PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak USAHA RUMAHAN yang ingin membangun sistem Informasi Manajemennya sendiri, dan
telah menyediakan dana yang cukup, tetapi ternyata usaha tersebut sering kali gagal. Penyebabnya
antara lain ialah: struktur organisasi usaha rumahan yang secara keseluruhan kurang wajar, rencana
organisasi usaha rumahan secara keseluruhan belum memadai, personil sistem yang tidak memadai,
dan yang terpenting adalah kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para
manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi
seluruh personil yang terlibat.
Sebelum membahas konsep sistem Informasi Manajemen lebih lanjut, berikut ini akan diberikan
definisi ringkas dan formal dari sistem Informasi Manajemen yaitu: “serangkaian sub-sistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional mampu menstransformasikan
data sehingga menjadi informasi dengan berbagai cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai
dengan gaya dan sifat manajer”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penyusun uraikan di atas, dapat dirumiskan persoalan sebagai
berikut :
1. Apa Maksud dari Usaha Rumahan?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan SIM Manufaktur ?
3. Apa itu Ranginang ?
4. Bagaimana SIM Yang dipake dalam Usaha Ranginang ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dri rumudan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari Usaha Rumahan
2. Mengetahui maksud dari SIM manufaktur
3. Mengetahui apa yang dinamakan Ranginang
4. Mengetahui SIM yang dipake dalan Usaha ranginang Tersebut
E. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan beberapa metode penulisan yaitu :
Metode deduktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan pokok atau inti maslah di awal
dan dijelaksan oleh beberapa kalimat penjelas.
Metode induktif : Suatu metode penulisan dengan menempatkan pokok atau inti masalah di
akhir paragraf dimana telah didahului kalimat penjelas.
Metode komparatif : Suatu metode yang membandingkan dari buku yang satu dengan buku yang
lain untuk mencari keserasian.
Demikian metode penulisan yang mencakup isi dari permasalahan di atas.
Dunia Industri selalu menghubungkan pemikiran kita kepada sebuah prosedur input,proses, output.
Data merupakan sebuah input yang pada akhirnya akan menjadi sebuah informasi melalui sebuah
proses sistem manajemen yang biasa disebut Database Management System (DBMS). Data mudah
untuk didapatkan. Tetapi, informasi susah untuk dicari. Proses mengubah data menjadi informasi perlu
melalui sebuah sistem yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
menjadi perangkat Utama pencetak informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan
perusahan. Perusahaan manufaktur memerlukan informasi untuk melangsungkan roda industrinya.
Tanpa informasi yang akurat, perusahaan tidak dapat menentukan kebijakan,keputusan, bahkan
peraturan yang dapat menunjang perbaikan maupun perkembangan perusahaan.
Sistem Informasi Manufaktur (SIMa) termasuk dalam kerangka kerja Sistem Informasi Manajemen
(SIM) secara keseluruhan. SIM lebih menekankan kepada proses produksi yang terjadi dalam sebuah
lantai produksi, mulai dari input bahan mentah hingga output barang jadi, dengan mempertimbangkan
semua proses yang terjadi.
SUBSISTEM
SISTEM PRODUKSI
INFORMASI
AKUNTANSI
SUBSISTEM
SUMBER INTERN KUALITAS
D
SUBSISTEM A
PEMAKAI REKAYASA T SUBSISTEM
INDUSTRI A PERSEDIAAN
SUMBER LINGKUNGAN B
A
SUBSISTEM S SUBSISTEM
INTELIJEN E BIAYA
DATA MANUFAKTUR
INFORMASI
B. Proses
Proses pengolahan data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan Database Management
System (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen data, dimana data yang ada harus dijamin
akurasi, kemutakhiran, keamanan, dan ketersediaannya bagi pemakai.
Kegiatan yang terjadi didalam manajemen data:
1. Pengumpulan (pendokumentasian) data
2. Pengujian data,agar tidak terjadi inkonsistensi data
3. Pemeliharaan data,untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data
4. Keamanan data,untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan data.
5. Pengambilan data,bisa dalam bentuk laporan,untuk memudahkan pengolahan data yang lain.
C. Output
Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan berdasarkan
beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output data menjadi 3 bagian yaitu
persediaan, produksi dan kualitas, dimana ketiganya ini tidak meninggalkan unsur biaya yang terjadi
di dalamnya.
1. Persediaan
Subsistem persediaan memiliki definisi setiap produk yang ada dalam perusahaan baik yang
disimpan ataupun akan dibutuhkan. Subsistem persediaan memberikan jumlah stok, biaya
holding, safety stock , dan lain-lain berdasarkan hasil pengolahan data dari input. Subsistem
persediaan biasanya memiliki proses pembelian (purchasing) dan penyimpanan (inventory).
Proses yang lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan, namun kedua proses ini
3. Kualitas
Subsistem kualitas memiliki definisi yang sangat kompleks. Semua hal berhubungan dengan
kualitas, baik waktu, biaya, performa kerja, maupun pemilihan supplier. Banyak hal lain yang
bukan definisi mutlak kualitas namun perlu masuk dalam unsur kualitas seperti proses
perawatan. Proses yang perlu didokumentasi dalam subsistem ini adalah kontrol proses (Process
Control), Perawatan (Maintenance), dan Spesifikasi (Specification) baik produk jadi maupun
material. Masih banyak hal lain yang perlu didokumentasi, namun secara keseluruhan, tiga
proses ini dapat mencerminkan kualitas produk yang dihasilkan. Proses perawatan termasuk
dalam bagian kualitas karena gangguan proses yang terbesar di lantai produksi adalah karena
masalah perawatan mesin. Proses perawatan ini berhubungan dengan umur ekonomis mesin,
sekaligus berhubungan dengan lamanya perawatan yang dilakukan. Informasi mengenai proses
perawatan akan sangat mendukung penjadualan produksi, sehingga tidak terlalu banyak
preemption (penghentian proses) dalam setiap stasiun kerja. Proses produksi yang terjadi di
setiap stasiun kerja perlu didokumentasi agar nantinya dapat menjadi informasi, stasiun kerja
mana yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk saat ini. Penentuan ini dapat dilakukan
dengan pencatatan produk cacat yang terjadi di setiap stasiun kerja.
Kualitas sebuah produk sangat ditentukan oleh keinginan konsumen. Konsumen memiliki
standar kepuasan yang diterjemahkan ke dalam spesifikasi, dan spesifikasi tersebut menjadi
tolok ukur kualitas sebuah produk. Dokumentasi spesifikasi produk yang dihasilkan dapat
menjadi tolok ukur kualitas proses produksi yang sedang berjalan saat ini. Informasi mengenai
spesifikasi produk yang ada saat ini pun dapat menjadi pemikiran strategis untuk kebijakan
perusahaan di masa mendatang.
D. Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada. Tujuan perusahaan manufaktur
secara umum adalah mencapai keuntungan dari hasil penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah
sistem informasi tidak akan pernah terlepas unsur biaya yang terjadi di dalamnya. Bagan sistem
informasi manufaktur diatas menggambarkan bahwa biaya merupakan komponen yang melingkupi
keseluruhan output informasi tersebut, dan biaya juga termasuk dalam setiap komponen subsistem
A. Bahan Baku
Bahan baku ranginang adalah beras ketan. Pada umumnya digunakan beras ketan putih, tetapi
beras ketan hitam-pun juga bisa dibuat ranginang. Beras ketan dan beras biasa (non ketan) berbeda
kandungan amylosa dan amylopektinnya. Amylosa berantai lurus dengan ikatan 1-4 alfa-glikosidik,
sedangkan amylopektin berantai cabang dengan ikatan 1-4 alfa dan 1-6 beta glikosidik pada
percabangannya dengan panjang rantai 20 – 26 satuan glukosa.
Berdasarkan kandungan amilosanya ada 4 macam jenis beras, yaitu beras dengan amilosa tinggi
(lebih dari 25 % bk.), beras dengan amilosa sedang (20-25 % bk.) , beras dengan amilosa rendah (9-
20 % bk.), dan beras dengan amilosa sangat rendah (0-2 % bk). Beras ketan mengandung amilosa
sangat rendah (0-2 %), dengan kata lain lebih banyak mengandung amylopektin (sampai 98 %).
Sebaliknya beras non ketan (beras biasa) lebih banyak mengandung amylosa (lebih dari 25 %).
Perbedaan kandungan ini menyebabkan struktur gel yang terbentuk berbeda antara beras ketan
dengan beras biasa (non ketan). Struktur kimia amylopektin yang bercabang, menyebakan struktur
gel yang terbentuk lebih komplek dan lebih kuat daripada amylosa. Sifat ini dapat dilihat dari luar
bahwa beras ketan lebih lengket daripada beras non-ketan, sehingga pada pembuatan ranginang
teksturnya lebih kompak. Kandungan amilosa yang rendah pada beras ketan cenderung
menghasilkan tekstur produk akhir yang renyah, rapuh dan mudah hancur. Oleh karenanya
penanganan ranginang goreng harus ekstra hati-hati. Sifat-sifat inilah yang menjelaskan kenapa
dipilih beras ketan sebagai bahan dasar ranginang. Selain sebagai ranginang, beras ketan biasa juga
dimanfaatkan sebagai bahan dasar aneka makanan ringan, seperti wajik, jenang, dodol, krasikan,
klepon, dan wingko.
Gula dalam teknologi pangan berfungsi sebagai pemanis dan sekaligus sebagai pengawet bila
konsentrasinya cukup tinggi. Namun perlu diwaspasdai bahwa pemanasan pada suhu tinggi (160 –
186oC) bisa terjadi karamelisasi yang mengakibatkan warna coklat atau gosong.
Garam dapur (NaCl) bersama-sama dengan bumbu lainnya, dalam teknologi pangan berfungsi
sebagai bumbu untuk mendapatkan citarasa tertentu (asin, gurih). Selain itu, garam juga mampu
menurunkan rasa manis dan suhu karamelisasi sehingga tidak cepat gosong. Dalam pembuatan
ranginang “LESTARI”, gula yang ditambahkan sekitar 10 % , garam, bawang putih dan kemiri masing-
masing 2 % .
C. Macam-macam Ranginang
1. Ranginang Terasi
2. Ranginang Hitam
3. Ranginang Putih
4. Ranginang Manis
5. Ranginang ebi
6. Ranginang Keju
7. Ranginang Pedas
8. Ranginang Enul
Porter (1985) mengemukakan beberapa elemen penting dalam kegiatan usaha yang perlu
diperhatikan yang dinamakan dengan rantai nilai (value chain) yaitu :
A. PendukungLogistik
B. Manajemenproduksi
C. Sistem Distribusi Pemasaran
D. Pelayanan pada Pelanggan
Pendukung logistik (supplier) utama kami adalah penyedia bahan baku utama yaitu beras ketan yang
ketersediaannya sangat dipengaruhi iklim cuaca dan sangat berpengaruh pada harga.
Manajemen produksi yang ada dalam perusahaan ranginang masihlah sangat sangat sederhana
karena belum memakai teknologi ,semuanya dikerjakan secara manual.
Sedangkan sistem distribusi yang dijalankan selama ini dapat dibagi menajdi 3 macam yaitu :
1. Melalui agen besar, pengiriman diatas 800 kg
2. Melalui agen kecil seperti toko-toko makanan ringan , pengiriman dibawah 100 kg
3. Langsung kekonsumen ,pembelian antara 1-20 kg
Barang yang diproduksi dan dipasarkan tidak akan bertahan lama untuk tetap diminati oleh pemakai
apabila aspek pelayanan kepada pelanggan (service & maintenance) diabaikan.
Melihat keterkaitan diantara variabel yang satu dengan variabel lainnya dari rantai nilai kegiatan
usaha tersebut, dapatlah dipahami bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan yang bertaraf
internasional berhasil dalam menjalankan usahanya karena mereka mampu menjalankan seluruh
variabel yang ada pada rantai nilai tersebut.
Kondisi ini berbeda dengan yang dialami usaha rumahan seperti kami dimana masih banyak
diantara usaha rumahan seperti belum dapat memadukan semua variabel rantai nilai menjadi satu
kesatuan yang utuh dan terintegrasi sehingga menciptakan suatu usaha yang kuat.
Pelanggan Bagian
Langsng Pematangan
Pemasok
Bagian Pencetakan
Macam-macam
Faktur Produk
Bagian
Pengeringan
Bagian
Bagian Packaging
Keuangan
Owner
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Usaha rumahan ranginang merupakan salah
satu home industry yang bias diandalakan untuk mengahasilkan rupiah.
Belum tersedianya Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang menjadi perangkat Utama pencetak
informasi untuk pengambilan keputusan bagi perkembangan perusahan berpengaruh terhadap
penentuan kebijakan,keputusan . bahkan peraturan yang dapat menunjang perbaikan maupun
perkembangan perusahaan.
Hal-hal yang harus segera diperbaiki dalam usaha rumahan khususnya ranginang adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan
2. Menggunakan teknologi yang tepat dalam proses produksi
3. Menggunakan system computer dalam mengolah data
4. Mengembangkan pasar secara optimal
5. Penerapan Sistem Informasi managemen Secara menyeluruh yang meliputi system pemrosesan
transaksi, Sistem distribusi, system sumberdaya dan system