Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

SIMULASI FISIKA
GERAK RANDOM PADA TETES AIR
HUJAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kedua Mata Kuliah Simulasi


Fisika

OLEH :
NAMA : Dyah Nur Rancangkapti
NIM : 06306144012
PRODI : Fisika

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
Gerak jatuh tetes air hujan

A. Tujuan
Mensimulasikan Hubungan Ketinggian Awal (h) Dengan Banyaknya Tetes
Air Hujan (t)

B. Permasalahan
Gerak jatuhnya tetes air hujan dapat diselesaikan dengan distribusi peluang.
Nilai masukan peluang yang memungkinkan ada empat jenis peluang.
Variasikan ketinggian awal tetes air hujan dan hitung waktu yang diperlukan
untuk mencapai tanah (banyaknya tetes air hujan yang jatuh sampai ketanah).

C. Analisis Masalah
Model Permasalahan
Gerak jatuhnya air hujan dapat kita analogikan dengan gerak jatuh bebas
namun didalam gerak jatuh bebas tidak ada pengaruh gesekan dan angin.
Sehingga dalam mensimulasikan gerak jatuhnya tetes air hujan kita
menggunakan gerak random ke segala arah dengan empat arah distribusi
peluang.
Distribusi Peluang y
P=0,1

x
P=0,2

P=0,2

P=0,5
Distribusi peluang dapat dijelaskan pada gambar diatas, yaitu total peluang
adalah satu. Sehingga kita asumsikan peluang terbesar adalah setengah
dari total peluang yaitu gerak kebawah karena tetes air hujan akan selalu
bergerak kebawah terkecuali ada faktor yang menyebabkan tetes air hujan
bergerak keatas (terpantulnya air hujan dari tanah). Sehingga, untuk
peluang tetes air hujan bergerak keatas sangatlah kecil. Kita asumsikan
peluang gerak tetes air hujan keatas adalah 0,1. dan sisanya adalah gerak
tetes air hujan kekanan dan kekiri akibat pengaruh gesekan dan angin.
Diasumsikan peluangnya sama besar yaitu untuk masing-masing peluang
kekanan dan kekiri adalah 0,2.

Formulasi Numerik
Dalam distribusi peluang yang telah kita asumsikan nilainya, kita dapat
memasukkan nilai peluangnya kedalam program.
Empat peluang tersebut adalah :
Peluang kebawah : 0,5
Peluang keatas : 0,1
Peluang kekanan : 0,2
Peluang kekiri : 0,2
Saat kita memberikan syarat pada program simulasi, kita harus
memperhatikan rentang nilai dari besar peluangnya.

0 0,2 0,4 0,5 1

0,2 0,2 0,1 0,5

x kekanan x kekiri y keatas y kebawah

sehingga, syarat peluang yang akan dimasukkan dalam progrm adalah


untuk bilangan random kurang dari sama dengan 0,2 maka pada sumbu x
kekanan akan berjalan, untuk bilangan random kurang dari sama dengan
0,4 maka pada sumbu x kekiri akan berjalan, untuk bilangan random
kurang dari 0,5 maka pada sumbu y keatas akan berjalan, sedangkan untuk
bilangan random kurang dari sama dengan satu maka pada sumbu y
kebawah akan berjalan. Kata berjalan disini berarti saat salah satu syarat
nilai peluang terpenuhi maka tetes air hujan akan bergerak kearah syarat
nilai peluang tersebut. Bilangan yang digunakan adalah bilangan random
karena mengasumsikan tetes air hujan yang memiliki gerak random juga.
Sehingga dapat kita bangkitkan bilangan random dengan inisial r=rand.
Untuk dapat membandingkan hasil jatuhnya tetes air hujan dari distribusi
peluang maka kita dapat mensimulasikan jatuhnya tetes air hujan dengan
gerak jatuh bebas.
Pada gerak jatuh bebas, kita asumsikan gerak tetes air hujan tersebut tidak
dipengaruhi oleh gesekan dan gerak angin. Gerak jatuh bebas pada
umumnya merupakan contoh gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) diartikan sebagai gerak benda dalam lintasan
lurus dengan percepatan tetap. Yang dimaksudkan dengan percepatan tetap
adalah perubahan kecepatan gerak benda yang berlangsung secara tetap
dari waktu ke waktu. Mula-mula dari keadaan diam, benda mulai bergerak,
semakin lama semakin cepat dan kecepatan gerak benda tersebut berubah
secara teratur.
Terdapat empat persamaan GLBB yang menghubungkan posisi,
kecepatan, percepatan dan waktu, jika percepatan (a) konstan, antara lain :

Setelah kita mengetahui rumus-rumus gerak lurus berubah beraturan maka


kita akan memasukkan syarat untuk gerak jatuh bebas. Syarat awal untuk
gerak jatug bebas adalah saat t=0 maka kecepatan awal v0 = 0, dan
percepatan a merupakan percepatan gravitasi (g) sehingga a = g. Untuk
ketinggian akhir x = 0, dan ketinggian awal x0 = h. Maka;
vt  gt
1 2
h gt
2
2
t  h
g

Grafik Yang Dihasilkan Dari Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Posisi

Kecepatan
x
v
t
t
v = v0 + at

Grafik Yang Dihasilkan Dari Gerak Jatuh Bebas (GJB) tanpa fges
Hubungan Posisi h Dengan t
Grafik Hubungan Ketinggian (h) Dengan Banyaknya Langkah (t)
4.5

3.5

3
t -g jb (s e k o n )

2.5

1.5

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
h(meter)

Jika gerak jatuh tetes hujan dengan proses gerak vertikal kebawah (seperti
GJB) tanpa kecepatan awal dari ketinggian h diatas tanah selama gerak
tetes air hujan mengalami gaya gesekan udara yaitu f ges = kv, dengan k
adalah tetapan dan v adalah laju benda maka ;
Hukum Newton II
Gerak Jatuh Bebas

v0=0 fg = gaya gesek = kv


h

W=mg

tanah
Hukum Newton II
 F  ma
dv
W  f ges  m
dt
dv
mg  kv  m
dt
Ingat penyelesaian persamaan differensial orde 1 linear
y’ + py = Q

y  exp( I )  exp( I ) Q dt  C exp( I )


dim ana; I   p dt
Maka persamaan Newton menjadi;
dv 1
mg  kv  m ......kedua ruas 
dt m
dv k
 vg
dt m
Sehingga,
dv k
y'= ;p= ; y = v ; dan Q = g
dt m
k k
I   m dt  m t
k k   k 
y  exp( t )  exp t  ( g ) dt  C exp  t 
m m   m 
mg  k  k   k 
 exp  t  exp t   C exp  t 
k  m  m   m 
mg  k 
  C exp  t 
k  m 

Masukkan syarat awal;


Saat t = 0 sekon ; v=0
mg  k 
v   C exp  t 
k  m 
mg
0  C
k
mg
C 
k
Subtitusi nilai C kepersamaan v,
mg mg  k 
v   exp  t 
k k  m 
  k   mg
v  1  exp  t  
  m  k

Maka untuk gerak vertikal kebawah yang dipengaruhi gesekan udara,


persamaan kecepatannya (v) menjadi ;
  k   mg
v  1  exp  t  
  m  k

Untuk mencari nilai h maka ingat bahwa h   vdt

 m  k   mg
Sehingga, h   t  exp  t  
 k  m  k
hk
ln
mg
dan, t 
k m
1  ln
m k
jika kita bandingkan persamaan v dari GJB yang dipengaruhi gesekan
udara dengan GJB yang tidak dipengaruhi maka,
Persamaan GJB dengan fges
  k   mg
v  1  exp  t  
  m  k
Ingat deret eksponensial
x2
exp( x)  1  x   .....
2!
Maka,
  k   mg
v  1  1  t  
  m  k ................. QED dengan GJB tanpa fges
 gt

Analog dengan grafik yang dihasilkan GJB tanpa fges = grafik dengan fges,
hanya saat masukan nilai fges besar atau pengaruh gesekan udaranya cukup
besar maka nilai t yang dihasilkan lebih banyak lagi. Atau dengan kata lain
proses tetes air hujan jatuh ketanah akan semakin lama.

Algoritma
1. Definisikan masukan untuk nilai input h dan Ntrial
2. Definisikan nilai g=10, dan keadaan t awal = nol
3. Definisikan nilai interval h untuk ketinggian
4. Bangkitkan bilangan random r
5. Definisikan syarat agar t berhenti saat h tetes air hujan mencapai
tanah
6. Definisikan nilai tkum, dan nilai peluang tetes air hujan
7. Dicoba pengulangan jumlahan tkum sebayak Ntrial
8. Amati grafik hubungan antara h dengan t
9. Variasikan nilai h
10. Variasi nilai Ntrial, amati perubahan nilai tnya dicoba Ntrial=10,
100, dan 10000

Diagram Alir

Mulai

Definisikan nilai g, t,
tkum, h, dan Ntrial

Buat looping h agar nilai h


awal tetap

Buat loopig untuk Ntrial

Beri syarat agar ketika h<=0


proses looping berhenti

Bangkitkan bil. Random


0<r<1
Naikkan nilai t

Jika r<=0,2 maka tetes air hujan ke


kanan, jika r<= 0,4 maka tetes
hujan akan ke kiri, jika r<= 0,5 air
ke atas dan sisanya kebawah

Definisikan tempat untuk


tkum

Variasikan nilai h dan


Ntrial

Buat nilai trata-rata untuk


setiap tkum

Tampilkan nilai N(t) VS t


dan plotkan

Akhir

D. Pemhasan
Dalam permasalahn jatuhnya tetes air hujan, kita memiliki tujuan untuk
mensimulasikan hubungan ketinggian awal (h) dengan banyaknya tetes air
hujan (t). Dalam mensimulasikan kita memerlukan proses random, dimana
proses random merupakan proses acak yang didefinisikan oleh METLAB
dengan intruksi :
r=rand
Dimodelkan permasalahan ini dengan distribusi peluang, dimana
peluang tetes air hujan yang akan naik sangat kecil dan peluang yang jatuh
sangat besar. Peluang untuk tetes air hujan bergerak kekanan dan kekiri, kita
asumsikan sama.
Seperti yang telah dibahas pada formulasi numerik untuk pemberian syarat
pada distribusi peluang ini, maka listing program yang harus dijalankan
adalah:
if r <=0.2
x=x+1;
elseif r<=0.4
x=x-1;
elseif r<=0.5
h=h+1;
else
h=h-1;
saat syarat r<=0.2 maka tetes air hujan bergerak kekanan satu langkah
sehingga absis x berubah menjadi x+1, ketika r<=0.4 terpenuhi maka tetes air
hujan bergerak kekiri. Untuk ketinggian h analog dengan x.
Saat pemberian syarat diatas, kita harus memperhatikan syarat lain yaitu syarat
untuk ketinggian awalnya. Kita ingin membuat agar ketinggian awal tetap,
sesuai masukan input yang diterima maka kita dapat menggunakan perintah
while. Pernyataan while akan menjalankan pernyataan atau sekelompok
pernyataan secara berulang-ulang selama kontrol perulangan berharga benar .
Pada program ini perintah while digunakan untuk mengontrol harga
ketinggian awal dan ketika harga h<=0 maka proses looping akan berhenti,
yang artinya tetes air hujan telah jatuh ketanah.
Untuk variasi ketinggian, kita akan memasukkan input ketinggian awal sesuai
atau mendekati dengan keadaan yang ada dialam.
Kita akan melihat lapisan atmosfir bumi. Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan.
Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi
pada troposfir. Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu
pada ketinggian 0 - 18 km di atas permukaan bumi. Tebal lapisan troposfer
rata-rata ± 10 km. Di daerah khatulistiwa, ketinggian lapisan troposfer sekitar
16 km dengan temperatur rata-rata 80°C. Di daerah sedang ketinggian lapisan
troposfer sekitar 11 km dengan temperatur rata-rata 54°C, sedangkan di daerah
kutub ketinggiannya sekitar 8 km dengan temperatur rata-rata 46°C.

Dari penjelasan diatas, harga input unutk ketinggian awal yang akan
dimasukkan untuk dicoba adalah 16.000 meter, 11.000 meter, 8.000 meter.
Saya mencoba dua listing program, dimana variasi masukan yang digunakan
adalah banyaknya tetes air hujan diawal ketinggian (t=0). Untuk distribusii
peluang yang kita analogikan dengan gerak jatuh bebas maka masukan t =0
setelah iterasi ketinggian dilakukan, itu berarti saat ketinggian awal tidak ada
kecepatan awal. Grafik yang dihasilkan adalah eksponensial naik QED dengan
grafik yang dihasilkan GJB walaupun hasil grafik pada distribusi peluang
terlihat seperti garis lurus, itu dikarenakan nilai ketinggian yang cukup tinggi.
Setelah program dijalankan, kita akan mendapatkan hasil berupa :
untuk ketinggian 16.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara
39.000 sampai 41.000.
untuk ketinggian 11.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara
27.000 sampai 28.000
untuk ketinggian 8.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara
19.000 sampai 20.000.
Untuk distribusi peluang yang kita analogikan dengan erak lurus berubah
beraturan maka masukan t = 0 adalah sebelum proses iterasi, yang berarti
memiliki kecepatan awal. Grafik yang dihasilkan adalah eksponensial turun
QED dengan grafik yang dihasilkan oleh GLBB.
Setelah program dijalankan, kita akan mendapatkan hasil berupa :
untuk ketinggian 16.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara nilai
6.400.000
untuk ketinggian 11.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara nilai
3.000.000
untuk ketinggian 8.000 meter, banyaknya tetes air hujan berkisar antara
1.600.000
Terlihat bahwa saat kita memberikan kecepatan awal pada gerak tetes air
hujan maka banyaknya tetes air hujan yang jatuh akan semakin besar karena
proses iterasi peluang yang dilakukan akan semakin lama.
Gerak tetes air hujan adalah gerak yang acak sehingga nilai tetes air hujannya
pun akan bersifat random, akan tetapi saat kita beri nilai Ntrial yang lebih
besar maka nilai banyaknya tetes air hujan tidak begitu jauh berbeda
dibandingkan denga niali Ntrial yang digunakan kecil.
Hasil diatas sesuai dengan pemikiran teorinya bahwa semakin nilai Ntrial yang
digunakan besar maka semakin presisilah hasil yang didapat dari gerak ini.
Ntrial adalah jumlah pengulangan untuk setiap perhitungan banyaknya tetes
air hujan yang terjadi tiap ketinggian tertentu.
Kelemahan dari gerak jatuhnya tetes air hujan adalah
Hasil nilai bayaknya tetes air hujan tidak memiliki nilai yang tetap
Hasil niali banyaknya tetes air hujan merupakan peluang yang
mengabaikan beberapa pengaruh faktor yang lain seperti suhu
lingkungan dan pergerakan angin yang selalu berubah
Kemungkinan terjadi kesalahn pada listing program
Perintah hold on yang digunakan untuk menyatukan nilai-nilai
bayaknya tetes air hujan membuat grafik terlihat kasar.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Gerak Jatuh Tetes Air Hujan
adalah :
Gerak tetes air hujan merupakan gerak eksponensial
Distribusi peluang untuk kasus GJB menghasilkan grafik eksponensial
naik (QED) ralat : grafik yg dihasilkan garis lurus
Distribusi peluang untuk kasus GLBB menghasilkan grafik
eksponensial turun (QED)
Banyaknya tetes air hujan untuk distribusi peluang kasus GJB adalah
untuk ketinggian 16.000 meter, nilainya antara 39.000 sampai 41.000.
untuk ketinggian 11.000 meter, nilainya antara 27.000 sampai 28.000
untuk ketinggian 8.000 meter, nilainya antara 19.000 sampai 20.000.
Banyaknya tetes air hujan untuk distribusi peluang kasus GLBB adalah
untuk ketinggian 16.000 meter,nilainya sekitar 6.400.000
untuk ketinggian 11.000 meter, nilainya sekitar 3.000.000
untuk ketinggian 8.000 meter, nilainya sekitar 1.600.000
Untuk ketinggian 16.000 meter berada didaerah khatulistiwa
Untuk ketinggian 11.000 meter berada didaerah sedang
Untuk ketinggian 8.000 meter berada didaerah kutub
Pengulangan perhitungan pada banyaknya tetes air hujan Ntrial besar
menghasilkan nilai yang saling mendekati dan lebih sedikit
dibangdingkan nilai Ntrial kecil

F. Daftar Pustaka
Drs. Suarga, M.Sc., M.Math., Ph.D. (2007). Fisika Komputasi Solusi Problem
Fisika Dengan METLAB. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta
San.2008. Gerak Lurus Berubah Beraturan. www.gurumuda.com
Anonim. Gerak Lurus.---
http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=138&fname=geo109_03.htm
jam upload 5.17 pm tanggal 03 bulan November 2009
http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html
jam upload 5.40 pm tanggal 03 bulan November 2009

G. Lampiran
Listing Program Distribusi Peluang
Analogi GJB
end
clear;clc; t=tkum/Ntrial;
h=input('masukan nilai ketingggian h = '); t_gjb=sqrt(2*i/g);
Ntrial=input('nilai pengulangan = '); [ i' t']
g=10; %nilai gravitasi; hold on
%t=0; subplot(2,1,1);plot(i,t,'om');
for i=50:50:h grid on
h=i; ylabel('t(sekon)')
x=0; hold on
t=0; subplot(2,1,2);plot(i,t_gjb,'*b');
tkum=0; grid on
for k=1:Ntrial ylabel('t-gjb(sekon)')
x=0; xlabel('h(meter)')
%t=zeros(1,k); hold off
%tkum=zeros(1,k); end
while h>=0
t=t+1;
x=0;
r=rand;
if r <=0.2
x=x+1;
elseif r<=0.4
x=x-1;
elseif r<=0.5
h=h+1;
else
h=h-1;
end
end
tkum=tkum+t;
% tkum(k)=tkum(k)+t; Analogi GLBB
clear;clc;
h=input('masukan nilai ketingggian h = '); end
Ntrial=input('nilai pengulangan = '); t=tkum/Ntrial;
g=10; %nilai gravitasi; t_gjb=sqrt(2*i/g);
t=0; [ i' t']
for i=50:50:h hold on
h=i; subplot(2,1,1);plot(i,t,'om');
x=0; grid on
% t=0; ylabel('t(sekon)')
tkum=0; hold on
for k=1:Ntrial subplot(2,1,2);plot(i,t_gjb,'*b');
x=0; grid on
%t=zeros(1,k); ylabel('t-gjb(sekon)')
%tkum=zeros(1,k); xlabel('h(meter)')
while h>=0 hold off
t=t+1; end
x=0;
r=rand;
if r <=0.2
x=x+1;
elseif r<=0.4
x=x-1;
elseif r<=0.5
h=h+1;
else
h=h-1;
end
end
tkum=tkum+t;
% tkum(k)=tkum(k)+t;

Keluaran Angka
Keluaran angka terakhir dari setiap ketinggian
Distribusi peluang analogi GJB

h (meter)
Ntrial 10 100 10.000
16.000 39810 40048 39954
39786 40041 39761
40233 40470 39942
11.000 27645 27079 27139
27417 27689 27180
27636 27704 27359
8.000 20041 20310 19500
20190 20189 19793
19763 20085 19840

Distribusi peluang analogi GLBB

h (meter)
Ntrial 10 100 10.000
16.000 6418224 642247 6420452
11.000 3035508 3041563 3041357
8.000 1608426 1609277 1611814

Keluaran Grafik
Distribusi peluang analogi GJB
h=16.000 meter dan Ntrial =10
4
x 10
5

t(sekon) 3

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

60

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
h(meter)

h=16.000 meter dan Ntrial =100

4
x 10
5

3
t(sekon)

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

60

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
h(meter)

h=16.000 meter dan Ntrial =10000


4
x 10
5

3
t(sekon)

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

60

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
h(meter)

h=11.000 meter dan Ntrial =10

4
x 10
3

2.5

2
t(sekon)

1.5

0.5

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
h(meter)

h=11.000 meter dan Ntrial =100


4
x 10
3

2.5

2
t(sekon)

1.5

0.5

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
h(meter)

h=11.000 meter dan Ntrial =10000

4
x 10
3

2.5

2
t(sekon)

1.5

0.5

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
h(meter)

h=8.000 meter dan Ntrial =10


h=8.000 meter dan Ntrial =100

h=8.000 meter dan Ntrial =10000


Distribusi peluang analogi GLBB
h=16.000 meter dan Ntrial = 10000

6
x 10
8

6
t(sekon)

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

60

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
h(meter)

h=11.000 meter dan Ntrial = 10000


6
x 10
4

3
t(sekon)

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

50

40
t-gjb(sekon)

30

20

10

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
h(meter)

h=8.000 meter dan Ntrial = 10000

6
x 10
2

1.5
t(sekon)

0.5

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

40

30
t-gjb(sekon)

20

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
h(meter)

Anda mungkin juga menyukai