& PEMBIAYAAN
Lembaga keuangan adalah badan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan sebagai pengantara
yang menghubungkan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.
Dengan demikian, lembaga keuangan berperan sebagai pengantara keuangan masyarakat (financial
intermediary).
Lembaga keuangan dibedakan menjadi dua jenis yaitu: - lembaga keuangan bukan bank dan
- lembaga keuangan bank.
Lembaga keuangan bukan bank dalam arti luas adalah suatu badan yang melakukan kegiatan di
bidang keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai pengantara dalam
usaha mendapatkan sumber pembiayaan, dan usaha penyertaan modal, semuanya itu dilakukan
secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana terutama dengan jalan
mengeluarkan surat berharga.
Jadi dengan demikian, dalam praktek ada dua lembaga yang termasuk kepada lembaga keuangan
bukan bank, yaitu:
Lembaga keuangan bukan bank dalam arti sempit, yaitu lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam bidang-bidang tertentu berupa perlindungan kekayaan dan keselamatan
jiwa/raga, pinjaman kepada masyarakat dengan gadai, pembiayaan dalam bentuk pemberian
tunjangan.
Lembaga pembiayaan, yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat (Pasal 1 ayat 1 Keppres No.61 tahun 1988)
Dana yang dihimpun oleh lembaga pembiayaan biasanya dikelola oleh perusahaan pembiayaan.
Perusahaan pembiayaan itu sendiri adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam lembaga pembiayaan.
LEMBAGA
PEMBIAYAAN
Lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi bidang usaha berikut ini:
a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara finance lease maupun
operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu.
b. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah Badan usaha yang melakukan
usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha
yang menerima bantuan pembiayaan (invested Company) untuk jangka waktu tertentu.
c. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah Badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk perdagangan surat berharga.
d. Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit
e. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri
f. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance Company) adalah Badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan sistem pembayaran berkala.
LEASING
Dasar Hukum
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dengan jangka waktu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran berkala yang disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut, untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama (Pasal 1 1 SKB Menkeu,Menperin, Menperdag RI Tanggal 7 Februari
1974)
Jenis-jenis Usaha Leasing
Finance Lease
Dalam jenis leasing seperti ini lessee sendiri yang menentukan jenis dan spesifikasi dari barang
yang dibutuhkan , melakukan negosiasi dengan suplier, lessor hanya membayar harga barang .
Operating Lease
Dalam jenis leasing seperti ini, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada
lessee untuk jangka waktu tertentu.
Keuntungan Kelemahan
Fleksibel Bunga yang tinggi
Ongkos relatif murah Kurang perlindungan hukum
Penghematan pajak Proses eksekusi leasing sulit
Pengaturannya tida rumit
Kriteria lessee longgar
Pemutusan kontrak oleh lessee
Pembukuan yang mudah
Hak atas Kekayaan Inteletual (HAKI) ataupun biasa dikenal pula sebagai Hak Milik
Intelektual lahir pada akhir abad 19 yaitu ketika adanya Konvensi Internasional tentang hal tersebut
pada pada tahun 1883 dan 1886 di Bern (Swiss). Keberadaan HAKI Intellectual Property Rights
(IPR) sekarang ini tidak lepas dari pembentukan organisasi perdagangan dunia (WTO).
Hal tersebut menjadi issue internasional setelah USA sebagai salah satu pelopor, ingin
mengaitkan perdagangan dengan masalah HAKI, padahal sebenarnya organisasi yang menangani
masalah HAKI sudah ada yaitu WIPO (World Intellectual Property). Namun negara-negara maju
menganggap keberadaan WIPO kurang kuat dalam melindungi HAKI.
Pengertian HAKI
Dalam Kepustakaan selain istilah Intellectual Property Rights muncul juga istilah:
Industrial Property
Intangible Property
Creative Property
Incoporeal Property
W.R Cornish, salah seorang penulis dalam IPR, memberi rumusan seperti berikut: “IPR Protect
applicants of ideas and informations that are of commercial value”
Hak Milik Industrial ialah suatu hak yang berasal dari suatu kegiatan berfikir manusia yang muncul
dari karya, karsa dan cipta manusia sebagai hak atas kekayaan yang diekspresikan dalam berbagai
bentuk, baik bidang teknologi, Ilmu pengetahuan, seni sastra yang berguna dan bermanfaat dalam
menunjang kehidupan manusia serta nilai komersiil/nilai ekonomi.
Jadi, hakekat haki adalah adanya suatu ciptaan (creation). ciptaan ini mungkin dalam bidang
kesenian (art) atau dalam bidang industri ataupun dalam ilmu pengetahuan atau kombinasi antara
ketiganya.
Haki pada dasarnya adalah hak eklusif, artinya pemilik/pemegang mempunyai hak monopoli dimana
hak tersebut dapat berupa:
Hak Ekonomi, yakni hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya,
dan atau memberi ijin kepada orang lain.
Hak Moral, yakni hak yang berkenaan dengan mengadakan larangan bagi orang lain untuk
mengadakan perubahan judulnya, larangan pengubahan nama penciptanya, dan hak bagi pencipta
untuk mengadakan perubahan karya ciptanya.
Cara – cara Pengalihan HAKI
Pemalsuan
Pelanggaran-pelanggaran HAKI
Pembajakan
A. Secara Perdata
Pasal 1365 KUH Perdata
(Onrechtmatigedaad) Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
B. Secara Pidana
Dilihat ltr belakang tujuan pengaturan
Dilihat motivasi pelanggarannya
Misal: Pasal 386 KUHP (Pemalsuan)
C. Secara Adm. Negara
Pabean
Ketentuan Standar industri
Pengurus standar periklanan
Hak Cipta (Copy Right)
Dasar Hukum
Pengertian
Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan per-uu-an yang berlaku (Pasal 1 butir 1)
Ciptaan yang dilindungi dalam hak cipta adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra yang mencakup:
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain.
b. Ceramah, kuliah, pidato, ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,
seni patung, kolose, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Pendaftaran hak cipta dilakukan secara pasif, artinya semua permohonan pendaftaran diterima dengan
tidak terlalu mengadakan penelitian mengenai hak pemohon, kecuali jika secara jelas ternyata ada
pelanggaran hak cipta. Sistem pendaftaran ini dikenal dengan pendaftaran “negatif deklaratif”.
Apabila semua persyaratan telah dipenuhi maka ciptaan dicatat dalam daftar umum ciptaan dan diberi
nomor pendaftaran ciptaan
Berapa lama hak cipta dilindungi oleh UU. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 50 UUHC sebagai berikut:
MEREK (TRADEMARKS)
Dasar Hukum
Pengertian Merek
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata-kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa (Pasal 1 butir 1)
Hak atas merk adalah hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu denggan menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberi izin lain untuk menggunakannya (Pasal 3)
Menurut Sudargo Gautama “ Menurut perumusan dari Paris Convention, maka suatu trade mark atau
merek pada umumnya didefinisikan sebagai suatu tanda yang berperanan untuk membedakan barang-
barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari perusahaan lain”
Menurut Suryodiningrat: “Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada
bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakannya dari sejenis hasil
perusahaan lain, tanda inilah yang disebut merek perusahaan”
Fungsi Merek
1. Sebagai tanda pengenal suatu barang dan jasa
2. Gambaran jaminan kepribadian, reputasi barang dan jasa
3. Memberi jaminan kualitas barang dan jasa
4. Sarana promosi barang dan jasa
Pendaftaran Merek
Selanjutnya dalam Pasal 5 UUM disebutkan Merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur dibawah ini:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
Permintaan pendaftaran merek ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek orang lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang
sudah dikenal.
Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol
atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh
negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
(lihat Pasal 6)
Kriteria Merek terkenal diuraikan dalam Surat Keputusan Menkeh No.M102-HC.01.01 Tahun1987
Tentang penolakan permohonan merek yang mempunyai persamaan dengan merek terkenal milik
orang lain.
Pasal 1 Merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan dipakai di wilayah
Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis brang tertentu.
Pasal 2 Permohonan pendaftaran merek, yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada
keseluruhannya dengan merek terkenal milik orang lain, ditolak didaftar untuk daftar barang sejenis.
Jenis-jenis merek
1. Merek dagang (Pasal 1 butir 2)
2. Merek jasa (Pasal 1 butir 3)
3. Merek Kolektif (Pasal 1 butir 4)
Perlindungan merek terdaftar 10 tahun dan dapat diperpanjang dalam waktu yang sama. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 28 UUM sebagai berikut: Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu dapat
diperpanjang.
Gugatan
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan dalam hal mereknya digunakan tanpa izin
Ketentuan pidana
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya
dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau
diperdagangkan, dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp
1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah)
PATEN (PATENTS)
Dasar hukum
Pengertian
Patent is a grant of right to exclude others from the making, using, or selling of an invention during a
specific time, its constitute a legitimate monopoly (Steven H Gifis).
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada Inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakannya sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal 1:1)
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi (Pasal 1:3)
“Pemegang paten adalah Inventor sebagai pemilik paten atau pihak lain yang menerima hak tersebut
dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam
daftar umum paten (Pasal 1:6)
Paten diberikan untuk Invensi yang baru, dan mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan
dalam industri (Pasal 2 ayat 1)
Suatu Invensi mengandung langkah inventif, jika Invensi tersebut bagi seorang yang mempunyai
keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya
(Pasal 2 ayat 2)
Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan
dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan diajukan atau yang telah ada saat
diajukan permohonan pertama dalam hal permohonan itu diajukan dengan hak prioritas (Pasal 2 ayat
3)
Paten sebagai hak khusus (Ekslusive Right), namun dalam hal tertentu dapat dikecualikan yakni untuk
pertahanan negara namun harus memenuhi syarat, yakni ada kompensasi royalti bagi pemegang paten
Paten diberikan untuk penemuan baru dan dapat diterapkan dalam bidang industri
Bentuk-bentuk Lisensi
A. Eksklusif
yaitu pemegang hak paten setuju untuk memberikan lisensinya kepada orang lain selain
pemegang lisensi
B. Non Ekslusif
Dapat dilisensikan kepada pihak lain
Ada yang disebut lisensi wajib, yaitu untuk melaksanakan suatu paten yang diberikan oleh Pengadilan
Negeri setelah mendengar pemegang paten (Pasal 8 UU No 6/1989)
Tujuannya adalah agar paten yang ada tidak disempan saja melainkan dapat disebarkan ke
masyarakat luas
Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan paten, yaitu membuat, menjual atau
menyewakan kepada orang lain. Melihat hasil temuan merupakan sumber penghasilan acapkali
penemu tidak mau mengungkap penemuannya dan karena itu tidak ada kewajiban untuk
mengungkapkan (disclosure) penemuan yang dihasilkannya.
Untuk mengetahui adanya temuan tersebut negara memberi hak khusus kepada penciptanya dengan
memberi perlindungan hukum selama jangka waktu tertentu
1. Aspek pembaharuan
2. Langkah inventif yang terkandung dalam penemuan itu
3. Dapat diterapkan dalam industri
4. Penemuan termaksud kelompok yang bisa diberi paten
5. Tidak melanggar UU
Jenis-jenis Paten
Paten Biasa
Penemuannya melalui penelitian yang rumit, bila dilanggar (ada orang yang meniru, dsb/ pelanggaran
terhadap paten biasa) maka hukumannya penjara paling lama 4 (empat) tahun, denda 500 juta
Paten Sederhana
Paten sederhana diberikan kepada “penemuan sederhana” Penemuan sederhana adalah penemuan
yang tidak memiliki kualitas sebagai penemuan baru (tidak rumit), pemeriksaan langkah inventifnya
kurang intensif. bila dilanggar (ada orang yang meniru, dsb/pelanggaran terhadap paten biasa maka
hukuman penjara paling lama 2 tahun, denda 250 juta
Pengertian :
Persaingan bisnis adalah persaingan usaha para pelaku usaha untuk memperluas jaringan,
pemasaran dan memperbesar keuntungan bagi usaha dan perusahaannya baik dalam bentuk yang
positif maupun yang negatif.
Persaingan usaha tidak sehat/curang adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (UULPM Pasal 1 butir 6)
Dasar Hukum
1UUD 1945
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 27:2)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 33)
1KUH Perdata (1365)
1KUH Pidana (Pasal 382)
1UU No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Tujuan Pembentukan UU No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat,
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar,
pelaku usaha menengah, pelaku usaha kecil
Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha; dan
terciptanya efektifnya dan efisiensi dalam kegiatan dunia usaha.
Beberapa peristilahan dalam UULPM
Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha (Pasal 1 butir 1)
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha, yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa oleh pelaku
usaha tertentu sehingga menimbulkan anti persaingan dan merugikan kepentingan umum. (Pasal
1 butir 2)
Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata dari pasar oleh satu atau lebih
pelaku usaha, sehingga dapat menentukan penguasaan barang atau jasa dan penetapan harga
dalam wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 butir 3)
Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di
pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu (Pasal 1 butir 5)
Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha
yang satu dengan pelaku usaha lainnya dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol (Pasal 1 butir 8)
Perjanjian Yang Dilarang Dalam UULPM
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana diatas
Jika 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu.
Penetapan Harga
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga atas mutu suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
dalam pasar yang bersangkutan yang sama.
Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan atau
yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
Pembeli tunggal
Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan
atau jasa dalam pasar bersangkutan apabila pelaku usaha menguasai lebih dari 50 % (lima puluh
persen) pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu
Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usah tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi
kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usah tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk menghambat produksi
barang atau pemasaran barang/asa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi
berkurang, baik dari jumlah, kualitas maupun ketetapan waktu yang dipersyaratkan.
KEPAILITAN DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pengertian
Pailit (Bankrupt) diartikan sebagai suatu keadaan dimana debitur (yang berutang) yang dinyatakan
dengan putusan hakim, bahwa ia dalam keadaan berhenti membayar utang-utangnya, yang berakibat
penyitaan umum atas harta kekayaannya demi kepentingan semua kreditor dibawah pengawasan
kurator.
Syarat pailit
Terdapat keadaan berhenti membayar yakni bila seorang debitur mempunyai dua atau lebih kreditur
dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. (pasal 1)
Setiap Orang
Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit Badan Hukun
Harta Warisan
DEBITOR
PENGADILAN NIAGA
MAHKAMAH AGUNG
Hal ini berarti asas dalam proses gugatan berlaku pula disini dalam arti pihak yang mengajukan
permohonan pailit harus membuktikan kebenaran dalilnya. Hanya yang berbeda permohonan lewat
lembaga kepailitan lebih cepat dibandingkan dengan cara gugatan perdata.
Kurator
1. Balai Harta Peningalan (BHP)
2. Kurator lainnya:
a) Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia; yang memiliki keahlian
khusus; dalam mengurus harta pailit;
b) Terdaftar pada Departemen Kehakiman RI
Mengajukan permohonan secara tertulis ke Dirjen Hukum dan Perundang-undangan
Departemen Kehakiman RI
Memiliki surat tanda lulus ujian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI)
Seseorang dinyatakan pailit ditetapkan oleh putusan hakim, pelaksanaan kepailitan sendiri dipimpin
dan diawasi oleh hakim komisaris.
RAPAT VERIFIKASI
Rapat para kreditur yang dipimpin hakim komisaris dengan seorang panitera pengadilan negeri
sebagai notulen untuk menetapkan hak menagih. Verifikasi diartikan sebagai pencocokan atau
pengujian atas utang-utang si pailit atau utang-piutang kreditur.
FASE INSOLVELSI
Suatu keadaan dimana harta pailit (boedel) harus dijual lelang dimuka umum. hasil penjualan
lelang itu kemudian di bagi-bagikan kepada kreditur sesuai dengan jumlah tagihannya yakni
dalam rapat verifikasi
HOMOLOGASI AKOR
Akor yang sudah diterima dalam rapat verifikasi agar mempunyai kekuatan hukum haruslah
mendapat pengesahan oleh hakim pemutus kepailitan, maka pengesahan inilah yang disebut
dengan homologasi
Berakhirnya kepailitan:
1. Apabila pembagian terhadap harta si pailit telah dilakukan secara tuntas dan mempunyai kekuatan
hukum
2. Apabila homologasi akor telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti
3. Apabila adanya pertimbangan dari hakim yang memutus kepailitan bahwa harta si pailit ternyata
tidak cukup membiayai kepailitan.
REHABILITASI
Pemulihan kehormatan yang ternoda akibat keadaan si pailit
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Dalam hal debitor menduga tidak dapat membayar utang-utangnya, dapat mengajukan
permohonan penundaan pembayaran. Tujuannya adalah untuk menghindari harta debitor disita. Bila
permohonan diterima oleh pengadilan, maka debitor dapat melanjutkan usahanya sehingga dalam hal
ini ada beberapa kemungkinan terhadap utang-utang debitur yakni:
1. Piutang para kreditor dapat dibayar seluruhnya;
2. Pembayaran sebagian yang dimungkinkan oleh pemberesan tahap demi tahap
3. Tercapai suatu perdamaian dibawah tangan
4. Pernyataan pailit, bila tujuan penundaan pembayaran tidak tercapai.
Dengan diterimanya permohonan penundaan pembayaran maka diangkat pengurus yang dapat
mewakili kepentingan debitur dan kreditur.
Pengurus yang diangkat harus independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur
dan kreditur.
Sedangkan yang dapat menjadi pengurus adalah:
a. Perorangan atau persekutuan Perdata yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta debitur
b. Telah terdaftar di Departemen Kehakiman
Dalam hal ini pengurus bertanggung jawab penuh terhadap kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan tugas pengurusan penundaan pembayaran yang menyebabkan kerugian terhadap hart
debitur. Selain itu pula dalam putusan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang harus
dicantumkan besarnya biaya pengurusan harat debitur termasuk imbalan jasa bagi pengurus
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Departemen Kehakiman.
SALAH INTERPRESTASI
DALAM KONTRAK
PENGADILAN/
SENGKETA WANPRESTASI
ADR/MAPS
TIDAK MELUNASI
HUTANG
Biasa
Konvensional Pengadilan PN,PT,MA
Niaga
Penyelesaian MA
Arbitrase
Sengketa Bisnis
Perdamaian
Asas penyelesaian melalui ADR (Alternative Dispute Resolution) atau MAPS (Metode Alternatif
Penyelesaian Sengketa) Bahwa “Putusan harus dijalankan secara sukarela“ oleh pihak yang
bersengketa.
Penyelesaian melalui ADR dilakukan oleh lembaga Arbitrase (ARBITRASE). artinya kekuasaan
untuk menyelesaikan segala sesuatu berdasarkan kebijaksanaan. Dengan kata lain, arbitrase berarti
penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang wasit atau badan perwasitan yang berdasarkan
persetujuan, mereka akan tunduk kepada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh wasit yang
mereka pilih atau tunjuk.
Sengketa yang dapat diselesaikan oleh arbitrase hanya sengketa bisnis seperti yang termuat dalam
Reglement Op de Rechtelijke Rechtsvordering (RV)lihat Pasal 615 RV). yang disebutkan bahwa
diperkenankan kepada siapa saja yang terlibat dalam suatu sengketa mengenai hak-hak yang berada
dalam kekuasaannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut kepada seorang atau beberapa orang
wasit (arbiter). Di Inggris dikenal dengan Arbitration Act 1697. Di Indonesia terlihat dalam UU MA
RI No 1/1950 jo UU No 14 Tahun 1985 memakai istilah wasit untuk arbiter, Perwasitan untuk
arbitrase.
Keuntungan menggunakan arbitrase adalah penyelesaian sengketa lebih cepat, diselesaikan oleh
tenaga ahli dan putusan bersifat rahasia.
Arbitrase ada yang bersifat tetap, ada yang sementara atau AD HOC, yang tetap secara nasional
dikenal sebagai Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang didirikan oleh KADIN. Dalam
Pasal 17 Peraturan BANI disebutkan : Bila Putusan BANI tidak dilaksanakan secara sukarela, Ketua
BANI menyerahkan ke Ketua PN yang berwenang untuk dijalankan.
Secara Internasional didirikan oleh International Chambers of Commerce (ICC) dimana lembaganya
dikenal degan nama Court of Arbitration yang berpusat di kota-kota dagang dunia, seperti Paris,
Washington, Tokyo dan Den Haag. Selain itu ada pula suatu badan dunia yang dikenal dengan nama
UNCITRAL (United Nations Commisions of Trade Law) yang khusus pula menangani masalah-
masalah dalam hukum perdagangan internasional.
Pengadilan Arbitrase
Sengketa Semua Terbatas (Bisnis)
Hakim Ditentukan Dipilih
Putusan Memaksa/Terbuka Sukarela/Tertutup
Waktu Lama Cepat
ARBITRASE (Perwasitan)
Penyelesaian sengketa bisnis oleh Arbitrase (Hakim) berdasarkan persetujuan para pihak dan
mematuhi putusan secara sukarela.
Penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang atau lebih arbitrator (wasit), yang berdasarkan
persetujuan pihak yang bersengketa akan tunduk kepada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh
wasit yang mereka pilih.
Dalam kontrak bisnis apabila terjadi suatu sengketa maka apabila ingin penyelesaiannya diselesaikan
oleh arbitrase maka dalam kontrak tersebut harus dicantumkan klausula arbitrase, caranya membuka
jalur arbitrase tersebut adalah mencantumkan:
1. Pactum de Compromittendo, yaitu mencantum- kan klausul-klausul dalam perjanjian pokok.
2. Pactum de Compromis, yaitu perjanjian tersendiri diluar perjanjian pokok. Perjanjian ini dibuat
secara khusus bila telah timbul sengketa dalam melaksanakan perjanjian pokok.
Contoh Klausula Arbitrase apabila memilih BANI sebagai tempat penyelesaian masalah:
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan
terakhir menurut peraturan prosedur BANI oleh arbiter yang diatur menurut peraturan tersebut”.
Tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase. hanya sengketa dalam dunia bisnis
saja yang termaksud ruang lingkup penyelesaiannya oleh arbitrase seperti: perdagangan, perindustrian
dan keuangan.
Macam-macam model Arbitrase:
1. Arbitrase Ad Hoc/ Voluntaire, yaitu suatu majelis wasit (arbiter)/ wasit tunggal yang di dalam
menjalankan tugasnya hanya sekali saja, setelah itu bubarlah majelis arbiter itu. Selain tidak
mempunyai peraturan/prosedur tentang tata cara pengangkatan arbiter, mereka juga tidak
mempunyai prosedur bagaimana tata cara pemeriksaan sengketa
2. Lembaga Arbitrase atau arbitrase sebagai Permanent Body Arbitration yang mempunyai
peraturan/ prosedur dan tata cara pemeriksaan sengketa seperti BANI (Badan Arbitrase Nasional
Indonesia)
Prosedur/ Tata cara permohonan pengajuan Arbitrase ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI)
1. Pendaftaran ke BANI
Surat permohonan (duduk Perkara)
Akta Perjanjian
Surat kuasa
Menunjuk Arbiter/ menyerahkan penunjukkan arbiter kepada ketua BANI
3. Penyerahan jawaban termohon kepada pemohon dan memerintahkan kepada kedua belah pihak
menghadap di sidang arbitrase.
Jika pemohon tidak datang, permohonannya gugur, jika termohon yang tidak datang,
tuntutannya dikabulkan.
4. Bila kedua belah pihak datang, majelis mengusahakan perdamaian.
Penjelasan pendirian masing-masing
Bukti-bukti
Sistem pintu tertutup (Kerahasiaan perusahaan dijamin)
Permohonan boleh dicabut
SEMA No 1 Tahun 1990 tanggal 11 maret 1990 tentang tata cara pelaksanaan putusan arbitrase asing.
Syarat-syaratnya:
1. Putusan itu dijatuhkan oleh suatu badan arbitrase ataupun arbiter perorangan di suatu negara yang
dengan negara Indonesia ataupun bersama-sama dengan negara Indonesia terikat dalam suatu
Konvensi Internasional perihal pengakuan serta pelaksanaan putusan arbitrase asing
2. Putusan tersebut terbatas pada ketentuan hukum Indonesia
3. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan umum
4. Putusan tersebut dapat dilaksanakan setelah memperoleh exequatur dari Mahkamah Agung.
5. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana no 1 yang menyangkut Negara Republik Indonesia
sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuator
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.