Anda di halaman 1dari 4

TUJUAN

KKL III Prodi pendidikan IPS angkatan 2008 yang dilaksanakan di desa bokoharjo bertujuan:

Tujuan umum: menganalisis pengaruh perkembangan IPTEK dan seni bagi masyarakat
bokoharjo

b. Tujuan khusus :

- menganalisis kondisi umum geografis, historis, ekonomis, sosial, budaya, seni dan politik
masyarakat bokoharjo

- mendeskripsikan kehidupan sehari-hari masyarakat bokoharjo

- mendeskripsikan penerapan IPTEKS dalam kehidupan masyarakat Bokoharjo

- Mengidentifikasi berbagai pengaruh perkembangan IPTEK terhadap perubahan sosial


budaya masyarakat

- mengidentifikasi berbagai dampak negatif perkembangan IPTEK bagi lingkungan


masyarakat Bokoharjo

- mendeskripsikan berbagai upaya masyarakat bokoharjo dan peranan pemerintah dalam


menanggulangi dampak negatif perkembangan IPTEKS di Bokoharjo

- mendeskripsikan berbagai sikap masyarakat bokoharjo dalam menghadapi globalisasi

- menganalisis upaya strategis yang perlu dilakukan dalam menanggulangi berbagai dampak
negatif akibat perkembangan IPTEKS dari adanya globalisasi

LOKASI

KKL III Prodi pendidikan IPS angkatan 2008 dilaksanakan di dusun plempoh, desa
bokoharjo,kecamatan prambanan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta.

PERKEMBANGAN SEJARAH

Sejarah Candi Ratu Boko


Ratu Boko adalah situs purbakala yang berada di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta dan terletak pada ketinggian hampir 200 m di atas permukaan laut,
merupakan komplek sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan
dari komplek Candi Prambanan, 18km sebelah timur kota Yogyakarta. dengan luas sekitar
250.000 meter persegi, di puncak bukit ini Anda dapat melihat pemandangan yang indah
yaitu panorama Gunung Merapi dan kemegahan Candi Prambanan.

Situs ini diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa
Sailendra (Rakai Panangkaran) dari kerajaan Medang (Mataram Hindu). Dilihat dari pola
peletakan sisa-sia bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja)
Nama “Ratu Boko”-secara harafiah berarti “raja bangau”- adalah ayah dari Loro Jonggrang.
Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang paseban, kolam, pendopo, pringgitan,
keputren dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. Berbeda dengan keraton lain di Jawa yang
dibangun di daerah yang relatf landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan
tinggi.Kedudukan di atas bukit ini mensyaratkan adanya mata air dan adanya system
pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keistimewaan lain dari situs ini
adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura yang sekarang biasa disebut “tempat kremasi”
yang berupa altar ata tempat sesajen.
wiwieksulistyowati.multiply.com/photos/.../40/Ratu_Boko_dawn –
Sumber prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran tahun 746-784 Masehi,
menyebutkan bahwa Keraton Ratu Boko merupakan Abhayagiri Vihara. Abhaya berarti tidak
ada bahaya, Giri berarti bukit/ gunung, vihara berarti asrama/ tempat. Dengan demikian
Abhayagiri Vihara berarti asrama/ tempat para bhiksu agama Budha yang terletak di atas
bukit yang penuh kedamaian atau vihara tempat para Bhiksu mencari kedamaian, tempat
menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Pada periode berikutnya tahun
sekitar tahun 856 Masehi, kompleks Abhayagiri Vihara tersebut difungsikan sebagai Keraton
Walaing oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini.
Struktur tata letak Keraton Ratu Boko
Tata ruang kompleks Keraton Ratu Boko relatif masih lengkap. Istana ini terbagi menjadi
empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur.
* Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam,
batu berumpak, dan Paseban.
* Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan,
miniatur 3 candi, tembok keliling kompleks Keputren, dua kompleks kolam, dan reruntuhan
stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di
dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk.
* Bagian timur terdapat kompleks bangunan meliputi satu buah kolam dan dua buah gua
yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon, Stupa Budha, sedangkan,
* Bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Dari pintu gerbang istana menuju ke bagian tengah Bagian depan, yaitu bagian utama,
terdapat dua buah gapura tinggi, gapura yang terdiri dari dua lapis. Gapura pertama memiliki
3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Pada gapura pertama terdapat tulisan
Panabwara. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai
Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan
namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan agar lebih agung dan
memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Setelah melewati gapura utama ini, terdapat hamparan rumput luas, yaitu alun-alun. Sekitar
45 meter dari gapura kedua, sisi kiri alun-alun terdapat bangungan candi yang berbahan dasar
batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi
Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras.
Sesuai namanya candi ini digunakan untuk upacara pembakaran jenasah. Selain kedua candi
itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih
10 meter dari Candi Pembakaran.
Arah tenggara dari Candi Pembakaran terdapat sumur misteri. Konon, sumur tersebut
bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Airnya hingga kini
masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa
keberuntungan. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum
Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk
memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni awal.
Sehari sebelum Nyepi proses upacara ini dilaksanakan dari Candi Prambanan.
Ke arah Barat, menyusuri Desa Dawung di lereng bukit, terdapat bekas kompleks keraton
yaitu Paseban dan Batur Pendopo. Halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas
tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan
tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga
berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat
langsung.
Ke bagian timur istana, terdapat dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter
dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang
disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang
berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan
tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya,
salah satu Pantheon Budha.
Keraton Ratu Boko: Kombinasi Peninggalan Budha dan Hindu
Hal yang menarik di Keraton Ratu Boko, selain peninggalan Budha juga ditemukan benda-
benda arkeologis peninggalan Hindu seperti lingga, yoni, arca durga, dan ganesha. Meski
didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara
Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya terdapat pada
candi Budha, selain itu terdapat pula tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu,
dengan adanya Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga, dan Ganesha, serta lempengan emas
yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa
Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan
adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Pada masa itu
Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para
pengikut Hindu.

Sejarah candi banyuniba

Candi Banyunibo berada di sekitar komplek reruntuhan Kraton Ratu Boko, tepatnya di
dataran rendah di Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan. Setelah mengunjungi Ratu Boko,
Anda dapat dengan mudah menemukan candi ini. Terletak kurang lebih 2 kilometer sebelah
barat daya dari Ratu Boko. Lokasinya terlihat menyendiri di antara kawasan pertanian dengan
latar belakang bukit Gunung Kidul di arah selatan.
Dibangun sejak abad ke-9, bangunan candi terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke
barat dan enam candi perwara berbentuk stupa yang disusun berderet di selatan dan timur
candi induk. Ukuran masing-masing fondasi stupa hampir sama, yaitu 4,80 x 4,80 meter.
Di sebelah utara candi induk, terdapat tembok batu sepanjang kurang lebih 65 meter yang
membujur arah barat timur. Berdasarkan bentuk atap candi induk dan bentuk candi perwara
yang berupa stupa, maka latar belakang keagamaan Candi Banyunibo adalah Buddha.
Candi induk berukuran 15,325 x 14,25 meter dengan tinggi 14,25 meter. Tubuh candi
berukuran lebih kecil dari kakinya, sehingga di sekeliling tubuh terbentuk lorong yang
disebut selasar. Di sisi barat candi terdapat penampil dengan tangga di tengahnya, berfungsi
sebagai jalan masuk atau pintu menuju bilik candi.
Pada dinding penampil sebelah kanan terdapat relief seorang wanita yang dikerumuni anak-
anak, sedangkan relief di dinding kiri menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk.
Kedua relief tersebut menggambarkan Hariti, dewi kesuburan dalam agama Buddha dan
suaminya, Vaisaravana.
Pada dinding luar tubuh candi terdapat arca Boddhisatva. Pada dinding bilik sisi utara, timur,
dan selatan terdapat relung-relung yang menonjol dan berbingkai dengan hiasan bebentuk
kala-makara untuk menempatkan arca.
D. SISTEM SOSIAL DAN WARISAN SENI BUDAYA
Masyarakat bokoharjo sistem kekerabatannya masih sangat kental, di lingkungan masyarakat
di bokoharjo sering diadakan kerja bakti untuk memebersihkan atau memeperbaiki
lingkungan. Masyarakat bokoharjo juga sering mengadakan ronda malam untuk keamanan
lingkungan bokoharjo.
Kepercayaan di bokoharjo pada dulunya adalah hindu budha namun terjadi akulturasi
kepercayaan dengan kebudayaan islam, sehingga pada saat ini mayoritas penduduk di desa
bokoharjo adalah islam. Budaya masyarakat bokoharjo, percaya dengan adanya mitos-mitos
yang berbau mistis, seperti menentukan hari baik ketika akan melakukan hajatan atau
pernikahan. Kesenian masyarakat bokoharjo, dahulu mengenal adanya kesenian
srandul,ketoprak dan wayang akan tetapi kesenian tersebut sekarang sudah tidak berjalan lagi
karena kurangnya kesadaran masyarakat bokoharjo dalam melestarikan kebudayaan.
Kesenian yang masih diwarisi di bokoharjo saat ini hanyalah pengajian untuk putra dan putri,
sedangkan kesenian yang lain hampir atau bahkan tidak ada, karena tergeser oleh kesenian
modern dengan adanya globalisasi dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan
kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai