Dalam perkembangan ekonominya, Indonesia sudah mengalami dua kali
pergantian system penganggaran. Sistem pertama yang pertama kali berlangsung di Indonesia adalah system penganggaran tradisional atau yang biasa disebut sebagai traditional budgeting. System ini merupakan system penganggaran turunan dari pihak colonial kepada Indonesia. Dalam perkembangannya, system penganggaran seperti ini mengalami banyak kelemahan. Seperti yang bisa disebutkan adalah budget maximizer, yakni penggunaan anggaran semaksimal mungkin tanpa memikirkan output yang dihasilkan. Hal ini terjadi akibat system penganggaran tradisional yang terfokus pada lebih kepada input, daripada outputnya. Keadaan ini diperburuk dengan terjadinya kasus KKN akibat lemahnya pengawasan terhadap anggaran. Hutang Negara yang dianggap pemasukan juga memperparah kondisi perekonomian Negara. Banyaknya kekurangan tadi, menimbulkan keinginan perubahan system penganggaran, dari metode tradisioanal menjadi anggaran berbasis kinerja. Perubahan ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap bentuk Laporan Keuangan Pemerintah. Terjadinya pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah, penggabungan anggran rutin dengan anggaran pembanguan, serta berlakunya penganggaran berbasis kinerja, membuat Laporan Keuangan memiliki format yang baru.