Anda di halaman 1dari 35

Konsep Akhlak dalam Islam

Oleh:
Nur Lita Aininsya (105070601111012)
Nilna Asyrofatul U. (105070601111014)
Cyntia Risas I(105070601111017)
Pengertian Akhlak
• Akhlak berasal dari kata “akhlaq”
yang merupakan jama’ dari “khulqu”
dari bahasa Arab yang artinya
perangai, budi, tabiat dan adab.
Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak
yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji
(Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak
yang Buruk atau Akhlak yang Tercela
(Al-Ahklakul Mazmumah).
• Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian
dengan khalkun (ciptaan) serta erat hubungannya
dengan khaliq dan makhluq
• Setiap perbuatan dan perilaku manusia tidak bisa
terlepas dari pengawasan Tuhan sebagaimana
yang tercantum dalam surat Al-Qalam ayat 4:
• “Sesungguhnya engkau (ya Muhammad)
mempunyai budi pekerti yang luhur”
• Akhlak adalah hal yang terpenting dalam
kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi'at,
perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk.
Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya
hamba yang paling dicintai Allah ialah yang
paling baik akhlaknya".
• Demikian juga Hadits Nabi SAW :“Aku diutus
untuk menyempurnakan kemuliaan budi
pekerti”. (HR. Ahmad).
Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa melalui
pertimbangan fikiran terlebih dahulu.

Menurut Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang


tertanam dalam jiwa yang darinya timbul
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan fikiran.
Dua definisi diatas menggambarkan bahwa
akhlak secara substansial adalah sifat hati bisa
baik bisa buruk yang tercermin dalam perilaku.
Jika sifat hatinya baik maka yang muncul
akhlak baik dan jika sifat hatinya buruk maka
yang muncul adalah akhlak buruk.
Menurut ulama akhlak pengertian akhlak
adalah ilmu yang memberikan pengertian
tentang baik buruk, ilmu yang mengajarkan
pergaulan manusia dan menyatakan tujuan
mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan
pekerjaan mereka.
Karakteristik
Akhlak adalah salah satu kerangka dasar Islam yang
termuat dalam kitab suci Al-Qur’an. Bahwa nilai-nilai baik
dan buruk daripada suatu perbuatan yang termuat dalam
Al-Qur’an dan sunnah berlaku bagi seluruh manusia.
Akhlak menuntut bagi pelakunya untuk senantiasa ikhlas
melaksanakan hak-hak yang harus diberikan kepada yang
berhak. Melakukan kewajiban terhadap sesama manusia
yang menjadi hak manusia lainnya, melakukan kewajiban
terhadap alam dan lingkungannya.
Allah telah berkehendak bahwa
akhlak dalam islam memiliki
karakteristik yang berbeda dan unik
dari agama Yahudi,Nasrani ataupun
keduanya yaitu dengan karakteristik
yang menjadikannya sesuai untuk
setiap individu, kelas sosial, ras,
lingkungan, masa dan segala kondisi.
Yusuf Qardawi mengajukan tujuh
karakter etika Islam:
o Moral yang beralasan dan dapat dipahami
o Moral universal
o Kesesuaian dengan fitrah
o Memperhatikan realita
o Moral positif
o Komprehensifitas
o Tawazun ( keseimbangan )
1. Moral yang beralasan dan dapat dipahami.
Islam selalu bersandar pada penilaian yang
logis dan argumentasi yang dapat diterima akal
yang lurus dan naluri yang sehat,yaitu dengan
menjelaskan manfaat tentang apa yang
diperintahkan dan kerusakan dari apa yang
dilarang. Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-
Ankabut:45
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu
mencegah dari perbuatan keji dan munkar”.
2. Moral Universal
Moral dalam Islam selalu bersandarkan
karakter manusiawi yang universal, yaitu
larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga
bagi ras lain, bahkan umat Islam dan umat-
umat lain adalah sama dihadapan moral Islam
yang universal. Dalam surat Al- Maidah ayat 8
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu dekat dengan taqwa”.
3. Kesesuaian dengan fitrah
Islam datang membawa apa yang sesuai
dengan fitrah dan tabiat manusia serta
menyempurnakannya. Islam menjadikan mulai
dari membuat batasan hukum untuknya agar
dapat memelihara kebaikan masyarakat dan
individu manusia itu sendiri. Islam
membolehkan manusia untuk menikmati
barang atau rezeki yang baik namun syariat
islam tidak membenarkan naluri jika barang-
barang dan hal-hal yang najis atau merupakan
perbuatan maksiat
Firman Allah dalam surat Al-A’raf
ayat 32

“Katakanlah: “ Siapa yang


mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hambaNya dan siapa
pulalah yang mengharamkan
rezeki yang baik?”
4. Memperhatikan Realita
Al-Quran tidak membebankan kepada manusia
suatu kewajiban untuk mencintai musuh-
musuhnya karena hal ini merupkan suatu hal
yang tidak dimiliki jiwa manusia, akan tetapi
Al-Quran memerintahkan kepada orang-orang
mukmin untuk berlaku adil terhadap musuh-
musuhnya, supaya rasa permusuhan dan
kebencian mereka terhadap musuh-musuhnya
tidak mendorong untuk melakukan
pelanggaran terhadap musuh-musuhnya.
5. Moral positif
Moral islam menganjurkan untuk menggalang
kekuatan, perjuangan dan meneruskan amal usaha
dengan penuh keyakinan dan cita-cita, melawan
sikap ketidak berdayaan dan pesimis,malas serta
segala bentuk penyebab kelemahan. Firman Allah:
“Ambillah kitab itu dengan sungguh-
sungguh(panuh kekuatan)”
Islam memerintahkan kepada muslim untuk
merubah suatu kemungkaran dengan tangannya,jika
ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika ia tidak
mampu maka dengan hatinya.
6. Komprehensifitas
Moral dalam agama Islam tidak hanya pada
pelaksanaan ibadah ritual,seremonial dsb. Namun
Islam telah menggambarkan sebuah konsep moral
dengan ibadah tertentu seperti hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan dengan sesama
serta hubungan dengan alam.
7. Tawazun (keseimbangan)
Tawazun adalah menggabungkan sesuatu
dengan penuh keserasian dan keharmonisan,
tanpa sikap berlebihan maupun pengurangan.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah:201
“Dan diantara mereka dan orang yang
berdoa:’Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka’. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat
kebahagiaan dari apa yang mereka usahakan;
dan Allah sangat cepat memperhitungannya”
Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak
o Instink ( Naluri)
o Keturunan
o ‘Azam
o Suara ( dlamir )
o Kebiasaan
o Lingkungan
1. Insting (Naluri)
merupakan tabiat yang dibawa
manusia sejak lahir,jadi merupakan
pembawaan asli.
Dalam hubungan ini naluri di
antaranya:
a. Naluri makan
b. Naluri berjodoh
c. Naluri keibu-bapakan
d. Naluri berjuang
e. Naluri bertuhan
islam mengajarkan agar naluri tidak
dirusak melainkan disalurkan secara
wajar sesuai tuntunan hidayat ilahi
2. Keturunan
Manusia mendapatkan warisan fisik dan
mental mulai dari sifat umun dan khusus yang
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Manusia yang berasal dari satu keturunan
dimana-mana membawa turunan dari pokok-
pokoknya beberapa sifat dan pembawaan
yang bersamaan, misalnya bentuk badan,
perasaan, akal dan pemikiran.
b.Selain sifat kemanusiaan yang bersifat umum
diwariskan, juga ada sifat-sifat bangsa dan
suku yang bersifat khas dari padanya.
Dengan sifat khas yang merupakan pembawaan
bangsa itu dapatlah dikenal identitasnya, misal
warna kulit, keadaan rambut, bentuk hidung dan
lain-lain yang bersifat lahiriah
c. Dalam keluarga terdapat warisan khas dimana orang
tua menurunkan(mewariskan) karakter kepada anak
dan keturunannya di kemudian hari. Misalnya orang
tua yang perawakan badannya kekar akan
melahirkan putra yang kekar pula, sedangkan orang
tua yang berpenyakitan dapat menurunkan pula
kelemahan itu kepada keturunan khususnya yang
disebut penyakit keturunan.
3. ‘Azam
‘Azam (kemauan keras) yaitu sesuatu yang
menggerakkan manusia berbuat dengan
sungguh-sungguh.Allah memesankan dalam
Al-Quran; “Hendaklah engkau tabah seperti
ketabahan rasul-rasul yang memiliki kehendak
yang keras (‘Azam).(Qs. Al-Ahqaf:35)
Kadang-kadang kehendak itupun terkena
penykit sebagaimana tubuh kita antara lain
kelemahan kehendak dan kehendak yang kuat
tetapi salah arah.
Untuk mengobati berbagai macam penyakit
kehendak ini dilakukan berbagai cara:
a. Kehendak yang lemah diperkuat dengan
latihan
b.Jangan membiarkan setiap kehendak yang baik
itu hilang tanpa dilaksanakan.
Pendorong dan perangsang kelakuan manusia
sehingga dapat melakukan perbuatan yang
baik dan menjauhi perbuatan yang jahat sesuai
dengan nalurinya itu dinyatakan dalam Al-
Qur’an berupa Tandzir dan Tabsyir.
Allah memperingatkan kepedihan azab neraka
dan kenikmatan surga. Dan untuk terhindar
dari azab dan memperoleh kebahagiaan abadi
kuncinya terletak pada mardlatilah (keridhoan
Allah)
4. Suara batin(Dlamir)
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan
yang sewaktu-waktu memberikan
peringatan(isyarat) jika tingkah laku manusia
berada diambang bahaya dan keburukan.
Fungsi dan suara batin itu ialah
memperingatkan bahayanya perbuatan buruk
dan berusaha mencegahnya.
Selain memberikan isyarat untuk
mencegah dari keburukan dan sebaliknya
juga merupakan kekuatan yang
mendorong manusia melakukan
perbuatan yang baik(kewajiban)
5. Kebiasaan
Kebiasaan ialah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan. Hendaknya urat syaraf kita
selalu diajar dan terus menerus
mengulangi segala perbuatan yang baik
sehingga menjadi adat kebiasaan,
sebaliknya jangan dibiarkan urat syaraf kita
untuk mengulangi perbuatan yang jelek,
karena hal itu akan meningkat menjadi
kebiasaan yang bakal merusak diri sendiri.
Orang sudah menerima suatu pekerjaan
menjadi kebiasaan atau adat dalam dirinya,
maka pekerjaan itu sukar ditinggalkan,
karena berakar kuat dalam pribadinya.
Begitu kuatnya pengaruh kebiasaan
sehingga manakala akan dirubah, biasanya
menimbulkan reaksi yang cukup keras dari
dalamperibadi diri itu sendiri.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang melingkupi
tubuh yang hidup misalnya tumbuh-tumbuhan,
keadaan tanah, udara dan lingkungan
pergaulan manusia. Dalam hubungan ini
lingkungan dibagi menjadi dua bagian:
a. Lingkungan alam
b.Lingkungan pergaulan
Aktualisasi Akhlak dalam berbagai
bidang kehidupan
Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah
identik dengan pelaksanaan agama Islam itu
sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka
pelaksanaan akhlak yang mulia adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
menjauhi segala larangan-larangan dalam
agama,
baik yang berhubungan dengan Allah maupun
yang berhubungan dengan makhluknya, dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan
apabila tidak bisa melihat Allah maka harus yakin
bahwa Allah selalu melihatnya sehingga perbuatan
itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
Akhlak yang perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan adalah sebagai berikut:
• 1. Akhlak kepada Allah swt. meliputi:
a. Mentauhidkan Allah swt. (QS. Al-
Ikhlas/112:1-4)
b. Beribadah kepada Allah swt. (QS. Adz-
Dzaariyat/51:56)
c. Berdzikir kepada Allah swt. (QS. Ar-
Ra’d/13:28)
d. Tawakkal kepada Allah swt. (QS.
Hud/111:123)
2. Akhlak terhadap manusia:
a. Akhlak terhadap diri sendiri, meliputi:
Sabar (QS. Al-Baqarah/2:153)
Syukur (QS. An-Nahl/16:14)
Iffah, yaitu mensucikan diri dari
perbuatan terlarang (QS. Al-Isra/17:26)
Amanah (QS. An-Nisa/14:58)
b. Akhlak terhadap kedua orang tua (QS.
Al-Isra/17:23-24)
c. Akhlak terhadap keluarga, yaitu
mengembangkan kasih sayang,
keadilan dan perhatian. (QS. An-
Nahl/16:90 dan QS. At-
Tahrim/66:6)

d. Akhlak terhadap tetangga (QS.


An-Nisa/4:36)
3. Akhlak terhadap lingkungan
Berakhlak terhadap lingkungan
hidup adalah di mana manusia
menjalin dan mengembangkan
hubungan yang harmonis dengan
alam sekitarnya. Allah
menyediakan kekayaan alam yang
melimpah hendaknya disikapi
dengan cara mengambil dan
memberi dari dan kepada alam
serta tidak dibenarkan segala
bentuk perbuatan yang merusak
alam.
Maka alam yang terkelola dengan baik dapat
memberi manfaat yang berlipat ganda,
sebaliknya alam yang dibiarkan merana dan
diambil manfaatnya saja justru mendatangkan
malapetaka bagi manusia. (QS. Al-
Qashash/28:77, QS. ar-Rum/30:41, dan QS.
Hud/11:61)
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai