Anda di halaman 1dari 23

LEMBAGA KEUANGAN

& PEMBIAYAAN

Lembaga keuangan adalah badan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan sebagai pengantara
yang menghubungkan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

Dengan demikian, lembaga keuangan berperan sebagai pengantara keuangan masyarakat (financial
intermediary).

Lembaga keuangan dibedakan menjadi dua jenis yaitu: - lembaga keuangan bukan bank dan
- lembaga keuangan bank.

Lembaga keuangan bukan bank dalam arti luas adalah suatu badan yang melakukan kegiatan di
bidang keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai pengantara dalam
usaha mendapatkan sumber pembiayaan, dan usaha penyertaan modal, semuanya itu dilakukan
secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana terutama dengan jalan
mengeluarkan surat berharga.

Jadi dengan demikian, dalam praktek ada dua lembaga yang termasuk kepada lembaga keuangan
bukan bank, yaitu:

 Lembaga keuangan bukan bank dalam arti sempit, yaitu lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam bidang-bidang tertentu berupa perlindungan kekayaan dan keselamatan
jiwa/raga, pinjaman kepada masyarakat dengan gadai, pembiayaan dalam bentuk pemberian
tunjangan.

 Lembaga pembiayaan, yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat (Pasal 1 ayat 1 Keppres No.61 tahun 1988)

Dana yang dihimpun oleh lembaga pembiayaan biasanya dikelola oleh perusahaan pembiayaan.

Perusahaan pembiayaan itu sendiri adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam lembaga pembiayaan.

Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

Keppres No.61 tahun 1988


Tentang Lembaga Pembiayaan
 Jenis- jenis Lembaga Pembiayaan

Usaha Kartu Kredit Sewa Guna Usaha (Leasing) Pembiayaan Konsumen

LEMBAGA
PEMBIAYAAN

Perdagangan Surat Modal Anjak Piutang


Berharga Ventura

Lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi bidang usaha berikut ini:

a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara finance lease maupun
operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu.

b. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah Badan usaha yang melakukan
usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha
yang menerima bantuan pembiayaan (invested Company) untuk jangka waktu tertentu.

c. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah Badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk perdagangan surat berharga.

d. Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit

e. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri

f. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance Company) adalah Badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan sistem pembayaran berkala.
LEASING
Dasar Hukum

Keputusan Menteri Keuangan RI


No 48/KMK/01/1991 tanggal 19 januari 1991
Tentang Sewa Guna Usaha (leasing).
Pengertian:
Leasing (Sewa Guna Usaha ) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan lesse selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala (Kepmenkeu No 48/1991 diatas).

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dengan jangka waktu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran berkala yang disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut, untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama (Pasal 1 1 SKB Menkeu,Menperin, Menperdag RI Tanggal 7 Februari
1974)
Jenis-jenis Usaha Leasing
Finance Lease
Dalam jenis leasing seperti ini lessee sendiri yang menentukan jenis dan spesifikasi dari barang
yang dibutuhkan , melakukan negosiasi dengan suplier, lessor hanya membayar harga barang .
Operating Lease
Dalam jenis leasing seperti ini, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada
lessee untuk jangka waktu tertentu.

Beberapa istilah dalam Leasing


Barang Modal adalah setiap aktiva tetap berwujud termasuk tanah dimana aktiva dimaksud melekat
di atasnya (plant) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan atau untuk meningkatkan atau memperlancar produksi barang atau
jasa oleh lessee
Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah memperoleh
ijin usaha dari menteri keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha
Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan
lessor

Keuntungan Kelemahan
 Fleksibel  Bunga yang tinggi
 Ongkos relatif murah  Kurang perlindungan hukum
 Penghematan pajak  Proses eksekusi leasing sulit
 Pengaturannya tida rumit
 Kriteria lessee longgar
 Pemutusan kontrak oleh lessee
 Pembukuan yang mudah

Perbedaan antara Leasing, sewa beli


dan jual beli angsuran

Leasing Sewa Beli Jual Beli Angsuran


 Sewa Barang Modal  Pembayaran berdasarkan  Pembayaran dilakukan
 Hak Opsi kesepakatan beberapa kali
 Hak milik ada pada  Hakmilik beralih bila  hak milik beralih pada
lessor jumlah pembayaran lunas saat angsuran (I)
HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HAKI)

Hak atas Kekayaan Inteletual (HAKI) ataupun biasa dikenal pula sebagai Hak Milik
Intelektual lahir pada akhir abad 19 yaitu ketika adanya Konvensi Internasional tentang hal tersebut
pada pada tahun 1883 dan 1886 di Bern (Swiss). Keberadaan HAKI Intellectual Property Rights
(IPR) sekarang ini tidak lepas dari pembentukan organisasi perdagangan dunia (WTO).
Hal tersebut menjadi issue internasional setelah USA sebagai salah satu pelopor, ingin
mengaitkan perdagangan dengan masalah HAKI, padahal sebenarnya organisasi yang menangani
masalah HAKI sudah ada yaitu WIPO (World Intellectual Property). Namun negara-negara maju
menganggap keberadaan WIPO kurang kuat dalam melindungi HAKI.

Pengertian HAKI
Dalam Kepustakaan selain istilah Intellectual Property Rights muncul juga istilah:

Industrial Property
Intangible Property
Creative Property
Incoporeal Property

W.R Cornish, salah seorang penulis dalam IPR, memberi rumusan seperti berikut: “IPR Protect
applicants of ideas and informations that are of commercial value”

Hak Milik Industrial ialah suatu hak yang berasal dari suatu kegiatan berfikir manusia yang muncul
dari karya, karsa dan cipta manusia sebagai hak atas kekayaan yang diekspresikan dalam berbagai
bentuk, baik bidang teknologi, Ilmu pengetahuan, seni sastra yang berguna dan bermanfaat dalam
menunjang kehidupan manusia serta nilai komersiil/nilai ekonomi.

Jadi, hakekat haki adalah adanya suatu ciptaan (creation). ciptaan ini mungkin dalam bidang
kesenian (art) atau dalam bidang industri ataupun dalam ilmu pengetahuan atau kombinasi antara
ketiganya.

Haki pada dasarnya adalah hak eklusif, artinya pemilik/pemegang mempunyai hak monopoli dimana
hak tersebut dapat berupa:
Hak Ekonomi, yakni hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya,
dan atau memberi ijin kepada orang lain.
Hak Moral, yakni hak yang berkenaan dengan mengadakan larangan bagi orang lain untuk
mengadakan perubahan judulnya, larangan pengubahan nama penciptanya, dan hak bagi pencipta
untuk mengadakan perubahan karya ciptanya.
Cara – cara Pengalihan HAKI

Pewarisan Wasiat Hibah Perjanjian


Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh UU
Pengalihan dengan
cara Perjanjian
Lisensi
Joint Venture
Kontrak Penelitian

Pemalsuan

Pelanggaran-pelanggaran HAKI
Pembajakan

Persaingan tidak jujur

Pembocoran informasi dan penyadapan

Cara Penanganan Pelanggaran-pelanggaran dalam HAKI

A. Secara Perdata
Pasal 1365 KUH Perdata
(Onrechtmatigedaad) Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
B. Secara Pidana
 Dilihat ltr belakang tujuan pengaturan
 Dilihat motivasi pelanggarannya
 Misal: Pasal 386 KUHP (Pemalsuan)
C. Secara Adm. Negara
 Pabean
 Ketentuan Standar industri
 Pengurus standar periklanan
Hak Cipta (Copy Right)

Dasar Hukum

UU No 6/1982 jo UU No 7 tahun 1987 jo


UU No 12/1997 jo UU No 19/2002
Tentang Hak Cipta

Pengertian
Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan per-uu-an yang berlaku (Pasal 1 butir 1)

Istilah-istilah dalam UUHC


a. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan
atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi (Pasal 1 butir 2)
b. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni atau sastra (Pasal 1 butir 3)
c. Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut (Pasal 1
butir 4)

d. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran


suatu Ciptaan, dengan menggunakan alat apapun termasuk media internet, atau melakukan
dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain
(Pasal 1 Butir 5)
e. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun
sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak
sama termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (Pasal 1 butir e)

Ruang lingkup Hak Cipta

Ciptaan yang dilindungi dalam hak cipta adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra yang mencakup:
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain.
b. Ceramah, kuliah, pidato, ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,
seni patung, kolose, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Pendaftaran Hak Cipta

Apakah Hak Cipta Harus didaftarkan?


Pendaftaran hak cipta tidak diharuskan, karena tanpa didaftarkan pun hak cipta dilindungi. Hanya
ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sulit pembuktiannya, bila dibandingkan dengan yang
didaftarkan.

Pendaftaran hak cipta dilakukan secara pasif, artinya semua permohonan pendaftaran diterima dengan
tidak terlalu mengadakan penelitian mengenai hak pemohon, kecuali jika secara jelas ternyata ada
pelanggaran hak cipta. Sistem pendaftaran ini dikenal dengan pendaftaran “negatif deklaratif”.

Penjabaran lebih lanjut pendaftaran hak cipta diatur dalam

“Peraturan Menteri Kehakiman RI


No M.01.HC.03.01. Tahun 1987” Tentang pendaftaran Hak Cipta tanggal 26 Oktober 1987”.

Yang antara lain disebutkan dalam Pasal 1:


(1) Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui Direktur Paten dan
Hak Cipta dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas berfolio
bergnda.
(2) Surat permohonan tersebut berisi:
(a) Nama, Kewarganegaraan dan alamat pencipta
(b) Nama, Kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta
(c) Nama, Kewarganegaraan dan alamat kuasa
(d) Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, dan karya
rekaman suara atau bunyi.
(e) dst.

Apabila semua persyaratan telah dipenuhi maka ciptaan dicatat dalam daftar umum ciptaan dan diberi
nomor pendaftaran ciptaan

UU Hak Cipta melindungi pencipta (lihat Pasal 5-9)


1. Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah :
a. orang yang terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau
b. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau di umumkan sebagai pencipta pada suatu
ciptaan
2. Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada
pemberitahuan siapa Penciptanya, orang yang berceramah dianggap sebagai Pencipta ceramah
tersebut

Jangka Waktu Hak Cipta

Berapa lama hak cipta dilindungi oleh UU. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 50 UUHC sebagai berikut:

(1) Jangka waktu perlindungan bagi:


a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut pertama kali
dipertujukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau medio audio visual;
b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai
direkam
c. Lembaga penyiaran, berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali
disiarkan.
(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimulai
sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah:
a. Karya pertunjukan selesai dipertunjukan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media
audiovisual;
b. Karya rekaman suara selesai direkam
c. Karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.
Ketentuan Pidana Dalam Pasal 72 UUHC
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda Rp. 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah);
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta rupiah);
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
kamersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (Seratus lima puluh juta
rupiah);
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
150.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah);
(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
150.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah);
(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (Seratus
lima puluh juta rupiah);
(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (Seratus
lima puluh juta rupiah);
(9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasl 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,- (Satu miliar lima ratus juta
rupiah);

MEREK (TRADEMARKS)

Dasar Hukum

(1) UU No 19 tahun 1992 jo UU No 14 tahun 1997 jo UU No 15 Tahun 2001 tentang Merk


(2) PP No 23 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek
(3) PP No 24 Tahun 1993 Tentang Kelas Barang Atau Jasa Bagi Pendaftaran Merk
(4) Keputusan Menteri Kehakiman No M.02.hc.01. 10 Thn 1993 Tentang Penetapan biaya
merek

Pengertian Merek

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata-kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa (Pasal 1 butir 1)

Hak atas merk adalah hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu denggan menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberi izin lain untuk menggunakannya (Pasal 3)
Menurut Sudargo Gautama “ Menurut perumusan dari Paris Convention, maka suatu trade mark atau
merek pada umumnya didefinisikan sebagai suatu tanda yang berperanan untuk membedakan barang-
barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari perusahaan lain”

Menurut Suryodiningrat: “Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada
bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakannya dari sejenis hasil
perusahaan lain, tanda inilah yang disebut merek perusahaan”

Fungsi Merek
1. Sebagai tanda pengenal suatu barang dan jasa
2. Gambaran jaminan kepribadian, reputasi barang dan jasa
3. Memberi jaminan kualitas barang dan jasa
4. Sarana promosi barang dan jasa

Pendaftaran Merek

Apakah untuk mendapatkan hak atas merek harus didaftarkan ?


Jika diperhatikan UU Merek menganut “Stelsel Konstutif artinya hak atas merek dilindungi apabila
didaftarkan di kantor merek

Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 4 UUM yang mengemukakan:


Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan pemohon yang beritikad tidak baik

Selanjutnya dalam Pasal 5 UUM disebutkan Merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur dibawah ini:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.

Permintaan pendaftaran merek ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek orang lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang
sudah dikenal.

Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol
atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh
negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
(lihat Pasal 6)

Kriteria Merek terkenal diuraikan dalam Surat Keputusan Menkeh No.M102-HC.01.01 Tahun1987
Tentang penolakan permohonan merek yang mempunyai persamaan dengan merek terkenal milik
orang lain.
Pasal 1 Merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan dipakai di wilayah
Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis brang tertentu.
Pasal 2 Permohonan pendaftaran merek, yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada
keseluruhannya dengan merek terkenal milik orang lain, ditolak didaftar untuk daftar barang sejenis.

Jenis-jenis merek
1. Merek dagang (Pasal 1 butir 2)
2. Merek jasa (Pasal 1 butir 3)
3. Merek Kolektif (Pasal 1 butir 4)

Jangka waktu Merek

Perlindungan merek terdaftar 10 tahun dan dapat diperpanjang dalam waktu yang sama. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 28 UUM sebagai berikut: Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu dapat
diperpanjang.

Gugatan
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan dalam hal mereknya digunakan tanpa izin

Ketentuan pidana
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya
dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau
diperdagangkan, dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp
1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah)

PATEN (PATENTS)

Dasar hukum

1. UU No 6 tahun 1989 jo UU No 13 tahun 1997 jo UU No 14 tahun 2001 Tentang Paten


2. PP No 34 tahun 1991 Tentang Tata Cara Permintaan Paten
3. Keputusan Menteri Kehakiman RI No M.01.HC.02.10 Tahun 1991 Tanggal 31 Juli Tentang Paten
Sederhana
4. PP No 33/1991 Tentang Pendaftaran khusus Konsultan Paten.

Pengertian
Patent is a grant of right to exclude others from the making, using, or selling of an invention during a
specific time, its constitute a legitimate monopoly (Steven H Gifis).

Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada Inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakannya sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal 1:1)

Istilah-istilah dalam Paten


Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan proses atau proses (Pasal 1 :2)

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi (Pasal 1:3)

“Pemegang paten adalah Inventor sebagai pemilik paten atau pihak lain yang menerima hak tersebut
dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam
daftar umum paten (Pasal 1:6)

Ruang Lingkup Paten

Paten diberikan untuk Invensi yang baru, dan mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan
dalam industri (Pasal 2 ayat 1)

Suatu Invensi mengandung langkah inventif, jika Invensi tersebut bagi seorang yang mempunyai
keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya
(Pasal 2 ayat 2)

Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan
dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan diajukan atau yang telah ada saat
diajukan permohonan pertama dalam hal permohonan itu diajukan dengan hak prioritas (Pasal 2 ayat
3)

Paten sebagai hak khusus (Ekslusive Right), namun dalam hal tertentu dapat dikecualikan yakni untuk
pertahanan negara namun harus memenuhi syarat, yakni ada kompensasi royalti bagi pemegang paten
Paten diberikan untuk penemuan baru dan dapat diterapkan dalam bidang industri

Prinsip-prinsip Pokok UU Paten


1. Paten diberikan negara atas dasar permohonan (Pasal 1 ayat 1, 20)
2. Paten diberikan untuk satu Invensi atau beberapa invensi yang merupakan atu kesatuan invensi
(Pasal 21)
3. Paten harus baru, mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri (Pasal 2-5)
4. Pada prinsipnya semua penemuan di bidang teknologi dapat dimintakan paten
5. Jangka waktu paten 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran dan jangka waktu
itu tidak dapat diperpanjang (Pasal 8)
6.
Prinsip Hak Paten

Hak Kebendaan Hak Dialihkan Hak Milik (Pengalihan hak


paten lewat perjanjian yaitu
lisensi (Licence Agreement)

Bentuk-bentuk Lisensi
A. Eksklusif
yaitu pemegang hak paten setuju untuk memberikan lisensinya kepada orang lain selain
pemegang lisensi
B. Non Ekslusif
Dapat dilisensikan kepada pihak lain

Ada yang disebut lisensi wajib, yaitu untuk melaksanakan suatu paten yang diberikan oleh Pengadilan
Negeri setelah mendengar pemegang paten (Pasal 8 UU No 6/1989)
Tujuannya adalah agar paten yang ada tidak disempan saja melainkan dapat disebarkan ke
masyarakat luas

Teori Perlindungan Paten (Patens)

a. Teori Perjanjian (The Bargain or Contract Theory).


Menurut teori ini untuk mendorong para penemu berkarya perlu diberi perlindungan terhadap
hasil karyanya, oleh karena itu perlu penghargaan perlindungan tersebut oleh negara diberikan
dalam jangka waktu tertentu. Kelemahan teori ini mengabaikan hak mutlak seseorang terhadap
penemuan sebagai harta kekayaan (milik pribadi), sebab bila lewat waktu berartihasil penemuan
menjadi milik umum.

b. Teori Hak Asasi (The Natural Rights Theory)


Menurut teori ini penemuan adalah hasul kerja keras seseorang oleh karena itu hasil temuannya
menjadi hak miliknya.

Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan paten, yaitu membuat, menjual atau
menyewakan kepada orang lain. Melihat hasil temuan merupakan sumber penghasilan acapkali
penemu tidak mau mengungkap penemuannya dan karena itu tidak ada kewajiban untuk
mengungkapkan (disclosure) penemuan yang dihasilkannya.
Untuk mengetahui adanya temuan tersebut negara memberi hak khusus kepada penciptanya dengan
memberi perlindungan hukum selama jangka waktu tertentu

Syarat diberi paten

1. Aspek pembaharuan
2. Langkah inventif yang terkandung dalam penemuan itu
3. Dapat diterapkan dalam industri
4. Penemuan termaksud kelompok yang bisa diberi paten
5. Tidak melanggar UU

Cara mendapatkan paten


Menurut pasal 20 “Paten diberikan atas dasar permohonan” selanjutnya dalam penjelasan umum UU
Paten disebutkan “ Sebagai hak, paten diberikan oleh negara apabila diminta oleh Inventor, baik orang
atau badan hukum yang berhak atas Invensi tersebut”.

Jenis-jenis Paten
Paten Biasa
Penemuannya melalui penelitian yang rumit, bila dilanggar (ada orang yang meniru, dsb/ pelanggaran
terhadap paten biasa) maka hukumannya penjara paling lama 4 (empat) tahun, denda 500 juta

Paten Sederhana
Paten sederhana diberikan kepada “penemuan sederhana” Penemuan sederhana adalah penemuan
yang tidak memiliki kualitas sebagai penemuan baru (tidak rumit), pemeriksaan langkah inventifnya
kurang intensif. bila dilanggar (ada orang yang meniru, dsb/pelanggaran terhadap paten biasa maka
hukuman penjara paling lama 2 tahun, denda 250 juta

PERSAINGAN BISNIS, PERBUATAN MELAWAN HUKUM & PERSAINGAN CURANG

Pengertian :
Persaingan bisnis adalah persaingan usaha para pelaku usaha untuk memperluas jaringan,
pemasaran dan memperbesar keuntungan bagi usaha dan perusahaannya baik dalam bentuk yang
positif maupun yang negatif.

Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad) adalah perbuatan melanggar hukum yang


membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu mengganti rugi yang ditimbulkan tersebut (Pasal 1365 KUHP)

Persaingan usaha tidak sehat/curang adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (UULPM Pasal 1 butir 6)

Dasar Hukum

1UUD 1945
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 27:2)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 33)
1KUH Perdata (1365)
1KUH Pidana (Pasal 382)
1UU No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Tujuan Pembentukan UU No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat,
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar,
pelaku usaha menengah, pelaku usaha kecil
 Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha; dan
 terciptanya efektifnya dan efisiensi dalam kegiatan dunia usaha.
Beberapa peristilahan dalam UULPM

 Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha (Pasal 1 butir 1)
 Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha, yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa oleh pelaku
usaha tertentu sehingga menimbulkan anti persaingan dan merugikan kepentingan umum. (Pasal
1 butir 2)
 Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata dari pasar oleh satu atau lebih
pelaku usaha, sehingga dapat menentukan penguasaan barang atau jasa dan penetapan harga
dalam wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 butir 3)
 Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di
pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu (Pasal 1 butir 5)
Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha
yang satu dengan pelaku usaha lainnya dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol (Pasal 1 butir 8)
Perjanjian Yang Dilarang Dalam UULPM

Penguasaan Produk Secara Bersama


 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-
sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

 Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana diatas

 Jika 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu.

Penetapan Harga
 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga atas mutu suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
dalam pasar yang bersangkutan yang sama.
 Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan atau
yang didasarkan undang-undang yang berlaku.

Selain itu pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan:


 pembeli yang satu membayar harga yang berbeda dengan harga yang harus dibayar pembeli lain
untuk barang atau jasa yang sama
 penetapan harga di bawah pasar, yang mengakibat persaingan usaha tidak sehat
 Persyaratan bahwa penerima barang/jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan
atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah dari harga yang telah diperjanjikan
 Menbagi wilayah pemasaran atau lokasi pasar terhadap barang/jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

Menghalangi pelaku usaha lain dalam hal:


 melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam maupun pasar luar negeri.
 menolak menjual setiap barang/jasa dari pelaku usaha lain yang merugikan pelaku usaha lain dan
membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atu membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar
yang bersangkutan.

Merger yang merugikan pihak lain


yaitu dengan cara membentuk gabungan atau perseroan yang lebih besar dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang
bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Hal-hal tersebut di atas dilarang karena berbagai alasan antara lain:


a) monopoli mengakibatkan produsen dapat mengendalikan secara penuh harga dan jumlah
produksi;
b) masyarakat tidak dapat menentukan pilihan terhadap barang produksi atau jasa yang
diinginkan;
c) oligopoli dikhawatir mengarah kepada pasar monopolistik

KEGIATAN YANG DILARANG DALAM UULPM


Penguasaan atas produksi
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
apabila
(a) barang/jasa yang bersangkutan belam ada substansinya: atau
(b) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang/jasa
yang sama; atau
(c) satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh
persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Pembeli tunggal
Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan
atau jasa dalam pasar bersangkutan apabila pelaku usaha menguasai lebih dari 50 % (lima puluh
persen) pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu

Penetapan harga yang rendah


Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang/jasa dengan cara melakukan jual rugi atau
menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaingnya di pasar yang bersangkutan sehingga mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

Penetapan biaya produksi


Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya
yang menjadi bagian dari komponen harga barang/jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usah tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi
kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usah tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk menghambat produksi
barang atau pemasaran barang/asa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi
berkurang, baik dari jumlah, kualitas maupun ketetapan waktu yang dipersyaratkan.
KEPAILITAN DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN

Dasar Hukum Pailit


PERPU No 01/1998 jo UU No 04/1998 Tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran
(Selanjutnya disebut UUKP)

Pengertian
Pailit (Bankrupt) diartikan sebagai suatu keadaan dimana debitur (yang berutang) yang dinyatakan
dengan putusan hakim, bahwa ia dalam keadaan berhenti membayar utang-utangnya, yang berakibat
penyitaan umum atas harta kekayaannya demi kepentingan semua kreditor dibawah pengawasan
kurator.

Syarat pailit
Terdapat keadaan berhenti membayar yakni bila seorang debitur mempunyai dua atau lebih kreditur
dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. (pasal 1)

Setiap Orang
Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit Badan Hukun
Harta Warisan

Proses Penyelesaian Kepailitan

DEBITOR

PRIBADI BADAN USAHA

NON BANK BANK PERS EFEK

BANK INDONESIA BAPEPAM

PENGADILAN NIAGA

20 HARI + 25 HARI SIDANG


MAXIMAL 30 HARI PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG

MAXIMAL 30 HARI PUTUSAN


Jika melihat proses permohonan pengajuan kepailitan diatas maka dapat diketahui bahwa jika
penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga kepailitan, maka pihak yang merasa dirugikan
harus mengajukan permohonan pailit ke pengadilan niaga.

Hal ini berarti asas dalam proses gugatan berlaku pula disini dalam arti pihak yang mengajukan
permohonan pailit harus membuktikan kebenaran dalilnya. Hanya yang berbeda permohonan lewat
lembaga kepailitan lebih cepat dibandingkan dengan cara gugatan perdata.

Pihak pihak yang dapat/berhak mengajukan permohonan pailit


a. Debitur sendiri
b. Seorang kreditur/ lebih
c. Jaksa/penuntut umum demi kepentingan umum
d. Pimpinan Bank Indonesia, menyangkut Bank
e. Ketua Bapepam, menyangkut Pasar modal

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN KEPAILITAN


Bila para pihak tidak pias terhadap putusan pengadilan niaga, dapat mengadakan upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung yang paling lambat diajukan 8 hari terhitung sejak
tanggal putusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan, dengan mendaftarkan pada panitera
dimana pengadilan yang telah menetapkan putusan atas permohonan pernyataan pailit berada

Upaya hukum tersebut dapat diajukan oleh


1. Debitur
2. Kreditur
3. Jaksa/penuntut umum demi kepentingan umum
4. Para kreditur yang tidak memohon kepailitan dan pihak-pihak yang tidak berkepentingan

Putusan Pengadilan pailit


Diangkat “KURATOR”, melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan atau harta pailit
Kurator
a. Ditunjuk oleh debitur/kreditur
b. Ditunjuk oleh pengadilan, Balai Harta Peninggalan (Depkeh)

Tugas Pertama Kurator


Mengumumkan dalam berita negara dan 2 surat kabar nasional;
1. Ikhstisar putusan pernyataan pailit;
2. Identitas, alamat dan pekerjaan debitor;
3. Identitas, alamat dan pekerjaan anggota panitia sementara kreditor, apabila telah ditunjuk;
4. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditor
5. Identitas Hakim Pengawas

Kurator
1. Balai Harta Peningalan (BHP)
2. Kurator lainnya:
a) Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia; yang memiliki keahlian
khusus; dalam mengurus harta pailit;
b) Terdaftar pada Departemen Kehakiman RI
 Mengajukan permohonan secara tertulis ke Dirjen Hukum dan Perundang-undangan
Departemen Kehakiman RI
 Memiliki surat tanda lulus ujian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI)

Tugas Balai Harta Peninggalan


1. Penyimpanan boedel si pailit
2. Penyegelan boedel
3. Daftar aktiva dan pasiva
4. menjual benda-benda si pailit
5. Melanjutkan perusahaan si pailit
6. mengadakan akord (persetujuan dengan hakim komisaris)
7. Membayar tunjangan hidup si pailit

Beberapa harta yang dikecualikan dari kepailitan:


1. alat perlengkapan tidur dan pakaian sehari hari
2. alat perlengkapan dinas
3. alat perlengkapan kerja
4. persediaan makanan kira-kira satu bulan
5. buku-buku yang digunakan untuk bekerja
6. gaji,upah, pensiunan, uang jasa dan honorarium
7. hak cipta
8. sejumlah uang yang ditentukan oleh hakim komisaris untuk nafkahnya
9. sejumlah uang yang diterima dari pendapatan anak-anaknya
Syarat-syarat Pernyataan Pailit
1. Harus ada keadaan berhenti membayar yakni bila seseorang debitor sudah tidak mampu
membayar utang-utangnya
2. Harus ada lebih dari seorang kreditor, dimana salah seorang dari mereka piutangnya sudah dapat
ditagih

Seseorang dinyatakan pailit ditetapkan oleh putusan hakim, pelaksanaan kepailitan sendiri dipimpin
dan diawasi oleh hakim komisaris.

Tugas Hakim Komisaris


1. Memimpin rapat verifikasi
2. Mengawasi tindakan BHP, memberi nasehat dan peringatan
3. Menyetujui daftar tagihan/ menolaknya yang diajukan kreditur
4. Meneruskan kepada hakim Banding yang memutus perkara jika ada tagihan-tagihan yang tidak
dapat terselesaikan
5. Mendengar saksi-saksi dan para ahli atas segala hal yang berkaitan dengan kepailitan
6. Memberi izin atau menolak permohonan si pailit untuk bepergian

RAPAT VERIFIKASI
Rapat para kreditur yang dipimpin hakim komisaris dengan seorang panitera pengadilan negeri
sebagai notulen untuk menetapkan hak menagih. Verifikasi diartikan sebagai pencocokan atau
pengujian atas utang-utang si pailit atau utang-piutang kreditur.
FASE INSOLVELSI
Suatu keadaan dimana harta pailit (boedel) harus dijual lelang dimuka umum. hasil penjualan
lelang itu kemudian di bagi-bagikan kepada kreditur sesuai dengan jumlah tagihannya yakni
dalam rapat verifikasi

HOMOLOGASI AKOR
Akor yang sudah diterima dalam rapat verifikasi agar mempunyai kekuatan hukum haruslah
mendapat pengesahan oleh hakim pemutus kepailitan, maka pengesahan inilah yang disebut
dengan homologasi

Kreditur yang diutamakan


1. Pemegang hipotik
2. Pemegang gadai
3. Pemegang hak istimewa

Berakhirnya kepailitan:
1. Apabila pembagian terhadap harta si pailit telah dilakukan secara tuntas dan mempunyai kekuatan
hukum
2. Apabila homologasi akor telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti
3. Apabila adanya pertimbangan dari hakim yang memutus kepailitan bahwa harta si pailit ternyata
tidak cukup membiayai kepailitan.

REHABILITASI
Pemulihan kehormatan yang ternoda akibat keadaan si pailit

PENUNDAAN PEMBAYARAN

Dalam hal debitor menduga tidak dapat membayar utang-utangnya, dapat mengajukan
permohonan penundaan pembayaran. Tujuannya adalah untuk menghindari harta debitor disita. Bila
permohonan diterima oleh pengadilan, maka debitor dapat melanjutkan usahanya sehingga dalam hal
ini ada beberapa kemungkinan terhadap utang-utang debitur yakni:
1. Piutang para kreditor dapat dibayar seluruhnya;
2. Pembayaran sebagian yang dimungkinkan oleh pemberesan tahap demi tahap
3. Tercapai suatu perdamaian dibawah tangan
4. Pernyataan pailit, bila tujuan penundaan pembayaran tidak tercapai.

Dengan diterimanya permohonan penundaan pembayaran maka diangkat pengurus yang dapat
mewakili kepentingan debitur dan kreditur.

Pengurus yang diangkat harus independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur
dan kreditur.
Sedangkan yang dapat menjadi pengurus adalah:
a. Perorangan atau persekutuan Perdata yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta debitur
b. Telah terdaftar di Departemen Kehakiman

Dalam hal ini pengurus bertanggung jawab penuh terhadap kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan tugas pengurusan penundaan pembayaran yang menyebabkan kerugian terhadap hart
debitur. Selain itu pula dalam putusan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang harus
dicantumkan besarnya biaya pengurusan harat debitur termasuk imbalan jasa bagi pengurus
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Departemen Kehakiman.

Perbedaan penundaan pembayaran dan kepailitan


 Dari segi waktu
 Kedudukan
 Lembaga Pemeliharaan
 BHP = dalam penundaan pembayaran tidak ada BHP tetapi dalam kepailitan ada
 Hakim komisaris = dalam penundaan pembayaran tidak perlu tetapi dalam kepailitan ada

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS


Secara Konvensional (Pengadilan)
Asas Menggugat Ke Pengadilan
“Siapa mendalilkan wajib membuktikan kebenaran dalilnya “ (Pasal 1865 KUH Perdata)
Penyelesaian melalui pengadilan dapat dilakukan melalui pengadilan umum dengan cara menggugat
secara perdata atau permohonan pailit melalui pengadilan niaga
Secara Umum Penyelesaian Sengketa Bisnis dapat melalui 3 Jalur penyelesaian yaitu:
1. Jalur Musyawarah
2. Jalur Pengadilan
3. Jalur Arbitrase

SALAH INTERPRESTASI
DALAM KONTRAK

PENGADILAN/
SENGKETA WANPRESTASI
ADR/MAPS

TIDAK MELUNASI
HUTANG
Biasa
Konvensional Pengadilan PN,PT,MA
Niaga
Penyelesaian MA
Arbitrase
Sengketa Bisnis

Non Konvensional ADR/MAPS Mediasi

Perdamaian

Perbedaan antara pengadilan niaga dan


pengadilan biasa

Umum (Biasa) Niaga (Khusus)


Sengketa Semua Khusus Kepailitan
Tingkat PN,PT,MA PN,MA
Tempat Seluruh Indonesia DKI Jakarta
Waktu Tidak Terbatas 30 Hari

SECARA NONKONVENSIONAL ( Arbitrase)

Asas penyelesaian melalui ADR (Alternative Dispute Resolution) atau MAPS (Metode Alternatif
Penyelesaian Sengketa) Bahwa “Putusan harus dijalankan secara sukarela“ oleh pihak yang
bersengketa.

Penyelesaian melalui ADR dilakukan oleh lembaga Arbitrase (ARBITRASE). artinya kekuasaan
untuk menyelesaikan segala sesuatu berdasarkan kebijaksanaan. Dengan kata lain, arbitrase berarti
penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang wasit atau badan perwasitan yang berdasarkan
persetujuan, mereka akan tunduk kepada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh wasit yang
mereka pilih atau tunjuk.

Sengketa yang dapat diselesaikan oleh arbitrase hanya sengketa bisnis seperti yang termuat dalam
Reglement Op de Rechtelijke Rechtsvordering (RV)lihat Pasal 615 RV). yang disebutkan bahwa
diperkenankan kepada siapa saja yang terlibat dalam suatu sengketa mengenai hak-hak yang berada
dalam kekuasaannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut kepada seorang atau beberapa orang
wasit (arbiter). Di Inggris dikenal dengan Arbitration Act 1697. Di Indonesia terlihat dalam UU MA
RI No 1/1950 jo UU No 14 Tahun 1985 memakai istilah wasit untuk arbiter, Perwasitan untuk
arbitrase.

Keuntungan menggunakan arbitrase adalah penyelesaian sengketa lebih cepat, diselesaikan oleh
tenaga ahli dan putusan bersifat rahasia.

Arbitrase ada yang bersifat tetap, ada yang sementara atau AD HOC, yang tetap secara nasional
dikenal sebagai Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang didirikan oleh KADIN. Dalam
Pasal 17 Peraturan BANI disebutkan : Bila Putusan BANI tidak dilaksanakan secara sukarela, Ketua
BANI menyerahkan ke Ketua PN yang berwenang untuk dijalankan.

Secara Internasional didirikan oleh International Chambers of Commerce (ICC) dimana lembaganya
dikenal degan nama Court of Arbitration yang berpusat di kota-kota dagang dunia, seperti Paris,
Washington, Tokyo dan Den Haag. Selain itu ada pula suatu badan dunia yang dikenal dengan nama
UNCITRAL (United Nations Commisions of Trade Law) yang khusus pula menangani masalah-
masalah dalam hukum perdagangan internasional.

PERBEDAAN ANTARA PENGADILAN


DAN ARBITRASE

Pengadilan Arbitrase
Sengketa Semua Terbatas (Bisnis)
Hakim Ditentukan Dipilih
Putusan Memaksa/Terbuka Sukarela/Tertutup
Waktu Lama Cepat

ARBITRASE (Perwasitan)

Penyelesaian sengketa bisnis oleh Arbitrase (Hakim) berdasarkan persetujuan para pihak dan
mematuhi putusan secara sukarela.

Penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang atau lebih arbitrator (wasit), yang berdasarkan
persetujuan pihak yang bersengketa akan tunduk kepada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh
wasit yang mereka pilih.

Dalam kontrak bisnis apabila terjadi suatu sengketa maka apabila ingin penyelesaiannya diselesaikan
oleh arbitrase maka dalam kontrak tersebut harus dicantumkan klausula arbitrase, caranya membuka
jalur arbitrase tersebut adalah mencantumkan:
1. Pactum de Compromittendo, yaitu mencantum- kan klausul-klausul dalam perjanjian pokok.
2. Pactum de Compromis, yaitu perjanjian tersendiri diluar perjanjian pokok. Perjanjian ini dibuat
secara khusus bila telah timbul sengketa dalam melaksanakan perjanjian pokok.

Alasan para pihak mencantumkan klausula arbitrase tersebut biasanya adalah:


1. Para pihak kurang mengenal sistem hukum negara lain
2. Adanya keraguan akan sikap obyektivitas pengadilan
3. Pihak asing kurang yakin kemampuan hakim, negara yang memeriksa sengketa bisnis;
4. Waktu penyelesaian sengketa melalui pengadilan lama.

Contoh Klausula Arbitrase apabila memilih BANI sebagai tempat penyelesaian masalah:

“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan
terakhir menurut peraturan prosedur BANI oleh arbiter yang diatur menurut peraturan tersebut”.

Tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase. hanya sengketa dalam dunia bisnis
saja yang termaksud ruang lingkup penyelesaiannya oleh arbitrase seperti: perdagangan, perindustrian
dan keuangan.
Macam-macam model Arbitrase:
1. Arbitrase Ad Hoc/ Voluntaire, yaitu suatu majelis wasit (arbiter)/ wasit tunggal yang di dalam
menjalankan tugasnya hanya sekali saja, setelah itu bubarlah majelis arbiter itu. Selain tidak
mempunyai peraturan/prosedur tentang tata cara pengangkatan arbiter, mereka juga tidak
mempunyai prosedur bagaimana tata cara pemeriksaan sengketa
2. Lembaga Arbitrase atau arbitrase sebagai Permanent Body Arbitration yang mempunyai
peraturan/ prosedur dan tata cara pemeriksaan sengketa seperti BANI (Badan Arbitrase Nasional
Indonesia)

Prosedur/ Tata cara permohonan pengajuan Arbitrase ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI)

1. Pendaftaran ke BANI
 Surat permohonan (duduk Perkara)
 Akta Perjanjian
 Surat kuasa
 Menunjuk Arbiter/ menyerahkan penunjukkan arbiter kepada ketua BANI

2. Pemeriksaan segketa menurut ketentuan BANI


 Ketua BANI menyampaikan salinan surat permohonan kepada si termohon disertai perintah
menanggapi permohonan tersebut dan memberikan jawaban secara terbuka dalam waktu 30
hari.
 Penunjukan arbiter direalisasikan

3. Penyerahan jawaban termohon kepada pemohon dan memerintahkan kepada kedua belah pihak
menghadap di sidang arbitrase.
 Jika pemohon tidak datang, permohonannya gugur, jika termohon yang tidak datang,
tuntutannya dikabulkan.
4. Bila kedua belah pihak datang, majelis mengusahakan perdamaian.
 Penjelasan pendirian masing-masing
 Bukti-bukti
 Sistem pintu tertutup (Kerahasiaan perusahaan dijamin)
 Permohonan boleh dicabut

Ratifikasi Konvensi Internasional


1. Convention on the Recognation and Enforcement of Foreign Arbitrase Awards (Konvensi
tentang pengakuan dan pelaksanaan putusan-putusan perwasitan asing) dikenal dengan New York
Convention 1958 di ratifikasi dengan Keppres No 34 Tahun 1981 tanggal 5 Agustus 1981
2. Convention on the Settlement. Disputes bettwen states and national of other state (suatu
konvensi tentang penyelesaian perselisihan antara negara dengan warga negara asing mengenai
penanaman modal) yang dikenal dengan World Bank Convention 1968, ratifikasi dengan UU No 5
tahun 1968.

SEMA No 1 Tahun 1990 tanggal 11 maret 1990 tentang tata cara pelaksanaan putusan arbitrase asing.

Syarat-syaratnya:
1. Putusan itu dijatuhkan oleh suatu badan arbitrase ataupun arbiter perorangan di suatu negara yang
dengan negara Indonesia ataupun bersama-sama dengan negara Indonesia terikat dalam suatu
Konvensi Internasional perihal pengakuan serta pelaksanaan putusan arbitrase asing
2. Putusan tersebut terbatas pada ketentuan hukum Indonesia
3. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan umum
4. Putusan tersebut dapat dilaksanakan setelah memperoleh exequatur dari Mahkamah Agung.
5. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana no 1 yang menyangkut Negara Republik Indonesia
sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuator
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai