Modul CC Keterampilan Komunikasi Negosiasi Presentasi 2010
Modul CC Keterampilan Komunikasi Negosiasi Presentasi 2010
SPESIALISASI
CLIENT COORDINATOR
MODUL
Keterampilan Komunikasi,
Negosiasi, dan Teknik
Presentasi
Oleh :
Ir. Agung Budi Laksono, S.E., M.M.
(Widyaiswara Muda Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
&
Bambang Semedi, S.H
(Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
Oleh :
Ir. Agung Budi Laksono, S.E., M.M.
(Widyaiswara Muda Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
&
Bambang Semedi, S.H
(Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Bea dan Cukai)
DAFTAR ISI
Halaman
1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;
2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara
membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar
tersebut);
5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang
terletak pada bagian akhir modul ini.
7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan
belajar telah dilakukan.
8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul
ini
9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila
ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67
(jumlah yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus
dari kegiatan belajar
PETA KONSEP
Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka
disarankan kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan
demikian pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga
secara berkesinambungan selama mempelajari modul.
A
PENDAHULUAN
MODUL
KETERAMPILAN KOMUNIKASI,
NEGOSIASI, DAN TEKNIK
PRESENTASI
1. Deskripsi Singkat
2. Prasyarat Kompetensi
Diklat ini dapat diikuti oleh peserta dengan prasyarat kompetensi adalah
telah mengikuti Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD)
3. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti mata pelajaran diklat ini diharapkan para peserta diklat
dapat menerapkan konsep dasar ketrampilan berkomunikasi, bernegosiasi dan
berpresentasi.
4. Kompetensi Dasar
B
KEGIATAN
BELAJAR
Indikator Keberhasilan :
Peserta dapat menjelaskan konsep dasar komunikasi
1) Pendahuluan
2) Model/Proses
3) Unsur
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, Seseorang mempunyai hak
untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila
menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang
tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila
mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang
tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan
pilihan.
Komunikasi yang tidak etis merupakan komunikasi yang memaksa
seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya
atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya.
Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja
membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian
mendorong Seseorang untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak
akan Seseorang ambil (jika saja Seseorang mengetahui fakta-fakta
sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa
persyaratan. Seseorang mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup
umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka
melaksanakan pilihan secara bebas.
Selanjutnya, Seseorang mengasumsikan bahwa kebebasan memilih
dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain.
Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk
menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu
untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang
melakukannya untuk mereka.
Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental
membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi
mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi
kebebasan memilih hal ini. Kebebasan memilih yang Seseorang miliki tidak
boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Seseorang tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan
untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini Seseorang
menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih
mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam
rumah mereka.
4) Karakteristik
Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain
bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah .
Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya,
hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan—.
Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana
perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain,
tetapi tetap masih ada masalah.
Salah satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal
baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang
berlebihan.
Hubungan komplementer antara seorang ibu yan melindungi dan
membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada
suatu saat sangat penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan
yang sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi
pengembangan anak itu selanjutnya.
b. Latihan 1
1. Jelaskan definisi komunikasi!
2. Sebutkan dan jelaskan kategorisasi komunikasi!
3. Sebutkan dan jelaskan model-model komunikasi!
4. Sebutkan dan jelaskan persepktif-perspektif komunikasi!
5. Jelaskan proses komunikasi!
c. Rangkuman
1. Schramm dalam Cutlip, Center dan Broom (2005) mendefinisikan
komunikasi sebagai sesuatu yang dilakukan oleh orang.
2. Wijaya (1986) mendefinisikan komunikasi sebagai hubungan kontak
antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
3. Effendi (2001) menggolongkan komunikasi ke dalam tiga kategori:
a. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha
menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai
kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai
keinginan bersama.
b. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang
ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi
lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi
dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
c. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media
massa yang meliputi cetak dan elektronik.
d. Tes Formatif
1. Konsep Schramm tentang komunikasi pada dasarnya menghendaki
model proses dua arah dengan pengirim dan penerima yang beroperasi
dalam konteks kerangka acuan, hubungan, dan situasi sosial masing-
masing.
2. Komunikasi merupakan proses timbal balik sinyal-sinyal yang
dipertukarkan untuk memberi informasi, instruksi, atau membujuk
berdasarkan arti bersama dan dikondisikan oleh hubungan komunikator
dan konteks sosial.
3. Gerak dan tangis saat pertama ia dilahirkan adalah tanda komunikasi.
4. Komunikasi antar pribadi dengan komunikasi antar kelompok secara
prinsip adalah sama karena menekankan pada aspek komunikasi antar
manusia.
5. Salah satu hal yang dominan pada komunikasi massa adalah
penggunaan alat dalam komunikasi.
6. Dalam komunikasi organisasi terdapat empat model komunikasi.
7. Dalam model komunikasi linier (one-way communication) komunikan
melakukan respon tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi.
8. Pada model komunikasi interaksional setiap partisipan memiliki peran
ganda, dimana pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada
saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
9. Pada model komunikasi transaksional komunikan harus lebih
komunikatif, karena sesungguhnya tidak ada satupun yang tidak dapat
dikomunikasikan.
10. Komunikasi dengan perspektif kognitif lebih menekankan pada aspek
kejelasan bahasa penyampaian agar tidak menimbulkan interpretasi
yang bias.
Pilihan Ganda
11. Di bawah ini adalah merupakan suatu informasi, kecuali
a. Fakta
b. Data
c. Opini
d. Gagasan
LAMBANG KOMUNIKASI
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu menginterpretasikan
lambang-lambang komunikasi.
Pesan fasial
Pesan gestural
Pesan ini menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan
tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural
Pesan ini berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah:
1. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu
yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif;
2. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Seseorang
dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan Seseorang,
dan postur orang yang merendah;
3. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan
secara positif dan negatif. Bila postur Seseorang tidak berubah, Seseorang
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak Seseorang mengungkapkan keakraban
Seseorang dengan orang lain.
Pesan artifaktual
Pesan paralinguistik
Pesan ini merupakan pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan
arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini disebut juga sebagai
parabahasa.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi
tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercSeseorang,
dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad
digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menSeseorangi wilayah
mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan
jenis.
1) Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. (Mulyana, 2005)
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila
pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
2. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila
kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat.
3. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
DTSS Client Coordinator 31
Keterampilan Komunikasi Negosiasi dan Teknik Presentasi
2) Non Verbal
Darma (2003) mendefinisikan komunikasi non verbal sebagai komunikasi
perasaan melalui penyampaian isyarat bukan dengan kata-kata. Komunikasi
jenis ini lebih sering diungkapkan melalui bahasa simbol seperti tanda larangan,
suara bel atau lonceng, dan simbol status.
DTSS Client Coordinator 32
Keterampilan Komunikasi Negosiasi dan Teknik Presentasi
Keterbatasan Bahasa:
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang,
benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia
untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan
realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat
parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan
interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial
budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang
nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya
berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada
mahasiswanya yang nyontek.
3. Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai
kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir
sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari
budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh
komunikator secara sadar.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif
artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan
makna pesan. Diatas telah Seseorang paparkan pesan verbal mempunyai
fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat
tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi,
ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengungkapkan pikiran Seseorang secara verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi
komunikasi yang menuntut Seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu
kepada orang lain secara implisit (tersirat).
b. Latihan 2
1. Jelaskan apa yang disebut sebagai lambang komunikasi! dan sebutkan serta
jelaskan pula kategorisasinya!
2. Jelaskan istilah repetisi dan substitusi dalam pesan verbal!
3. Sebutkan dan jelaskan aspek-aspek komunikasi verbal!
4. Jelaskan pula mengapa pesan verbal sangat signifikan!
5. Jelaskan fungsi pesan non verbal!
c. Rangkuman
1. Lambang komunikasi merupakan kode / simbol, tanda - tanda yang
mengandung arti yang digunakan komunikator untuk merubah pesan yang
abstrak menjadi konkrit.
2. Terdapat dua Lambang komunikasi, yaitu (i) lambang komunikasi khusus
dan (ii) lambang komunikasi umum.
f. Gerak isyarat,
16. Pesan nonverbal mempunyai lima fungsi dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
d. Tes Formatif 2
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu memecahkan
masalah yang ditemui dalam komunikasi :
1) Pendahuluan
2. Emosional :
Emosi seseorang atau kelompok yang terlibat dalam proses komunikasi amat
mempengeruhi proses komunikasi. Orang yang emosional akan mudah
tersinggung dan cenderung menilai sesuatu dari segi negatip, yang tentunya
tidak menghasilkan komunikasi yang efektif.
3. Hubungan yang tidak serasi antar pengirim dan penerima pesan :
Akibat dari ini ialah adanya kecurigaan dan selalu menghubungkan segala
sesuatu dengan hal – hal yang bersifat negative.
4. Pengalaman Lampau yang tidak baik :
Seorang pengirim pesan yang pernah menimbulkan kesan jelek, akan jauh
lebih sulit mengkomunikasikan pesan-pesannya. Misalnya pernah bebohong
sewaktu menyampaikan pesannya, pada saat ia akan menyampaikan pesan
lagi, sulit bagi pendengarnya untuk percaya, sekalipun apa yang ingin
disampaikannya benar. Pengalaman masa lampau yang jelek akan
menghambat komunikasi, tetapi pengalaman lampau yang baik akan lebih
memudahkan komunikasi.
5. Lingkungan Fisik yang kurang menguntungkan :
Tempat yang pengap, hujan yang deras, udara yang panas, suasana yang
gaduh membuat orang sulit untuk konsentrasi sewaktu memberikan dan
menerima pesan.
6. Perbedaan status sosial :
Harus diakui bahwa perbedaan tingkat pendidikan dan tata budaya,
merupakan hambatan yang paling sering ditemui. Orang-orang yang datang
dari tingkat pendidikan yang setarap, keadaan ekonomi dan tata budaya yang
sama, akan jauh lebih mudah melakukan komunikasi. Sedangkan kelompok
atau orang-orang yang berbeda tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, serta
tata-budayanya, lebih sering mengalami jurang komunikasi.
7. Permusuhan :
Apabila Seseorang dalam kondisi marah pada seseorang, yang juga berarti
Seseorang dalam situasi permusuhan, sebagai pengirim pesan Seseorang
cenderung memilih kata – kata yang tajam, dan penerima pesan cenderung
menafsirkan pesan tersebut sebagai serangan. Proses komunikasi otomatis
berhenti.
8. Kharisma :
Karunia yang dimiliki seorang pengirim pesan sehingga ia dapat
menyampaikan pesannya dengan cara yang begitu menyakinkan dan
menarik, cenderung mengakibatkan penerima pesan terpuakau dan tidak
bertanya lebih lanjut, walaupun pada akhirnya ia sadar bahwa tidak ada yang
dimengertinya dari pesan yang diberikan padanya.
9. Stereotip :
Merupakan gambaran tertentu mengenai pribadi seseorang menurut
golongannya, yang bersifat negatip. Menghadapi seseorang yang
disteretotipkan ke dalam suku bangsa tertentu yang disamaratakan sebagai
penipu, jorok, akan merintangi komunikasi.
Misalnya : Seorang pemuda yang berambut gondrong, sulit berkomunikasi
dengan polisi yang terlanjur menstereotipkannya dengan gerombolan
pemuda nakal.
10. Bela Diri :
Merupakan rintangan komunikasi yang sering menimbulkan permusuhan /
pertengkaran. Ini sering mempengaruhi orang yang tidak merasa dirinya
pasti. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya ditafsirkan
sebagai tuduhan.
Beberapa hambatan lain juga dirasakan sering ditemui dalam komunikasi,
ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, seperti:
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional.
• Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas
sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan
antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
• Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan
media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
tidak konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat
menghambat komunikasi.
b. Latihan 3
c. Rangkuman
d. Tes Formatif 3
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu melakukan konseling
dalam pelayanan
yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang paling cocok untuk individu
yang dimaksudkan.
Pada periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada
bimbingan pendidikan. Dalam tahapan ini bimbingan dirumuskan sebagai suatu
totalitas pelayanan yang secara keseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam
upaya pendidikan. Pada kedua periode ini, rumusan konseling belum
dimunculkan.
Pada periode ketiga, pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat
perhatian utama. Periode ini didasarkan benar bahwa pelayanan bimbingan tidak
hanya disnagkutpautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak pula hanya
mencocokkan individu untuk jabatan-jabatan tertentu saja, melainkan juga bagi
peningkatan kehidupan mental. Pada periode ini upaya bimbingan ditekankan
pada upaya untuk membantu penyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri,
lingkungan, dan masyarakat, sedangkan rumusan konseling baru dimunculkan.
Rumusan konseling yang muncul pada periode ketiga ini secara nyata
memperlihatkan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan
bimbingan di antara sejumlah pelayanan lainnya, seperti bimbingan jabatan dan
bimbingan pendidikan.
Pada periode keempat gerakan bimbingan menekankan pada pentingnya
proses perkembangan individu. Periode ini pelayanan bimbingan dihubungkan
dengan usaha individu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya;
membantu individu dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam
mencapai kematangan dan kedewasaan menjadi tujuan yang utama.
Periode kelima ditandai dengan adanya dua arah yang berbeda, yaitu
kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial (dan personal)
dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.
Pada dua tahap terakhir tampak tumpang tindihnya pengertian bimbingan
dan konseling, yang satu dapat dibedakan dari yang lain tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
1) Human relation
2) Konseling terarah
dan kemampuan yang telah berkembang tersebut menjadi penggerak bagi upaya
individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya (Hansen, dkk, 1977 dan Stone,
1982 dalam Priyatno dan Anti, 1999).
b. Latihan 4
c. Rangkuman
23. Peran utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan
kekmampuan yang ada pada klien berkembang secara optimal, dengan jalan
menciptakan hubungan konseling yang hangat dan permisif. Suasana seperti
ini akan memungkinkan klien mampu memecahkan sendiri masalahnya
24. Salah satu prinsip yang penting dalam konseling tak-terarah adalah
mengupayakan agar klien mencapai kematangannya, produktivitasnya,
merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
25. Pendekatan konseling tak terarah sering juga disebut dengan pendekatan
konseling Humanistik, yaitu menekankan pada pentingnya pengembangan
potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada setiap individu.
Potensi dan kemampuan yang telah berkembang tersebut menjadi
penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya .
d. Tes Formatif 4
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu :
1. Menangani komplain dengan baik dan memuaskan
2. menangani konflik yang terjadi
1) Pendahuluan
2) Pengertian komplain
3) Penyebab komplain
perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi
destruktif, berupa demonstrasi.
Rasto dalam www.rastodio.com/manajemen mengemukakan bahwa
dalam aktivitas organisasi, dijumpai bermacam-macam konflik yang melibatkan
individu-individu maupun kelompok-kelompok. Beberapa kejadian konflik telah
diidentifikasi menurut jenis dan macamnya oleh sebagian penulis buku
manajemen, perilaku organisasi, psikolog maupun sosiologi.
Pada hakekatnya konflik terdiri atas lima bentuk, yaitu: 1) konflik dalam
diri individu, 2) konflik antar individu, 3) konflik antar anggota dalam satu
kelompok, 4) konflik antar kelompok, 5) konflik antar bagian dalam organisasi,
dan konflik antar organisasi.
a. Konflik dalam diri individu
Konflik ini merupakan konflik internal yang terjadi pada diri seseorang.
(intrapersonal conflict). Konflik ini akan terjadi ketika individu harus memilih
dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang
harus dipilih untuk dilakukan. Handoko (1995:349) mengemukakan konflik
dalam diri individu, terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian
tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai
permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan
untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
Winardi (2004:169) dalam Rasto (www.rastodio.com/manajemen)
mengemukakan bahwa terdapat tiga tipe konflik pada tingkat individu, yaitu:
1) Konflik Mendekat-mendekat (Approach-approach Conflict)
Konflik demikian meliputi suatu situasi di mana seseorang harus memilih
antara dua macam alternatif positif dan yang sama-sama memiliki daya
tarik yang sama. Contoh: apabila individu harus memilih antara tindakan
menerima sebuah promosi yang sangat dihargai di dalam organisasi yang
bersangkutan dan menerima pekerjaan baru yang menarik yang
ditawarkan oleh perusahaan lain.
2) Konflik Menghindari-menghindari (Avoidance-avoidance Conflict)
Sebuah situasi yang mengharuskan seseorang memilih antara dua
macam alternatif negatif yang sama tidak memiliki daya tarik sama sekali.
Contoh: apabila Seseorang menghadapi pilihan transfer pekerjaan ke
kota lain yang berada pada lokasi yang tidak menyenangkan atau di PHK
oleh organisasi di mana Seseorang bekerja.
3) Konflik Pendekatan-menghindari (Approach-avoidance Conflict)
Konflik ini meliputi sebuah situasi di mana seseorang harus mengambil
keputusan sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki
konsekuensi positif maupun negatif yang berkaitan dengannya. Contoh:
apabila seseorang diberi tawaran promosi yang menjanjikan gaji lebih
besar, tetapi yang juga sekaligus mengandung tanggung jawab yang
makin meningkat dan yang tidak disukai.
b. Konflik antar individu
Konflik antar individu (interpersonal conflict) bersifat substantif, emosional
atau kedua-duanya. Konflik ini terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu
tertentu, tindakan dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.
c. Konflik antar anggota dalam satu kelompok
Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik
subtantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika
anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data
yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional
terhadap suatu situasi tertentu.
d. Konflik antar kelompok
Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan
persepsi, perbedaan tujuan, dan meningkatnya tuntutan akan keahlian.
e. Konflik antar bagian dalam organisasi
Tentu saja yang mengalami konflik adalah orang, tetapi dalam hal ini orang
tersebut "mewakili" unit kerja tertentu. Menurut Mulyasa (2004:244) konflik ini
terdiri atas
1) Konflik vertikal. Terjadi antara pimpinan dengan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya
konflik antara kepala sekolah dengan guru.
2) Konflik horizontal. Terjadi antar pegawai atau departemen yang memiliki
hierarki yang sama dalam organisasi. Misalnya konflik antar tenaga
kependidikan.
6) Pengertian konflik
1. Personality conflict yaitu konflik antar personal yang didorong oleh ketidak
senangan atau ketidak cocokan pribadi.
2. Value conflict adalah konflik karena perbedaan pandangan atas tata nilai
tertentu.
3. Intergroup conflict merupakan pertentangan antar kelompok kerja, team dan
departemen.
4. Cross-Cultural conflict merupakan pertentangan yang terjadi antar budaya
yang berbeda.
Beberapa jenis koflik mendorong dan menunjang tercapainya tujuan
organisasi dan meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. Jenis ini
disebut functional atau constructive conflict. Sebaliknya jenis konflik yang
mengancam kepentingan organisasi dan menurunkan kinerja organisasi disebut
dysfunctional atau destructive conflict.
Functional conflict dapat distimulir, dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
manajemen untuk mempercepat proses pencapaian sasaran organisasi,
sementara dysfunctional conflict perlu dikendalikan untuk meminimumkan
dampak negatifnya, kalau perlu melalui proses negosiasi.
Kreitner dan Kinicki (2001) dalam Nawawi (2007) mengemukakan bahwa
menstimulasi functional conflict dapat dilakukan dengan menggunakan
“Programmed Conflict”, yaitu proses penyelesaian konflik dengan cara
mengangkat perbedaan-perbedaan pendapat atau pandangan dengan
mengabaikan perasaan pribadi, melalui keikut sertaan dan masukan-masukan
baik dari pihak yang mempertahankan gagasan maupun yang mengkritik
gagasan berdasarkan fakta-fakta yang relevan dan mengesampingkan
pandangan pribadi atau kepentingan politis.
7) Penyebab konflik
Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan
tanpa sumber penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi
sangat bervariasi tergantung pada cara individu-individu menafsirkan,
mempersepsi, dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerjanya.
Sumber-sumber konflik organisasi menurut pandangan Feldman, D.C.
dan Arnold, H.J. (1983: 513) menyatakan bahwa, konflik pada umumnya
8) Manajemen konflik
kegiatan lambat karena tingkat konflik terlalu rendah, (ii) pengurangan atau
penekanan konflik bila terlalu tinggi atau menurunkan produktivitas, dan (iii)
penyelesaian konflik.
1. Metode Stimulasi Konflik
Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih
baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi di mana
konflik terlalu rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan
menjadi pasif.
Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan
orang-orang bekerja lebih baik menjadi diabaikan; para anggota kelompok
saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan kerja.
Manajer dari kelompok seperti ini perlu merangsang timbulnya persaingan
dan konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan.
Metode stimulasi konflik meliputi: (i) pemasukan atau penempatan orang
luar ke dalam kelompok, (ii) penyusunan kembali organisasi, (iii) penawaran
bonus, pembayaran insentif dan pengghargaan untuk mendorong
persaingan, (iv) pemilihan manajer manajer yang tepat, dan (v) perlakuan
yang berbeda dengan kebiasaan.
2. Metode Pengurangan Konflik
Manajer umumnya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada
stimulasi konflik. Metoda pengurangan konflik menekan terjadinya
antagonisme yang ditimbulkan oleh konflik.
Oleh karena itu dengan mengelola tingkat konflik melalui pendinginan
suasana tetapi tidak menangani masalaha-masalah yang semula
menimbulkan konflik.
Dua metode dapat digunakan untuk mengurangi konflik. Pendekatan
yang pertama adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan
dengan tujuan yang lebih bisa diterima kedua kelompok. Pendekatan yang
kedua adalah dengan mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan
untuk menghadapi ancaman atau musuh yang sama.
3. Metode Penyelesaian Konflik
Terdapat tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu
dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif.
dinamika kehidupan berorganisasi dalam bentuk, jenis dan ukuran apapun tak
akan terjadi tanpa adanya konflik.
Seseorang perlu mempersepsi konflik sebagai realita yang tidak perlu
dihindari apalagi ditakuti sehingga bisa membuat kehidupan organisasi menjadi
stagnan. Sebaliknya konflik harus diterima sebagai “mesin” dinamika organisasi
yang harus dikelola secara cerdas. Karena dalam kenyataannya, konflik tidak
selamanya bersifat destruktif.
Mengelola konflik merupakan salah satu kunci utama dalam meraih
“performance” yang optimal dalam setiap organisasi. Namun sering dalam
praktek persepsi demikian tampaknya masih timpang. Selama ini orgaisasi
tanpa konflik selalu dipersepsi sebagai kondisi ideal, harmonis, dan pantas di-
”benchmark”.
Jarang sekali Seseorang memandang konflik sebagai “vitamin” kehidupan
organisasi, tapi justru sebagai virus pembawa “penyakit”. Padahal bila konflik
dikelola secara cerdas akan sangat dekat korelasinya dengan kehidupan
organisasi yang dinamis dan efektif. Bagaimana mungkin organisasi hidup tanpa
konflik mengalami dinamika yang membangun.
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka
harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat dikelola
dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif
dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara
hidup.
b. Latihan 5
c. Rangkuman
d. Tes Formatif 5
1. Komplain merupakan bagian dari bentuk “komunikasi”. Sebuah informasi
tentang ketidaksesuaian yang dirasakan pihak kedua yang menerima
sebuah jasa atau produk.
2. Komplain sesungguhnya juga merupakan sebuah komunikasi aktif yang
dapat menjurus ke dalam sebuah keluhan pelanggan.
3. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat
disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba seperti kemajuan
teknologi baru, serta berbagai macam kepribadian individu.
4. Konflik dapat membantu memberikan saluran baru untuk komunikasi dan
semangat baru pada staf.
5. Konflik yang mengarah pada kondisi destruktif dapat berdampak pada
resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh.
6. Konflik Menghindari-menghindari merupakan suatu konflik dimana
seseorang harus memilih antara dua macam alternatif positif.
7. Konflik antar individu (interpersonal conflict) selalu bersifat emosional.
8. Konflik antar anggota dalam satu kelompok dapat mengalami konflik
substantif atau efektif.
9. Konflik subtantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang
berbeda
10. Konflik efektif terjadi karena tanggapan yang arif terhadap suatu situasi
tertentu.
Soal pilihan ganda:
11. Konflik vertikal antara:
a. Pimpinan dengan pimpinan
b. Pimpinan dengan bawahan
c. Bawahan dengan bawahan
d. Manajer dengan manajer
12. Konflik merupakan hal-hal berikut ini, kecuali:
a. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat
b. Perbedaan cara pandangan diantara beberapa orang, kelompok atau
organisasi.
c. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua
kelompok, yang memiliki tujuan dan pandanganan berbeda,
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu melakukan negosiasi
dan lobby
1) Pendahuluan
Sedangkan lobi sebenarnya adalah suatu tempat atau ruangan yang biasanya
berada di bagian paling depan dari sebuah bangunan, gedung atau perkantoran,
atau ruang tamu bagi sebuah rumah tinggal, yaitu suatu ruangan khusus yang
diperuntukkan bagi para tamu, agar dengan leluasa dapat digunakan untuk
ngobrol, berdiskusi, atau bernegosiasi.
Tetapi dengan sering berhasilnya negosiasi yang dilakukan di lobi,
mungkin karena sifatnya yang lebih informal, santai dan akrab, maka kata lobi
lebih sering digunakan untuk menggambarkan proses menuju kesepahaman
daripada kata negosiasi itu sendiri, meskipun akhir-akhir ini negosiasi dapat
dilakukan dimana saja, di restoran, caffetaria, club, pool, lapangan golf, sirkuit,
dll.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata negosiasi diartikan sebagai
proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima
guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau
organisasi) dengan pihak lain.
Akan tetapi, pada masa sekarang ini, banyak orang yang
menginterpretasikan negosiasi sebagai suatu kemampuan (skill) untuk membujuk
orang lain supaya orang lain tersebut berkenan untuk menerima cara pandangan
Seseorang.
Oleh karena itu, bilamana seseorang dikatakan sebagai ”negosiator yang
baik”, hal tersebut umumnya berarti orang tersebut mendapatkan kesepakatan
yang terbaik dari sebuah perundingan.
Setiap negosiasi, (apakah itu melibatkan penentuan harga jual/beli pada
sebuah produk atau jasa, persetujuan atas penawaran kerja, atau dalam bentuk
yang sederhana adalah menentukan waktu tidur untuk anak-anak) akan selalu
berakhir dengan salah satu dari keempat kemungkinan berikut :
• Lose/lose; di mana tidak ada satu pihak pun yang berhasil mencapai
tujuannya
• Lose/win atau sebaliknya; di mana satu pihak berhasil mencapai tujuannya
sedangkan yang lainnya tidak
• Tanpa hasil; di mana tidak ada satu pihak pun yang menang atau kalah.
• Win/win; di mana tujuan dari kedua pihak berhasil tercapai melalui
kesepakatan
Negosiasi dalam proses advokasi memiliki dua bentuk: formal dan informal.
Bentuk formal biasa disebut negosiasi, sedangkan bentuk informal sebagai
lobby. Yang perlu dicatat adalah, proses lobby tidak mengikat waktu dan tempat,
dan bisa dilakukan terus menerus dalam waktu panjang.
Proses lobby, memerlukan kemampuan komunikasi interpersonal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan negosiasi. Kemampuan interpersonal ini
dipakai untuk mengolah proses pertukaran kepentingan dalam situasi yang
nyaman dan bersahabat. Dalam permainan, proses lobby seharusnya bisa terjadi
saat masa tunggu sebelum bertemu.
Fasilitator tidak boleh secara terang-terangan mendorong agar proses
lobby bisa terjadi. Biarkan proses berjalan alami, sekalipun ternyata tidak terjadi
lobby, ini justru akan menjadi bahan diskusi bersama.
2) Tahap-tahap melobi
3) Elemen-elemen melobi
pihak-pihak yang menjadi sasaran atau target lobbying yang selanjutnya secara
berantai diharapkan memberikan dampak positif pula bagi pencapaian tujuan
Seseorang.
Jadi sebenarnya lobbying mempengaruhi target yang dilobi agar
mempunyai sikap yang positif.
Seringkali dalam lobbying tersimpan juga unsur negosiasi atau lobbying
berperan sebagai langkah awal dari negosiasi. Kekuatan negosiasi terletak pada
fokusnya, yaitu yang bertumpu pada pencapaian kesepakatan yang saling
menguntungkan.
Kekuatan inti negosiator ulung adalah kemampuannya untuk memotivasi
pihak lain atau yang diajak berunding untuk menerima tujuan negosiasi.
Ketrampilan bernegosiasi terletak pada kemampuan untuk memunculkan
kekuatan persuasi atau faktor intellectual nonaggressiveness yang melekat dan
menolak adanya pemanfaatan crude power.
Kenyataannya, tidak mudah untuk menciptakan suasana win-win yang
menuju pada kesepakatan bersama. Untuk mendukung terciptanya kondisi win-
win seorang negosiator tidak boleh hanya berfokus pada kepentingan sendiri,
tetapi juga fokus pada kepentingan pihak lain yang menjadi lawan runding.
Dalam menghadapi era globalisasi, semakin meningkat kemungkinan
untuk bernegosiasi dengan berbagai pihak dari berbagai penjuru dunia. Dalam
hal ini upaya menciptakan situasi win-win menjadi semakin kompleks, terutama
karena latar belakang budaya dan kebiasaan yang berbeda.
Kegagalan negosiasi dalam konteks internasional yang seringkali muncul
adalah ketidakmampuan negosiator untuk menghidupkan suasana win-win serta
kelalaiannya dalam mengelola “gap” budaya yang ada. Di samping itu, bahasa
yang rumit mempengaruhi penerimaan informasi dan pembentukan persepsi
pihak lawan runding.
Untuk mendukung terciptanya negosiasi efektif, terdapat empat faktor
budaya yang harus diperhatikan. Keempat faktor ini mempengaruhi negosiasi di
mana saja dan karenanya perlu dijadikan pedoman dalam mempersiapkan
negosiasi antar-budaya. Keempat faktor tersebut meliputi:
1. identifikasi pemanfaatan waktu,
2. individualisme versus kekuatan kelompok,
3. pola komunikasi, dan derajat kepentingan formalitas, dan
4) Karakteristik negosiasi
Karakteristik negosiasi
• senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan organisasi
atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
• memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang
terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
• menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar
(bargain) maupun tukar menukar (barter);
• hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
• negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan Seseorang inginkan terjadi;
• ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat
untuk tidak sepakat.
Langkah-langkah bernegosiasi
1. Persiapan, langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah
persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi
negosiasi yang akan Seseorang lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa
percaya diri yang Seseorang butuhkan dalam melakukan negosiasi.
o Menentukan secara jelas apa yang ingin Seseorang capai dalam
negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga Seseorang bisa
membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur,
Seseorang tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar
atau berkompromi dengan pihak lainnya.
o Kesiapan mental Seseorang. Usahakan Seseorang dalam kondisi relaks
dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan
relaksasi. Bagi Seseorang yang menguasai teknik pemrograman
kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) Seseorang dapat
melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar Seseorang,
sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, Seseorang
menjadi lebih siap dan percaya diri.
2. Pembukaan, Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang Seseorang
bayangkan. Seseorang harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana
yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah
negosiasi dengan baik dan benar, Seseorang perlu memiliki rasa percaya
diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan Seseorang melakukan negosiasi.
o Ada tiga sikap yang perlu Seseorang kembangkan dalam mengawali
negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-
plan), dan firm (teguh dalam pendirian).
o Senyum juga salah satu hal yang Seseorang perlukan dalam mengawali
sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan
nyaman dan terbuka bagi kedua pihak.
o Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi :
Jangan memegang apa pun di tangan kanan Seseorang ketika
memasuki ruangan negosiasi;
Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran
pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli
(Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal
Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli
dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price
pada sisi pembeli.
Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam
wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic
Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika
terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer
Zone.
5. Membangun Kesepakatan, babak terakhir dalam proses negosiasi adalah
membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai
kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda
bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak
memiliki komitmen untuk melaksanakannya.
Yang perlu Seseorang ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah
tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak
tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus
dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga
Seseorang tidak bertepuk sebelah tangan.
Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi Seseorang
memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang
disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti
membuang waktu dan energi Seseorang.
Strategi Negosiasi yg efektif:
1. Scripting / membuat suatu naskah
Salah satu cara yang terbaik pada waktu Seseorang berada pada tahap
persiapan untuk melakukan negosiasi. Dimana pada tahap persiapan
Seseorang harus mengetahui tujuan-tujuan negosiasi, batasan-batasan
negosiasi.
2. Framing / membuat suatu kerangka
4. Seseorang tidak pernah tahu apa yang pihak lawan lakukan, atau bagaimana
Seseorang menjawabnya. Tetap santai, lentur, optimistik dan percaya diri
suatu waktu akan ada titik temu.
8) Contoh kasus
Berikut contoh kasus yang diambil dari Nawawi (2007), di mana sebuah
organisasi pendidikan (dalam contoh kasus ini disebut Organisasi X) dalam
jangka waktu dua puluh lima tahun telah berkembang dengan pesat; saat ini
memiliki tiga institusi pendidikan tinggi, seSeseorangr dua puluh tiga ribu
mahasiswa aktif, lebih dari seribu orang dosen dan seSeseorangr tuiuh ratus
karyawan dengan lima lokasi kampus di berbagai tempat starategis di pusat kota
Jakarta. Didorong oleh konflik pribadi dengan pemilik organisasi, ketidak puasan
terhadap beberapa kebijakan kepegawaian dan didukung oleh sebuah partai
politik tertentu yang berniat menanamkan pengaruh dalam ketiga perguruan
Organisasi X
SP- A SP- B
Gambar.
Keterkaitan Para Pihak Negosiasi
MEDIATOR
4. 1. 2. 3.
SP – A ORGANISASI X SP – B
Keterangan :
PEMBAHASAN
Organisasi X
Selama seSeseorangr 20 tahun sejak berdirinya Organisasi “X” jarang
mengalami konflik internal. Secara teoritis ini pertanda apatisme dan kurangnya
kreativitas personil di dalam organisasi ini. Fenomena yang muncul sebagai
akibat dari kondisi ini antara lain :
Kurangnya dorongan untuk merubah model manajemen tradisional dengan
pola sentralisasi kekuasaaan pada satu orang, ke model manajemen modern
yang berorientasi kepada desentralisasi dan berfokus kepada strategi.
Karyawan kurang diajak terlibat dalam proses penetapan kebijakan
organisasi; tidak ada rangsangan kreativitas karyawan, bahkan mengarah
kepada apatisme.
Banyak kelemahan dari peraturan-peraturan organisasi, terutama yang
menyangkut peraturan kepegawaian : kurang kandungan motivasi kerja,
kurang jelasnya jenjang karir, kurang menjamin rasa keadilan, kurang
berkembangnya kemitraan karyawan terhadap organisasi.
Manajemen organisasi kurang terlatih mengatasi konflik internal, yang jelas
telihat saat muncul konflik dengan SP–A.
Serikat Pekerja A
SP–A lahir karena beberapa sebab yag merupakan pemicu konflik :
Adanya ketidak senangan atau ketidak cocokan pribadi antara sekelompok
pendiri Serikat Pekerja dengan pemilik Organisasi X (personality conflict).
Adanya perbedaan pandanganann dengan Organisasi X atas tata nilai
tertentu, misalnya tentang masalah penggajian, jenjang karir, keadilan,
kesenjangan social (value conflict).
Adanya dorongan dari pihak luar (partai politik tertentu) yang ingin
menanamkan pengaruhnya ke dalam organisasi X (intra group conflict).
Serikat Pekerja B
Serikat Pekerja B (SP–B) lahir sebagai ekses dari dysfunctional atau
destructive conflict antara SP–A dengan pihak organisasi (perpecahan antar
karyawan, was-was, curiga,ketidakpastian masa depan dan turunnya
produktivitas). Beberapa karyawan senior yang prihatin atas ekses dari
destructive conflict tersebut mendirikan SP–B dengan tujuan : memulihkan
iklim kerja yang kondusif untuk meningkatkan produktivitas dan
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan karyawan. Strategi yang
diterapkan dalam langkah-langkahnya adalah : merangkul SP–A dan berjalan
seiring dengan Organisasi X dengan prinsip rasional, persuasive dan
kooperatif.
Intergrative negotiation (win-win strategy) dari SP–B ditanggapi dengan
distributive negotiation (win-lose thinking) oleh SP–A. Secara institusional SP–
B tidak berhasil merangkul SP–A untuk bekerja sama, namun secara
individual banyak anggota SP–A yang kemudian bergabung ke SP–B.
Tujuan yang pararel dengan tujuan Organisasi X dan strategi pencapaian
tujuan yang konstruktif, sementara Organisasi X sudah belajar dari
pengalaman dysfunctional conflict dengan SP–A, menyebabkan Organisasi X
menyambut positif kehadiran SP–B dan menganggap konflik Organisasi X –
SP–B adalah functional conflict dan bersedia melaksanakan integrative
negotiation dengan dasar win-win solution.
b. Latihan 6
c. Rangkuman
1. Negosiasi adalah sesuatu yang Seseorang lakukan setiap saat tanpa
Seseorang sadari dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan Seseorang
dan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi dan
menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
2. Negosiasi juga merupakan sebuah proses dimana dua atau lebih orang atau
kelompok bersama-sama memberikan perhatian pada minat untuk
mendapatkan sebuah kesepakatan yang akan saling menguntungkan
(menguntungkan kedua belah pihak).
3. Negosiasi merupakan cara yang lebih baik dalam mencari solusi dibanding
dengan sebuah pengadilan ataupun kekerasan. Untuk mendapatkan solusi
terbaik, negosiasi dilakukan dengan menjalin hubungan yang baik dan
dengan professional.
4. Lobi adalah suatu tempat atau ruangan yang biasanya berada di bagian
paling depan dari sebuah bangunan, gedung atau perkantoran, atau ruang
tamu bagi sebuah rumah tinggal, yaitu suatu ruangan khusus yang
diperuntukkan bagi para tamu, agar dengan leluasa dapat digunakan untuk
ngobrol, berdiskusi, atau bernegosiasi.
5. Lobi lebih sering digunakan untuk menggambarkan proses menuju
kesepahaman daripada kata negosiasi itu sendiri, meskipun akhir-akhir ini
negosiasi dapat dilakukan dimana saja, di restoran, caffetaria, club, pool,
lapangan golf, sirkuit.
6. Kata negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar dengan jalan
berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain.
d. Tes Formatif 6
1. Negosiasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi
perbedaan kepentingan.
2. Negosiasi juga merupakan proses dimana dua atau lebih orang atau
kelompok bersama-sama memberikan perhatian pada minat untuk
mendapatkan sebuah kesepakatan yang menguntungkan sebagian pihak.
3. Negosiasi merupakan cara yang lebih baik dalam mencari solusi dibanding
dengan solusi melaluii pengadilan ataupun kekerasan.
4. Negosiasi yang tidak efektif dalam organisasi akan berdampak pada
timbulnya suatu konflik yang menyebabkan hubungan menjadi kurang baik.
5. Lobi adalah suatu ruangan khusus yang diperuntukkan bagi para tamu,
agar dengan leluasa dapat digunakan untuk ngobrol, berdiskusi, atau
bernegosiasi.
6. Lobi ternyata sangat jarang digunakan untuk menggambarkan proses
menuju kesepahaman dibanding dengan negosiasi.
7. Pada masa sekarang ini, banyak orang yang menginterpretasikan
negosiasi sebagai suatu kemampuan (skill) untuk membujuk orang lain
dapat bersepakat.
8. Negosiasi memiliki dua bentuk, yaitu yang berbentuk formal yang biasa
disebut bersepakat, dan yang berbentuk informal yang biasa disebut
sebagai lobby.
9. Proses lobby mengikat waktu dan tempat, dan bisa dilakukan terus
menerus dalam waktu panjang
10. Proses lobby dan negosiasi sama-sama memerlukan kemampuan
komunikasi interpersonal yang tinggi.
Soal Pilihan Ganda
11. Berikut adalah tahap-tahap melobi, kecuali:
a. Melakukan survey
b. Mengumpulkan dan menganalisa informasi.
TEKNIK PRESENTASI
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu melakukan presentasi
dengan baik
1) Pendahuluan
Hal terpenting pada saat menyajikan suatu presentasi adalah bahwa mampu
melakukan fokus pada presentasi dengan baik, tanpa melupakan etika dan kiat
melakukan presentasi seperti yang sudah diuraikan pada penjelasan
sebelumnya.
Pada saat penutupan presentasi, tepatnya setelah selesai memberikan informasi
dialogis (uraian panjang lebar tentang materi presentasi), maka kemudian
lazimnya presentasi tersebut masuk pada bagian terpenting yaitu sesi diskusi
dan tanya jawab.
• Layaknya sebuah presentasi, justru harus memberi porsi lebih besar pada
sesi diskusi dan tanya jawab ini, karena justru disinilah dapat menakar
keterlibatan pendengar pada presentasi, sekaligus kesempatan untuk
memperkaya hasil akhir presentasi.
• Menjelang akhir presentasi perlambatlah bicara dan rangkumkan dengan
rinci serta jelas, dengan mengulangi lagi pokok bahasan.
• Akhirilah presentasi dengan suatu penutup yang menggigit, sambil tetap
memperlihatkan sikap yang hangat dan bersahabat.
• Usahakanlah untuk tersenyum dan berilah kesempatan pendengar untuk
bertanya.
Ketika pertanyaan menyangkut presentasi diajukan, dengarkanlah dengan
seksama. Jawablah semua pertanyaan dengan jujur, tulus, langsung dan dengan
niat membantu. Dengan demikian sesi tanya jawab ini akan menjadi pengalaman
yang menyenangkan, bermanfaat dan memperkaya masing-masing pihak.
Beberapa etika dalam sesi tanya jawab diskusi :
• menjawab pertanyaan dengan jujur. Jika tidak tahu jawabannya, katakanlah
apa adanya. Katakan bahwa akan sedapat mungkin mencari tahu
jawabannya dan kelak memberitahukannya pada penanya.
• Tidak bersikap menyepelekan seorang penanya sekalipun jelas bahwa ia
menangkap poin yang ajukan secara kurang tepat.
• Mengulangi lagi atau bahkan mungkin memperjelas pertanyaan yang
diajukan oleh pendengar kepada pendengar yang lain karena belum tentu
semua anggota pendengar bisa mendengar pertanyaan yang diajukan.
• Jawablah pertanyaan yang menyangkut statistik dalam kata-kata, jangan
gunakan angka lagi untuk menjawabnya.
Cara melakukan presentasi yang baik, terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Energi dan penuh semangat
2. Kontak mata dengan pendengar
3. Berbicara dengan jelas dan cukup keras
4. Sesekali bergerak saat berbicara
5. Menggunakan anekdot dan humor yang sesuai
6. Mengenakan pakaian yang serasi
7. Argumen-argumen terstruktur dengan baik
8. Slide dapat dibaca
9. Tipe slide bervariasi
10. Tidak lebih dari 1 slide per menit
11. Variasi teknologi lain, misalnya video
12. Selesai tepat waktu dan sediakan waktu untuk Tanya jawab
Seseorang. Hal ini penting karena sebuah presentasi pada dasarnya adalah
penyajian kepada orang lain.
Apabila pendengar telah dapat dikenali, maka akan lebih menentukan
pendekatan yang akan digunakan dalam presentasi.
3. Buat kerangka penyampaian presentasi
Dalam pembuatan kerangka penyampaian presentasi dirancang agar dapat
tersesuan atas pembuka, isi, dan penutup.
Pembuka berisi gambaran awal topik yang akan dipresentasikan dan apa
tujuan yang diharapkan.
Isi menjelaskan struktur materi yang Seseorang sampaikan mulai dari latar
belakang, persoalan dan solusi yang Seseorang tawarkan.
Penutup berisi kesimpulan dari topik yang dibawakan serta ajakan kepada
pendengar untuk melakukan sesuatu apakah menyetujui ide Seseorang,
membeli produk Seseorang atau memahami lebih baik suatu topik yang
Seseorang sajikan.
Dalam menyusun kerangka ini, Seseorang dapat membuat mind mapping
untuk menggambarkan pokok-pokok pikiran yang penting atau keyword dari hal-
hal yang akan Seseorang jelaskan dalam presentasi. Membuat mind mapping ini
juga akan memudahkan Seseorang melihat gambaran lengkap dari presentasi
dan poin-poin penting yang harus disampaikan agar dimengerti dan diterima
dengan baik oleh pendengar.
Dua hal yang paling penting dalam membuat kerangka ini adalah bagian
pembuka dan penutup. Ini adalah bagian yang paling diingat oleh pendengar dan
merupakan kesempatan terbaik Seseorang untuk mendapatkan perhatian
mereka.
Untuk bagian pembuka, jika perlu hapalkan bagian pembukaan yang
Seseorang persiapkan berupa pernyataan, kutipan, pertanyaan, kisah atau
bahkan sebuah humor. Pembukaan yang baik dan lancar akan menciptakan rasa
percaya diri untuk kelanjutan presentasi.
Adapun untuk bagian penutup, merupakan intisari dari seluruh presentasi
Seseorang dan kesempatan untuk memberikan kesimpulan yang akan diingat
terus oleh pendengar setelah mereka keluar dari ruangan. Persiapkan dengan
baik bagian ini dan Seseorang tinggal selangkah lagi dalam memberikan
presentasi yang meyakinkan.
6. Tetap tenang
Hal merupakan bagian yang penting. Banyak orang sudah gugup ketika salam
pembuka baru diucapkan. Jika ini terjadi maka konsentrasi menjadi terpecah.
Kondisi yang tenang akan membantu Seseorang untuk memberikan presentasi
dengan tenang dan meyakinkan.
Kondisi tenang akan membantu Seseorang mengingat kembali apa-apa
yang telah dilatih dan dihapal. Selain itu, jika Seseorang lupa akan sesuatu yang
penting untuk disampaikan, Seseorang perlu tetap tenang, sehingga pendengar
tidak merasakan ada sesuatu yang hilang dari apa yang disampaikan.
Banyak orang gugup ketika sudah mulai berbicara. Jangan panik, rasa
gugup dalam takaran yang wajar merupakan hal yang normal terjadi, bahkan
pembicara publik terhebat sekalipun merasakan hal itu.
Manfaatkan rasa gugup tadi sebagai energi membuat diri fokus pada
presentasi yang akan disampaikan.
Untuk mengurangi rasa gugup dan menggantinya dengan perasaan
tenang maka tutup mata sejenak, tarik nafas dalam-dalam dan lepaskan kembali
secara perlahan.
Lakukan beberapa kali agar terasa kesegaran kembali, dan jangan lupa
berdoa kepada Tuhan agar dimudahkan dalam berbicara dan menjelaskan
sesuatu kepada pendengar.
4) Simulasi presentasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya meniru. Simulasi adalah
suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affaire) atau
proses.
Sebelum berpresentasi, ada baiknya melakukan simulasi presentasinya
terlebih dahulu. Jika memungkinkan undang rekan-rekan sejawat pada saat
simulasi dan mintalah pendapat mereka dengan jujur, tentang penampilan pada
saat presentasi. Tidak ada salahnya jika terus mengulang agar memperoleh
kesempurnaan.
1. Objek
Objek adalah bagian (komponen) terkecil dari suatu sistem yang mempunyai
volume sehingga memerlukan lokasi dan mempunyai karakteristik tertentu,
berupa data dan metode (method) sebagai kumpulan operasi tertentu (function
dan procedure), yang membedakan antara tipe objek satu dengan yang lainnya.
2. Sistem
Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan objek yang tergabung menjadi satu
yang mempunyai beberapa bentuk aksi dan interaksi atau interdependensi yang
teratur dalam mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian sistem terjadi karena sistem tersebut mempunyai tujuan
tertentu. Aksi dalam sistem diberikan oleh objek sementara yang datang dan
masuk ke dalam sistem karena membutuhkan interaksi objek permanennya.
Aksi dan interaksi ini mencerminkan adanya interdependensi antara
kedua objek tersebut. Sedangkan tujuan sistem adalah menunjukkan fungsinya
di dalam suatu sistem lain yang lebih besar.
3. Model
Sebuah model dibentuk dan dibentuk dan didefinisikan berdasarkan pada
sekumpulan informasi mengenai suatu sistem yang ditujukan untuk mempelajari
keberadaan sistem tersebut.
Model bukan hanya merupakan pengganti dari sistem, melainkan juga
merupakan penyederhanaan dari sistem. Karena sifat informasi yang hendak
dikumpulkan tergantung pada maksud penelitiannya terhadap suatu sisteem,
maka tidak ada model yang tunggal untuk suatu sitem tertentu.
Maksudnya model yang berbeda dari suatu sistem yang sama, mungkin
dibuat oleh sistem analis yang berbeda, yang masing-masing tertarik pada aspek
yang berbeda-beda pula.
Dapat pula terjadi model yang berbeda dibuat oleh sistem analis yang
sama, jika pengertian dan tujuan analisa tentang sistem itu berubah.
4. Simulasi
Simulasi adalah suatu teknik numerik untuk melakukan percobaan-percobaan
pada suatu komputer digital, yang melibatkan bentuk-bentuk fungsi matematika
dan logika tertentu untuk menjelaskan tingkah laku dan struktur suatu sistem
nyata yang kompleks.
Simulasi dapat digunakan untuk merancang, menganalisa dan menilai suatu
sistem.
b. Latihan 7
c. Rangkuman
d. Tes Formatif 7
11. Cara melakukan presentasi yang baik adalah sebagai berikut, kecuali:
a. Energik dan penuh semangat
b. Menggunakan anekdot, humor-humor dan diselipkan kata-kata
hiperbolis
c. Sesekali bergerak saat berbicara
d. Kontak mata dengan pendengar
12. Komponen-komponen dari presentasi yang baik terdiri dari hal-hal berikut ini,
kecuali:
a. Pembuka
b. Pendahuluan
c. Isi presentasi
d. Ringkasan
13 Hal-hal berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan pendahuluan dari
presentasi yang baik, kecuali:
a. Bagaimana cara Seseorang membina hubungan dengan pendengar?
b. Bagaimana cara Seseorang menangkap perhatian pendengar? Akankah
Seseorang menggunakan kutipan, gambar, fakta atau kisah?
c. Apa maksud presentasi Seseorang dan bagaimana Seseorang akan
menyatakannya dengan jelas di awal pembicaraan sehingga pendengar
tahu apa yang akan disampaikan pada mereka?
d. Bagaimana persiapan infrastruktur presentasi?
14 Hal-hal berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi
presentasi dari suatu presentasi yang baik, kecuali:
a. Apakah urutan logis untuk topik yang ingin Seseorang cakup dan
dapatkah Seseorang membuat alur atau cerita untuk membantu
pendengar memahami arah presentasi Seseorang?
b. Apa 3-5 butir kunci yang ingin Seseorang sampaikan dan bagaimana cara
Seseorang menggunakan data atau ilustrasi untuk menyampaikan butir-
butir tersebut pada pendengar?
c. Bagaimana cara Seseorang meringkas butir-butir Seseorang, dan
kemudian beralih ke bagian berikutnya dari presentasi Seseorang?
d. Bagaimana cara Seseorang meringkas semua butir kunci
15 Berikut adalah komponen-komponen penyusun simulator, kecuali:
a. Objek
b. Sistem
c. Prototipe
d. Simulasi
PENUTUP
Setelah peserta diklat melakukan proses pembelajaran mulai dari
kegiatan belajar pertama sampai dengan kegiatan belajar ketujuh, maka
selanjutnya peserta diminta untuk menyelesaikan Tes Sumatif yang merupakan
gabungan tes seluruh materi kegiatan-kegiatan belajar yang telah dipelajari
sebelumnya.
Diharapkan peserta dapat mengerjakan secara baik Tes Sumatif tersebut
untuk memberikan gambaran kemampuan peserta dalam mempelajari secara
keseluruhan rangkaian materi modul ini. Apabila hasil evaluasi Tes Sumatif
secara keseluruhan menunjukkan nilai peserta sebesar minimal 67, maka
dianggap peserta sudah dapat lulus dari diklat ini dengan hasil minimal.
Kelulusan ini harus juga dikombinasikan dengan tes-tes praktek
ketrampilan komunikasi, negosiasi dan teknik presentasi sehingga dapat
melengkapi kemampuan peserta dalam diklat ini.
TEST SUMATIF
1. Di bawah ini adalah merupakan suatu informasi, kecuali
a. Fakta
b. Data
c. Opini
d. Gagasan
2. Komunikasi dengan perspektif perilaku, menurut BF. Skinner bersifat:
a. Verbal
b. Lambang
c. Fakta
d. Opini
3. Menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-
tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi
dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain, disebut sebagai:
a. Decoding
b. Encoding
c. Verbal
d. Non-verbal
4. Penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk
dikomunikasikan, disebut sebagai:
a. Decoding
b. Encoding
c. Ideation
d. Verbalisasi.
5. Berikut adalah prinsip komunikasi, kecuali:
a. Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan
b. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer
c. Komunikasi Bersifat Reversibel
d. Rangkaian Komunikasi Dipunktuasi
6. Di bawah ini termasuk komunikasi non verbal, kecuali:
a. Ekspresi wajah
b. Sentuhan
c. Isyarat tulisan
d. Postur tubuh dan gaya berjalan.
7. Di bawah ini fungsi bahasa, kecuali:
a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat
dirujuk dalam komunikasi.
b. Memberi kode komunikasi
c. Menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang
simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
d. Informasi dapat disampaikan kepada orang lain.
8. Pesan nonverbal mempunyai lima fungsi dihubungkan dengan pesan verbal,
kecuali:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal.
b. Eliminasi, yaitu menghilangkan lambang-lambang verbal.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
9. Di bawah ini alasan-alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan, kecuali:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal
ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih cepat
dibandingkan dengan pesan verbal.
d. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
10. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berikut, kecuali:
a. Perbendaharaan kata-katanya
b. Intonasi suaranya.
c. Humornya
d. Lemah-lembutnya
11. Hubungan antar manusia dalam arti luas sesungguhnya adalah proses
interaksi yang melibatkan hal-hal berikut ini, kecuali:
a. Perasaan, b. Kata yg diucapkan c. Sikap d. Kemauan.
12. Hubungan antar manusia secara luas merupakan aktivitas-aktivitas berikut ini
yang terkait dengan masalah, kecuali:
a. Menemukan b. Mengidentifikasi c. Memelihara d. Memecahkan.
13. Dalam konseling terarah (direktif), klien bersifat:.
a. Aktif b. Pasif c. Abstain d. Terlibat.
14. Konseling terarah sering disebut dengan konseling yang beraliran:
a. Humanistic b. Behavioristic c. Deterministic d. Optimistic.
15. Salah satu prinsip yang penting dalam konseling tak-terarah adalah
mengupayakan agar klien mencapai hal-hal berikut ini, kecuali:
a. Kematangan b. Produktivitas, c. Kemerdekaan d. Ketenangan.
16. Konflik vertikal terjadi antara:
a. Pimpinan dengan pimpinan
b. Pimpinan dengan bawahan
c. Bawahan dengan bawahan
d. Manajer dengan manajer
17. Konflik merupakan hal-hal berikut ini, kecuali:
a. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat
b. Perbedaan cara pandangan diantara beberapa orang, kelompok atau
organisasi.
c. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua
kelompok, yang memiliki tujuan dan pandanganan berbeda,
d. Posisi masing-masing pihak berada dalam posisi sepaham, tetapi tidak
mau kerjasama.
18. Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut, kecuali:
a. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
b. Hambatan komunikasi
c. Tekanan pimpinan
d. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
19. Terdapat beberapa bentuk manajemen konflik, kecuali yaitu:
a. Stimulasi konflik dalam satuan-satuan organisasi di mana pelaksanaan
kegiatan lambat karena tingkat konflik terlalu rendah,
b. Apa 3-5 butir kunci yang ingin Seseorang sampaikan dan bagaimana cara
Seseorang menggunakan data atau ilustrasi untuk menyampaikan butir-
butir tersebut pada pendengar?
c. Bagaimana cara Seseorang meringkas butir-butir Seseorang, dan
kemudian beralih ke bagian berikutnya dari presentasi Seseorang?
d. Bagaimana cara Seseorang meringkas semua butir kunci
KUNCI JAWABAN
I. TEST FORMATIF
KEGIATAN BELAJAR - 7
1 B 11 B
2 S 12 A
3 S 13 D
4 S 14 D
5 B 15 C
6 B
7 S
8 B
9 B
10 S
1 B 16 B
2 A 17 D
3 B 18 C
4 C 19 D
5 C 20 D
6 C 21 A
7 B 22 B
8 B 23 C
9 C 24 C
10 D 25 D
11 D 26 B
12 C 27 A
13 B 28 D
14 B 29 D
15 D 30 C
DAFTAR ISTILAH
Accomodating adalah gaya ini mengumpulkan dan mengakomodasikan
pendapat-pendapat dan kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik,
selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan
pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya, Seseorang mengungkapkan betapa jengkelnya Seseorang dengan
memukul meja.
Avoiding adalah gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk
menghindari terjadinya konflik.
Channel adalah alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk
komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.
Collaborating adalah cara dimana pihak-pihak yang saling bertentangan akan
sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja
sama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai
kepentingan pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai
(menghasilkan win-win solution).
Competing adalah kondisi dimana pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing
untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang
dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak
lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution).
Compromising adalah gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan
negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian
menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan
(lose-lose solution).
Conglomeration (mixtured type) adalah cara sampuran yang menggunakan
kelima style bersama-sama dalam penyelesaian konflik.
Cross-Cultural conflict merupakan pertentangan yang terjadi antar budaya
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sentanoe Kertonegoro. 1994. Manajemen Organisasi., Edisi I,. Jakarta : PT.
Widya Press Jakarta
2. Gede Prama. 1998. Maximizing Personal Achievement. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
3. Pandji Anoraga. 2000. Psikologi Kerja, , Oktober 1998, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
4. Helmi Manaf. September. Menangani Orang-Orang Bermasalah, Jakarta :
Majalah Manajemen,
5. Putri Rita. Februari 1999. Upaya Menciptakan Kepuasan Karyawan. Jakarta :
Majalah Manajemen
6. Dawn M. Baskerville. May 1993. How Do You Manage Conflict?. Black
Enterprise.Evert Van De Vliert (University of Groningen) and Boris
Kabanoff (University of New South Wales). March 1990. Toward
Theory-Based Measures Of Conflict Management. Academy of
Management Journal.
7. Irawati, Dwi. 2009. Manajemen Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja,
Universitas Muhamadiyah, Purworejo.
8. Laurence Prusak, Don Cohen. June 2001. How to Invest in Social Capital.
9. M. Kamil Kozan. 2002. Subcultures and Conflict Management Style.
Management International Review.
10. Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright. 2000. Human Resource
Management:Gaining a Competitive Advantage. International Edition.
Third Edition. McGraw-Hill Companies. Inc.
11. Rebecca Sisco. February 1993. What To Teach Team Leaders.
12. Richard Davis. 1998. Exploding the myths of high performance teams.
Buckingham. UK : Vanguard Consulting Ltd.
13. Kertonegoro. 2008. Teori Komunikasi-modul 10,
14. Miftah Thoha. 1996. Perilaku Organisasi.
15. Onong Uchyana Effendi. 2001. Dimensi-Dimensi Komunikasi.
16. Ronald Adler dan George Rodman. 1997. Understanding Human
Communication.
17. Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss. 1994. Human Communication.
18. Deborah Tannen. 1996. Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan
membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara).
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
19. Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi antar manusia (edisi kelima). Jakarta :
Profesional Books.
20. Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja,
dimana saja (editor Tanti Lesmana). Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
21. Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto. 1995. Globalisasi dan komunikasi. ,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
22. R. Wayne Pace, Don F. Faulos. 2002. Komunikasi Organisasi: Strategi
meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.).
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
23. Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
24. Rahmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
25. Effendy, Onong, 1994. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung :
Remaja Rosdakarya.