masuk dalam rantai produksi
terhadap usaha / industri rumahan ini.
10 Alternatif solusi yang mungkin dapat dilakukan dalam jangka panjang, antara lain :
1. Membentuk jalinan kemitraan diantara pelaku usaha (berbagi pengetahuan dan keterampilan,
tukar dan insentif atas hak rahasia dagang atau temuan)
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen usaha, produksi dan
pemasaran
3. Membentuk asosiasi usaha untuk bergabung dalam jaringan pemasaran bersama

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 4


Iseu Anggraeni
4. Melakukan ekspose / promosi melalui pameran atau gelar produk pada berbagai kesempatan
5. Bila memungkinkan menyampaikan informasi produk melalui iklan di media massa
6. Melakukan pendekatan kelembagaan dengan media informasi (media massa) dalam menunjang
pemasaran produk
7. Diversifikasi produk olahan pangan sehingga dihasilkan berbagai jenis / macam makanan.
8. Memberikan tampilan produk yang lebih baik melalui kemasan dan cara penyajian yang menarik
selera konsumen.
9. Mendaftarkan produk ke lembaga standarisasi/registrasi produk sehingga memberikan jaminan
atas kualitas produk yang dihasilkan.
10. Mengadakan forum diskusi dan konsultasi mengenai aspek manajemen usaha dan pemasaran
produk dengan BDS/LPB, Dinas instansi terkait (Koperasi, perindustrian dan perdagangan,
lembaga keuangan), perguruan tinggi dan lembaga riset & pengembangan lainnya.

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 5


Iseu Anggraeni
BAB III
SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR

Dunia Industri selalu menghubungkan pemikiran kita kepada sebuah prosedur input,proses, output.
Data merupakan sebuah input yang pada akhirnya akan menjadi sebuah informasi melalui sebuah
proses sistem manajemen yang biasa disebut  Database Management System (DBMS). Data mudah
untuk didapatkan. Tetapi, informasi  susah untuk dicari. Proses mengubah  data menjadi informasi perlu
melalui sebuah sistem yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
menjadi perangkat Utama pencetak informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan
perusahan. Perusahaan manufaktur memerlukan informasi untuk melangsungkan roda industrinya.
Tanpa informasi yang akurat, perusahaan tidak dapat menentukan kebijakan,keputusan, bahkan
peraturan yang dapat menunjang perbaikan maupun perkembangan perusahaan.
Sistem Informasi Manufaktur (SIMa) termasuk dalam kerangka kerja Sistem Informasi Manajemen
(SIM) secara keseluruhan. SIM lebih menekankan kepada proses produksi yang terjadi dalam sebuah
lantai produksi, mulai dari input bahan mentah hingga output barang jadi, dengan mempertimbangkan
semua proses yang terjadi.

SUBSISTEM INPUTSUBSISTEM OUTPUT

SUBSISTEM
SISTEM PRODUKSI
INFORMASI
AKUNTANSI
SUBSISTEM
SUMBER INTERN KUALITAS
D
SUBSISTEM A
PEMAKAI REKAYASA T SUBSISTEM
INDUSTRI A PERSEDIAAN
SUMBER LINGKUNGAN B
A
SUBSISTEM S SUBSISTEM
INTELIJEN E BIAYA
DATA MANUFAKTUR
INFORMASI

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 6


Iseu Anggraeni
A. Input
Data  Internal perusahaan merupakan data intern sistem keseluruhan yang mendukung proses
pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini meliputi sumber daya manusia (SDM),
material, mesin, dan hal lainnya yang mendukung proses secara keseluruhan seperti transportasi,
spesifikasi kualitas material, frekuensi perawatan, dan lain-lain.
Data Eksternal perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan (environment)
yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Contoh data eksternal
adalah data pemasok (supplier), kebijakan pemerintah tentang UMR, listrik, dll.Data-data ini
biasanya berguna untuk perhitungan  cost  dalam  manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses.

B. Proses
Proses pengolahan  data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan  Database Management
System (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen data, dimana data yang ada harus dijamin
akurasi, kemutakhiran,  keamanan, dan ketersediaannya bagi pemakai.
Kegiatan yang terjadi didalam manajemen data:
1. Pengumpulan (pendokumentasian) data
2. Pengujian data,agar tidak terjadi inkonsistensi data
3. Pemeliharaan data,untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data
4. Keamanan data,untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan data.
5. Pengambilan data,bisa dalam bentuk laporan,untuk memudahkan pengolahan data yang lain.

C. Output
Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan berdasarkan
beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output data menjadi 3 bagian yaitu
persediaan, produksi dan kualitas,  dimana ketiganya ini tidak meninggalkan unsur biaya yang terjadi
di dalamnya.
1. Persediaan
Subsistem persediaan memiliki definisi setiap produk yang ada dalam perusahaan baik yang
disimpan ataupun akan dibutuhkan. Subsistem persediaan memberikan jumlah stok, biaya 
holding,  safety stock , dan lain-lain berdasarkan hasil pengolahan data dari input. Subsistem
persediaan biasanya memiliki  proses pembelian (purchasing) dan penyimpanan (inventory).
Proses yang lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan, namun kedua proses ini

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 7


Iseu Anggraeni
sudah cukup mewakili keseluruhan proses dalam subsistem persediaan. Dalam proses
pembelian, pihak manajemen informasi perlu mendokumentasi proses pemilihan pemasok
hingga kedatangan material dari pemasok untuk kemudian diproses di dalam lantai produksi.
Proses pembelian  perlu diperhitungkan dengan mempertimbangkan korelasi antara pembelian
dan penyimpanan. Apabila jumlah penyimpanan kecil, maka frekuensi pembelian diperkirakan
semakin banyak (dengan kuantitas produk yang sedikit) dan biaya semakin besar,.  Namun
apabila jumlah penyimpanan besar, maka frekuensi pembelian sedikit (dengan kuantitas produk
yang banyak) dan biaya dapat ditekan, tapi biaya penyimpanan juga bertambah.
2. Produksi
Subsistem produksi perlu didokumentasikan dan perlu dijadikan sebuah informasi untuk
mendukung para eksekutif dalam menentukan keputusannya. Definisi  dari subsistem produksi
adalah segala hal yang bersangkut paut dengan proses yang terjadi di setiap stasiun kerja
ataupun departemen.  Informasi yang perlu untuk  user adalah penjadwalan produksi
(scheduling) dan transaksi (transaction) antar stasiun kerja. Penjadualan produksi perlu
memperhitungkan data demand dan kapasitas produksi. Data ini biasanya diambil dari pihak 
marketing yang mengetahui peramalan pasar mendatang, sehingga produk tidak terlalu banyak
ataupun terlalu disedikit diproduksi. Selain berhubungan dengan pihak  marketing, penjadualan
produksi berhubungan dengan pihak  Human Resource dalam hal jumlah karyawan yang
bekerja, kualifikasi karyawan, shift kerja ,dll. Meski jumlah karyawan sedikit, apabila kualifikasi
baik, maka hasil produksi pun berkualitas.  Oleh karena itu,  performance  pekerja menentukan
penjadualan produksi.
Bill of Material (BOM) berhubungan sekali dengan penjadualan produksi. Hubungan erat
antara penjadualan dan persediaan dapat direlasikan melalui BOM. Tingkat persediaan   akan
mempengaruhi jadual produksi, sehingga BOM setiap produk perlu dirinci agar tidak terjadi
keterlambatan produksi. Keterlambatan komponen setiap produk dapat dilihat dari hasil
pengolahan data, sehingga setiap kesalahan dapat diperbaiki untuk periode penjadualan
berikutnya. Keterkaitan antar stasiun kerja perlu didukung oleh sistem yang baik. Just In Time
(JIT) yang dipublikasikan oleh Jepang, menjadi sistem yang cukup terkenal di perusahaan besar
karena adanya proses informasi yang  akan mengurangi keterlambatan pengiriman produk ke
stasiun kerja berikutnya (sistem kanban). Dalam SIM  pun perlu didokumentasikan setiap proses
transaksi (arus ambil, terima, retur antar stasiun kerja) yang terjadi untuk menjaga kemungkinan
terjadi kesalahan pengiriman, kerusakan pada waktu pengiriman, dll. Proses transaksi pun perlu

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 8


Iseu Anggraeni
mengatur sistem dokumentasi penyimpanan WIP dan barang jadi yang  akan diproses lebih
lanjut agar produk tersebut terhindar dari kerusakan maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Kualitas
Subsistem kualitas memiliki definisi yang sangat kompleks. Semua hal berhubungan dengan
kualitas, baik waktu, biaya, performa kerja, maupun pemilihan supplier. Banyak hal lain yang
bukan definisi mutlak kualitas namun perlu masuk dalam unsur kualitas seperti proses
perawatan. Proses yang perlu didokumentasi dalam subsistem ini adalah kontrol proses (Process
Control), Perawatan (Maintenance),  dan Spesifikasi (Specification) baik produk jadi maupun
material.  Masih banyak hal lain yang perlu didokumentasi, namun secara keseluruhan, tiga
proses ini dapat mencerminkan kualitas produk yang dihasilkan. Proses perawatan termasuk
dalam bagian kualitas karena gangguan proses yang terbesar di lantai produksi adalah karena
masalah perawatan mesin. Proses perawatan ini berhubungan dengan umur ekonomis mesin,
sekaligus berhubungan dengan lamanya perawatan yang dilakukan. Informasi mengenai proses
perawatan  akan sangat mendukung penjadualan produksi, sehingga tidak terlalu banyak
preemption (penghentian proses) dalam setiap stasiun kerja. Proses produksi  yang terjadi di
setiap stasiun kerja perlu didokumentasi agar nantinya dapat menjadi informasi, stasiun kerja
mana yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk saat ini. Penentuan ini dapat dilakukan
dengan pencatatan produk cacat yang terjadi di setiap stasiun kerja.
Kualitas sebuah produk sangat ditentukan oleh keinginan konsumen.  Konsumen memiliki
standar kepuasan yang diterjemahkan ke dalam spesifikasi, dan spesifikasi tersebut menjadi
tolok ukur kualitas sebuah produk. Dokumentasi spesifikasi produk yang dihasilkan dapat
menjadi tolok ukur kualitas proses produksi yang sedang berjalan saat ini. Informasi mengenai
spesifikasi produk yang ada saat ini pun dapat menjadi pemikiran strategis untuk kebijakan
perusahaan di masa mendatang.

D. Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada.  Tujuan perusahaan manufaktur
secara umum adalah mencapai keuntungan dari hasil penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah
sistem informasi tidak  akan pernah terlepas unsur biaya yang terjadi di dalamnya. Bagan sistem
informasi manufaktur diatas menggambarkan bahwa biaya merupakan komponen yang melingkupi
keseluruhan output informasi tersebut, dan biaya juga termasuk dalam setiap komponen subsistem

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 9


Iseu Anggraeni
tersebut. Maksudnya, dalam menghasilkan informasi untuk setiap subsistem memerlukan biaya
yang besar dan sekaligus ada biayayang dapat direduksi dari hasil informasi yang didapatkan dari
sistem yang ada.

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 10


Iseu Anggraeni
BAB IV
RANGINANG

A. Bahan Baku
Bahan baku ranginang adalah beras ketan. Pada umumnya digunakan beras ketan putih, tetapi
beras ketan hitam-pun juga bisa dibuat ranginang. Beras ketan dan beras biasa (non ketan) berbeda
kandungan amylosa dan amylopektinnya. Amylosa berantai lurus dengan ikatan 1-4 alfa-glikosidik,
sedangkan amylopektin berantai cabang dengan ikatan 1-4 alfa dan 1-6 beta glikosidik pada
percabangannya dengan panjang rantai 20 – 26 satuan glukosa.
Berdasarkan kandungan amilosanya ada 4 macam jenis beras, yaitu beras dengan amilosa tinggi
(lebih dari 25 % bk.), beras dengan amilosa sedang (20-25 % bk.) , beras dengan amilosa rendah (9-
20 % bk.), dan beras dengan amilosa sangat rendah (0-2 % bk). Beras ketan mengandung amilosa
sangat rendah (0-2 %), dengan kata lain lebih banyak mengandung amylopektin (sampai 98 %).
Sebaliknya beras non ketan (beras biasa) lebih banyak mengandung amylosa (lebih dari 25 %).
Perbedaan kandungan ini menyebabkan struktur gel yang terbentuk berbeda antara beras ketan
dengan beras biasa (non ketan). Struktur kimia amylopektin yang bercabang, menyebakan struktur
gel yang terbentuk lebih komplek dan lebih kuat daripada amylosa. Sifat ini dapat dilihat dari luar
bahwa beras ketan lebih lengket daripada beras non-ketan, sehingga pada pembuatan ranginang
teksturnya lebih kompak. Kandungan amilosa yang rendah pada beras ketan cenderung
menghasilkan tekstur produk akhir yang renyah, rapuh dan mudah hancur. Oleh karenanya
penanganan ranginang goreng harus ekstra hati-hati. Sifat-sifat inilah yang menjelaskan kenapa
dipilih beras ketan sebagai bahan dasar ranginang. Selain sebagai ranginang, beras ketan biasa juga
dimanfaatkan sebagai bahan dasar aneka makanan ringan, seperti wajik, jenang, dodol, krasikan,
klepon, dan wingko.
Gula dalam teknologi pangan berfungsi sebagai pemanis dan sekaligus sebagai pengawet bila
konsentrasinya cukup tinggi. Namun perlu diwaspasdai bahwa pemanasan pada suhu tinggi (160 –
186oC) bisa terjadi karamelisasi yang mengakibatkan warna coklat atau gosong.
Garam dapur (NaCl) bersama-sama dengan bumbu lainnya, dalam teknologi pangan berfungsi
sebagai bumbu untuk mendapatkan citarasa tertentu (asin, gurih). Selain itu, garam juga mampu
menurunkan rasa manis dan suhu karamelisasi sehingga tidak cepat gosong. Dalam pembuatan
ranginang “LESTARI”, gula yang ditambahkan sekitar 10 % , garam, bawang putih dan kemiri masing-
masing 2 % .

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 11


Iseu Anggraeni
B. Proses Pembuatan Ranginang
Pada proses pembuatan ranginang, mula-mula beras ketan putih direndam selama sekitar 12-14
jam, kemudian ditiriskan, lalu dikukus selama sekitar 40 menit. Perendaman bertujuan untuk
memberikan kesempatan penetrasi air kedalam biji beras, sehingga membantu proses pemasakan
biji beras selama pengukusan. Perendaman yang kurang waktu apalagi tidak dilakukan perendaman,
menyebabkan pemasakan hanya di lapisan luar biji beras ketan saja, sehingga tidak mampu
menghasilkan ranginang dengan baik (antar butiran beras ketan tidak kompak). Setelah dikukus,
beras ketan yang masih dalam keadaan panas dicampur dengan bumbu (kemiri, bawang, garam,
atau gula), kemudian beras ketan dicetak (tipis, bulat dengan diameter sekitar 5 cm), lalu dijemur.
Penjemuran ranginang membutuhkan waktu 2 hari pada keadaan terik matahari atau sekitar 5 hari
bila keadaan tidak menentu. Setelah dijemur, ranginang siap digoreng, kemudian dikemas dan
dipasarkan. Penggorengan ranginang dilakukan dengan sistem deep frying (bahan digoreng dalam
minyak yang cukup banyak, sehingga bahan tercelup didalamnya). Penggorengan dilakukan pada
suhu tinggi sekitar 170oC sehingga menghasilkan ranginang yang renyah.
Meskipun kelihatannya sederhana, namun sebetulnya ada banyak hal yang bisa diungkapkan
secara ilmiah dari proses pembuatan ranginang tersebut, diantaranya adalah optimasi lama
perendaman dan pengaruhnya terhadap sifat ranginang yang dihasilkan ; pengaruh jenis beras ketan
terhadap sifat ranginang yang dihasilkan ; pengaruh kadar air ranginang kering terhadap tingkat
pengembangan ranginang goreng, dan sebagainya.

C. Macam-macam Ranginang
1. Ranginang Terasi
2. Ranginang Hitam
3. Ranginang Putih
4. Ranginang Manis
5. Ranginang ebi
6. Ranginang Keju
7. Ranginang Pedas
8. Ranginang Enul

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 12


Iseu Anggraeni
Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 13
Iseu Anggraeni
BAB V
SIM DALAM USAHA RANGINANG

Porter (1985) mengemukakan beberapa elemen penting dalam kegiatan usaha yang perlu
diperhatikan yang dinamakan dengan rantai nilai (value chain) yaitu :
A. PendukungLogistik
B. Manajemenproduksi
C. Sistem Distribusi Pemasaran
D. Pelayanan pada Pelanggan
Pendukung logistik (supplier) utama kami adalah penyedia bahan baku utama yaitu beras ketan yang
ketersediaannya sangat dipengaruhi iklim cuaca dan sangat berpengaruh pada harga.
Manajemen produksi yang ada dalam perusahaan ranginang masihlah sangat sangat sederhana
karena belum memakai teknologi ,semuanya dikerjakan secara manual.
Sedangkan sistem distribusi yang dijalankan selama ini dapat dibagi menajdi 3 macam yaitu :
1. Melalui agen besar, pengiriman diatas 800 kg
2. Melalui agen kecil seperti toko-toko makanan ringan , pengiriman dibawah 100 kg
3. Langsung kekonsumen ,pembelian antara 1-20 kg
Barang yang diproduksi dan dipasarkan tidak akan bertahan lama untuk tetap diminati oleh pemakai
apabila aspek pelayanan kepada pelanggan (service & maintenance) diabaikan.
Melihat keterkaitan diantara variabel yang satu dengan variabel lainnya dari rantai nilai kegiatan
usaha tersebut, dapatlah dipahami bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan yang bertaraf
internasional berhasil dalam menjalankan usahanya karena mereka mampu menjalankan seluruh
variabel yang ada pada rantai nilai tersebut.
Kondisi ini berbeda dengan yang dialami usaha rumahan seperti kami dimana masih banyak
diantara usaha rumahan seperti belum dapat memadukan semua variabel rantai nilai menjadi satu
kesatuan yang utuh dan terintegrasi sehingga menciptakan suatu usaha yang kuat.

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 14


Iseu Anggraeni
Beberapa faktor penghambat usaha yang dialami industri rumahan ranginang
1. Inovasi dalam pengelolaan usaha masing terbatas, padahal salah satu modal dasardalam kegiatan
usaha adalah perlunya kreativitas
2. Motivasi dalam kaitannya dengan pengembangan usaha masih belum jelas dan orientasinya masih
tertuju pada tujuan jangka pendek.
3. Keterbatasan dalam pengusahaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Iklim berwirausaha belum kondusif terutama yang menyangkut kebijakan pemerintah, sistem
pendidikan dan lingkungan dunia usaha pada umumnya.
5. Kegiatan wirausaha yang ditangani lebih banyak tertumpu pada satu kegiatan tertentu saja dan
sifatnya rutin. Sedangkan menurut konsep rantai nilai kegiatan usaha, sebenarnya banyak peluang
usaha dapat diciptakan dengan tidak hanya tertumpu pada bidang produksi saja.
6. Belum tersedianya sistem informasi pasar produk yang baik, sehingga penjual danpembeli seringkali
menemui kesulitan dalam memenuhi keinginannya. Kalaupun ada diperlukan upaya dan biaya
(ekonomi biaya tinggi). Sebagai contoh cara pengemasan yang baik dan benar,tingginya biaya
pembuatan kode barcode,informasi yang meny,angkut bagaimana mengurus perijinan suatu
usaha,cara membayar pajak, prosedur ekspor barang, dsb.

Diagram Sistem Informasi Manajemen Usaha Ranginang

Agen Ruang Ruang Ruang


Besar persediaan Produksi persediaan
Transaksi Semi Gudang Bahan
Agen Baku

Pelanggan Bagian
Langsng Pematangan
Pemasok
Bagian Pencetakan
Macam-macam
Faktur Produk
Bagian
Pengeringan
Bagian
Bagian Packaging
Keuangan

Owner

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 15


Iseu Anggraeni
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Usaha rumahan ranginang merupakan salah
satu home industry yang bias diandalakan untuk mengahasilkan rupiah.
Belum tersedianya Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang menjadi perangkat Utama pencetak
informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan perusahan berpengaruh terhadap
penentuan kebijakan,keputusan . bahkan peraturan yang dapat menunjang perbaikan maupun
perkembangan perusahaan.
Hal-hal yang harus segera diperbaiki dalam usaha rumahan khususnya ranginang adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan
2. Menggunakan teknologi yang tepat dalam proses produksi
3. Menggunakan system computer dalam mengolah data
4. Mengembangkan pasar secara optimal
5. Penerapan Sistem Informasi managemen Secara menyeluruh yang meliputi system pemrosesan
transaksi, Sistem distribusi, system sumberdaya dan system

B. Kritik dan Saran


Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapan demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 16


Iseu Anggraeni
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Sistem Informasi Manajemen Dalam Usaha Ranginang 17


Iseu Anggraeni

Anda mungkin juga menyukai