Angin sore berhembus beriringan Menjatuhkan daun kering tak berdosa
Lihat, sang mentari terluka
Dan dunia sekejap menjadi gelap Sama seperti kita, kawan Biarlah, lebih baik mentari tidur selamanya Biarkan langit berhiaskan malam
Kemarin ketika hujan
Kau bercerita tentang masa depan, impian, harapan, dan kita Lalu kau berdoa kepada Tuhan Untuk tidak memisahkan kita
Lihat itu, sekarang aku menangis
Tak ada lagi yang menemaniku menyambut mentari Menemaniku bernyanyi, bercerita Mungkin karena deru hujan di siang hari Membuat nada-nada indah menjadi percuma Menyembunyikan semua yang bisa terdengar, terlihat, terucap Mengapa Tuhan tidak mengabulkan doamu ?
Di dasar hati aku bertanya
Mengapa tak ada lagi kehangatan mentari Matahari sudah begitu terluka Inikah sebabnya pagi menjadi kelam ? Dan kau pergi begitu saja Ketempat para dewa Untuk meminta pertangungjaban atas doamu kepada Tuhan Bolehkah aku mempercayai ini, kawan
Mungkin pena kita sudah kehabisan tinta, kawan
Tak banyak cerita yang bisa kita tulis Tapi setidaknya kenangan itu masih tertinggal Kan ku jaga sampai hari ku tua nanti Dan akan aku perlihatkan pada kau kenangan-kenangan indah itu Kelak suatu saat nanti Di sana. Di tempatmu bertemu dengan Tuhan.