TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika dari tumbuhan bunga pacar air merah (anonim, 2005) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Klass : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
2.1.2 Sinonim
Nama daerah dari bunga pacar air merah : lahine (Nias), pacar banyu
(Jawa), pacar cai (Sunda), paru inai (Sumbar), pacar toya (Belitung) (Hariana, Arief,
2007).
Pacar air berasal dari india. Di Indonesia ditanam sebagai tanaman hias,
kadang-kadang ditemukan tumbuh liar. Terna berbatang basah dan tegak ini
Helaian daun bentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,
pertulangan menyirip, dan warnanya hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun tanpa
daun penumpu, Bunga bewarna cerah, ada beberapa macam warna. Seperti merah,
merah jingga, ungu, putih, dll. Ada yang “engkel” dan ada yang “dobel”. Buahnya
buah kendaga, bila masak akan membuka menjadi 5 bagian yang terpilin.
melunakkan masa/benjolan yang keras. Efek farmakologis akar pacar air diantaranya
peluruh haid (emenagog), anti inflamasi (anti radang), rematik, kaku leher, kaku
pinggang, sakit pinggang (lumago), dan lain-lain. Efek farmakologis bunga pacar air
terpukul (hematoma), bisul (furunculus), rematik sendi, gigitan ular tidak berbisa, dan
radang kulit (dermatitis). Efek farmakologi daun pacar air di antaranya mengobati
(cronic appendicitis), anti radang, tulang patah atau retak (fraktur), radang kulit, dan
radang kuku. Sementara biji pacar air memiliki efek farmakologismeluruhkan haid
2.2.1 Flavonoida
karbon, terdiri dari dua cincin benzena tersubstitusi yang dihubungkan oleh satu
rantai alifatik yang mengandung tiga atom karbon. Kerangka dasar dari struktur
Sastrohamidjojo, 1996).
floroglusinol atau resorcinol sementara cincin B biasanya katekol atau fenol. Gugus-
melalui jalur poliketida. Sedangkan cincin B dan tiga atom karbon cincin tengah
menunjukkan flavonoida yang berasal dari jalur sikimat (Manitto, 1981 dan
Salisbury, 1992).
dibanding dengan bentuk glikosida, karena stukturnya yang rumit dan kompleks.
semua pigmen tumbuhan berwama kuning. Dari segi struktumya, flavon berbeda
dengan flavonol, dimana pada flavonol terdapat gugus keton dan alkohol yakni
gugus keton pada posisi 4 dan hidroksi pada posisi 3 sehingga berpengaruh
Sedangkan flavon hanya memiliki gugus keton yakni pada posisi 4 dan umumnya
terdapat sebagai glikosida pada posisi 7-glikosida. Gula yang terikat biasanya
glukosa, galaktosa, dan ramnosa. Aglikon flavonol yang umum dijumpai yaitu
kanker dan antiinflamasi (Harborne, 1987 ; Hemani dan Rahardjo, 2005 ; Miller,
OH
flavon flavonol
2. Isoflavon
Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya sangat sedikit, dan
sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun, tetapi
(Pawiroharsono, 2004)
dengan golongan flavonoida yang lain. Pada struktur flavanon dan flavanonol tidak
dijumpai adanya ikatan rangkap pada posisi 2 dan 3. Perbedaannya terletak pada
flavanon (dihidroflavon) yang umum seperti hesperidin dan naringin yang terdapat
dideteksi dengan pereduksi magnesium dalam asam klorida yang memberikan warna
merah atau lembayung. Flavanonol merupakan flavonoida yang kurang dikenal dan
senyawanya yang diasetilasi dikenal karena rasanya yang sangat manis (Bruneton,
OH
o o
flavanon flavanonol
4. Antosianin
Antosianin adalah pigmen berwaraa merah, ungu, dan biru yang terdapat
pada seluruh tumbuhan kecuali fungus. Sebagian besar antosianin dalam bentuk
glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa,
ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada
posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian
dalam larutan asam, tetapi menjadi ungu dan biru dengan meningkatnya PH yang
1992).
Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan
Bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasinya serupa dengan
pola pada flavonoida lain begitu pula bentuk yang dijumpai adalah bentuk
glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah rosa.
mempunyai inti pusat heterosiklik tetapi ditandai oleh adanya 3 rantai karbon
dengan gugus keton dan a,p tidak jenuh (Bruneton, 1995; Robinson, 1995).
2.2.2 Glikosida
menghasilkan satu atau lebih gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula
yang disebut aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah
encer dan secara kimia maupun fisiologi, glikosida alam cenderung dibedakan
1 . O-glikosida, jika ikatan antara glikon dan aglikon dihubungkan oleh atom
O, contohnya: salisin
Salisin
2. S-glikosida, jika ikatan antara glikon dengan aglikon dihubungkan oleh atom
S. contohnya: sinigrin.
3. N-glikosida, jika ikatan antara glikon dengan aglikon dihubungkan oleh atom
N, contohnya: krotonosida
C, contohnya: barbaloin.
enzim, air, dan panas. Semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin
panas lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis.
Gula yang sering berikatan pada glikosida adalah P-D-glukosa. Tetapi ada juga
Glikosida berbentuk kristal atau amorf yang umumnya larut dalam air atau etanol
encer (kecuali pada glikosida resir). Oleh karena itu, umumnya sediaan farmasi
dengan kadar etanol yang rendah. Secara umum, kegunaan glikosida dalam dunia
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
aktif ysng dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
A. Cara dingin
1. Maserasi
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan terpekat didesak
keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
Maserasi adalah proses penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air,
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi terdiri dari
B. Cara panas
1. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
2. Sokletasi
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan dan jumlah
3. Digesti
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-500 C.
4. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
komponen-komponen senyawa di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase gerak membawa zat terlarut melalui media sehingga terpisah dari zat terlarut
lainnya yang terelusi lebik awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa
melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang
disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai penjerap, seperti alumina dan silika
gel, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase
diam dan fase gerak. Dalam proses ini suatu lapisan cairan pada penyangga yang inert
adsorben bertindak sebagai fase diam. Empat macam adsorben yang umum dipakai
ialah silika gel, alumina, kieselguhr, dan selulosa. Zat-zat penyerap ini dibuburkan
dengan air lalu dibuat lapisan tipis yang merata pada lempeng kaca. Plat yang telah
selama 30 menit. Campuran senyawa yang akan dipisahkan terlebih dahulu dilarutkan
dalam pelarut yang mudah menguap lalu ditotolkan pada plat menggunakan pipet
sebagai fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fase
prinsip like disolves like berati untuk memisahkan campuran yang bersifat non polar
digunakan sistem pelarut yang non polar dan sebaliknya. Fase gerak yang dipakai
umumnya berupa campuran beberapa pelarut. Proses pengembangan akan lebih baik
bila bejana pengembang telah jenuh dengan uap fase gerak (Adnan, 1997; Gritter,
dkk., 1991).
Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat
bercak dengan harga Rf berada antara 0,00-1,00. harga Rf ini sangat berguna untuk
(Sastrohamidjojo, 1991) :
2. Sifat penyerap
6. Teknik percobaan
8. Suhu
Kromatografi kertas merupakan partisi dimana fase geraknya adalah air yang
disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas. Kertas yang digunakan adalah
kertas Whatman No. 1 dan kertas yang lebih tebal Whatman No. 3 biasanya untuk
pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar karena dapat menampung lebih
Fase gerak yang digunakan biasanya campuran dari satu komponen organik
yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau pereaksi-
dengan cara:
1. Menurun (desendens)
batang kaca lain menahan ujung atas kertas yang tercelup dalam fase gerak. Setelah
bejana ditutup, fase gerak dibiarkan merambatturun pada kertas (Depkes, 1979).
penutup bejana kromatografi. Pelarut diletakkan pada bagian bawah dari bejana lalu
ujung bawah kertas dicelupkan ke dalam fase gerak sehingga fase gerak merambat
3. Mendatar
Kertas yang digunakan berbentuk bulat dan ditengahnya diberi lubang tempat
untuk meletakkan sumbu yang terbuat dari gulungan kertas atau benang. Fase gerak
ditotolkan.
dipelajari dengan metode kromatografi karena sifatnya yang menghasilkan warna dan
flavonoida dapat menghasilkan warna alami dari berbagai komponen senyawa bila
dilihat dibawah sinar ultraviolet yang mudah diamati pada kertas. Kedua tekniknya
mudah dipelajari, memberikan hasil yang cepat dan memerlukan peralatan yang tidak
mahal. Selain itu, metode kromatografi kertas merupakan cara terbaik untuk
(Geissman, 1962).
dengan cara mengukur radiasi elektromagnetik suatu larutan pada panjang gelombang
orbital molekul paling luar daari tingkat energi yang lebih rendah (orbital ikatan π *).
gugus-gugus yang khas dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks
yang mempunyai elektron pada orbital molekul σ, yaitu molekul organik jenuh yang
tidak mempunyai atom dengan pasangan elektron sunyi. Senyawa yang mempunyai
200 nm.
1. Khromofor adalah gugus fungsi berupa ikatan tak jenuh yang menyerap radiasi
didaerah ultraviolet dan daerah tampak. Contoh : C=C, C≡C, dan C=O.
2. Auksokrom adalah gugus fungsi dengan ikatan jenuh dan mengandung elektron
tidak berpasangan yang tidak menyerap radiasi pada panjang gelombang yang
lebih besar dari 200 nm tetapi apabila terikat pada gugus khromofor maka akan
pnjang gelombang yang lebih panjang akibat adanya substitusi gugus khromofor
gelombang yang lebih pendek akibat adanya substitusi gugus khromofor atau
pengaruh pelarut.
hidroksil fenol bebas pada inti flavonoida dapat ditentukan dengan penambahan
pereaksi geser kedalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan
khas terdiri atas dua maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) 300-350 (pita I)
(Markham, 1988)
hampir semua gugus hidroksil yang terdapat pada inti flavonoida. Spektrum ini
akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Pereaksi pengganti natrium metoksida
Natrium asetat adalah basa yang lebih lemah dan hanya menyebabkan
pengionan yang berarti pada gugus hidroksil flavonoida yang lebih asam. Natrium
1988).
bertetangga dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan gugus orto-
dihidroksil, pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut. Jadi