Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI MATA PELAJARAN IPS MATERI NEGARA ASEAN DAN NEGARA TETANGGA MELALUI

METODE THINKPAIR-SHARE MI MAARIF NU KARANGASEM KECAMATAN KERTANEGARA KABUPATEN PURBALINNGA TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh : INDAH SUSANTI NIM.102336086

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah BAB II KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi dan belajar. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Dibawah ini merupakan pendapat para ahli dalam memahami kata prestasi yaitu: (Syaiful Bahri Djamarah, 1994:20-21) 1) W.J.S Poerdarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya). 2) Masud Khasan Abu Qodar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. 3) Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan berupa penilaian terhadap proses yang telah dilalui. Dimana didalam pendidikan, prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang didapat serta penguasaan nilainilai yang terdapat dalam kurikulum. Sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai yang di dapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah : (Muhibbin Syah, 2004: 89-70) 1) Hitzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat dipengaruhi oleh tingkah laku organisme tersebut. 2) Chaplin berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 3) Barlow, mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan pengalaman masa

lampau dengan apa yang sedang diamati oleh siswa dalam bentuk angka yang bersangkutan dan hasil evaluasi dari berbagai aspek pendidikan baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. b. Macam-Macam Prestasi Belajar Macam-macam prestasi belajar disini dapat diartikan sebagai tingkatan keberhasilan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan taraf pencapaian prestasi. Menurut Muhibbin Syah (2004:89-70): pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar di bagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya: 1) Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta) Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan penilaian secara teliti), sisntesis (membuat paduan baru dan utuh). 2) Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman),

karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain. 3) Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Misalnya siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. c. Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Makmun dalam Mulyasa (2005:90) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah: 1) Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran. 2) Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan program.

3) Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman. Muhibbin Syah (2004:152-154) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah: 1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, factor ini terdiri dari: a) Faktor fisiologis b) Kondisi fisik, yang mana pada umumnya kondisi fisik mempengaruhi kehidupan seseorang. c) Panca indra 2) Faktor psikologis Keadaan psikologis yang terganggu akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, adapun yang mempengaruhi faktor ini adalah: a) Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. b) Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. c) Bakat, menurut Zakiyah Darajat bakat adalah semacam perasaan dan keduniaan dilengkapi dengan adanya bakat salah satu metode berfikir.

d) Motivasi, menurut Mc Donald motivasi sebagai sebagai sesuatu perubahan tenagadalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. e) Sikap, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dan merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi: a) Faktor lingkungan social Faktor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi social. Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. b) Faktor lingkungan non social Faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan non social seperti gedung, sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan dan waktu belajar yang digunakan siswa. c) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi

pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

operasional yang direkayasa sedemikina rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar antara lain: a. Keadaan Jasmani Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar dengan efektif. b. Keadaan Sosial Emosional. Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat, atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan. c. Keadaan lingkungan Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsangperangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan. d. Memulai pelajaran Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya. e. Membagi pekerjaan

Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu. f. Adakan kontrol Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus. g. Pupuk sikap optimis Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan. h. Menggunakan waktu Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas. i. Cara mempelajari buku Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya. j. Mempertinggi kecepatan membaca

Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyakbanyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi membaca sampai perguruan tinggi. Selain faktor-faktor di atas, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah, waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. 2. Pembelajaran IPS di SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Diah Harianti (2006:7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan penelaahan atau kajian tentang masyarakat. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sofa. 2010: 1.

Pengertian,

Ruang

Lingkup

dan

Tujuan

IPS

Diakses

dari

massofa.wordpress.com/.../pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/) b. Tujuan IPS di SD Menurut Diah Harianti (2006:9) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi seharihari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. Sejalan dengan pendapat di atas, Simangunsong dan Zainal Abidin (1987: 27) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan, masyarakat, dan dengan hubungan antar manusia dengan lingkungan agar ia menjadi warga negara yang baik. Penekanan tujuan di atas adalah pada terbentuknya warga negara yang baik. Berdasarkan pasal 37 UU Sisdiknas dalam Sapriya (2009: 45), mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU Sisdiknas Pasal 37 bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi realita sosial masyarakat. Pada kesempatan lain, Nursid Sumaatmadja (1980: 21) mengemukakan bahwa IPS bertujuan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara. IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya. Trianto (2010: 176) menyampaikan bahwa tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Selain itu agar siswa memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

masalah yang terjadi sehari-hari. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala programprogram pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Berdasarkan beberapa pandangan mengenai tujuan IPS di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat. 3. Think-Pair-Share Sebagai Aplikasi Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2011: 54). Dalam pembelajaran kooperatif, guru sebagai pengarah pembelajaran, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif yaitu akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Agus Suprijono, 2011: 58). Menurut Agus Suprijono (2011: 66) mengatakan bahwa lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus : 1) Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi

2) Miningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi 3) Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompokkelompok kecil 4) Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog inter-aktif 5) Menciptakan iklim sosio emosional yang positif 6) Memfasilitasi terjadinya learning to live together 7) Menumbuhkan produktifitas dalam kelompok 8) Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok 9) Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individualnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan sebagai pengarah pembelajaran. Guru bertugas menyediakan bahan-bahan dan mencari informasi pembelajaran. b. Metode Pembelajaran Think-Pair-Share 1) Pengertian Metode Think-Pair-Share Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat

dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan

(Think-Pair-square) sebagai stuktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. (Anita Lie, 2004: 57). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Think-PairShare adalah metode dimana siswa dalam proses belajar diberi kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. 2) Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Think-Pair- Share Robert Salvin (2010: 257) menguraikan langkah-langkah metode ThinkPair-Share yaitu ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan

pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Metode Think-Pair-Share, seperti namanya Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya Pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan Sharing. Dalam kegiatan ini

diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian pengerahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya (Agus Suprijono, 2011: 91). Sedangkan Anita Lie (2004: 58) menguraikan langkah-langkah

penggunaan metode Think-Pair-Share sebagai berikut: a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka langkah-langkah

pembelajaran IPS yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut a) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban dan mencari informasi melalui proses berpikir (Thinking). b) Guru meminta siswa untuk berpasangan (pairing) mendiskusikan hasil pemikirannya pada tahap thinking. c) Guru meminta siswa secara berpasangan untuk berbagi pada seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan (Sharing).

3) Kelebihan Metode Think-Pair-Share Anata Lie (2004: 57) mengatakan bahwa teknik Berpikir-BerpasanganBerempat ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenal dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. B. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran IPS pada materi Asean dan Negara-negara tetangga yang dilakukan secara konvensional yaitu ceramah mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya yang digunakan adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah di atas adalah metode Think Pair Share. Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan metode Think Pair Share. Dalam metode Think Pair Share siswa diharapkan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Dengan demikian, guru perlu menerapkan metode Think Pair Share dalam pembelajaran IPS. Melalui penerapan metode Think Pair Share diharapkan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Guru IPS

Proses Pembelajaran IPS Dengan Metode Think Pair Share

Prestasi Belajar Siswa Meningkat Gb.1. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu dengan penerapan metode Think-Pair-Share dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi negara asean dan negara tetangga di kelas VI Mi Maarif Nu Karangasem Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalinnga Tahun Ajaran 2012/2013.

Anda mungkin juga menyukai