Anda di halaman 1dari 23

METODOLOGI PE

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PELESTARIAN CANDI

BAB III
BOROBUDUR

3.1 Pendekatan Perencanaan


Untuk penanganan pelestarian Candi Borobudur, pendekatan yang
dapat digunakan didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Pendekatan intersektoral holistik (komprehensif), yaitu:
Pendekatan perencanaan yang bertumpu pada perencanaan
yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain
serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau
nasional. Sehingga pada tahap selanjutnya didapatkan
koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
b. Pendekatan masyarakat (comunity approach), yaitu:
Pendekatan perencanaan pada masyarakat ini melalui dialog
maupun dengan daftar isian/kuesioner antara perencana dan
masyarakat maupun pihak terkait, sehingga sehingga
memungkinkan masyarakat untuk melaksanakan haknya, yakni
memberikan masukan berupa informasi, data, tanggapan, dan
saran-saran.
c. Pendekatan pengelolaan, yaitu:
Menyangkut aspek teknis operasional, aspek kelembagaan,
aspek pembiayaan, aspek pengaturan dan aspek sosial (peran
serta masyarakat), agar rencana dapat diterapkan melalui
kondisi antara instansi vertikal di daerah dan dinas otonom.
d. Perencanaan Pembangunan yang Berkelanjutan
Pendekatan perencanaan berkelanjutan (Sustainable
Development) akan mendorong perencanaan tidak hanya
berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang
semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun tetap
berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap
memanfaatkan ruang seoptimal mungkin untuk kebutuhan saat

III-1
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PELESTARIAN CANDI
BOROBUDUR
ini, namun tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin
dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip dari pendekatan ini
antara lain:
Prinsip perencanaan yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Prinsip pengelolaan aset yang tidak merusak lingkungan
tetapi tetap lestari.
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya
dukung ruang.
Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan, lingkungan
hidup dan masyarakat dengan tetap memberikan apresiasi
pada konsep konservasi lingkungan.
Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan
yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfaatan lahan
untuk budidaya.
e. Perencanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan perencanaan program yang berwawasan
lingkungan menuntut tercapainya hasil-hasil perencanaan
sarana dan prasarana lingkungan yang senantiasa berorientasi
pada kondisi lingkungan alami tidak merusak ekosistem yang
ada melalui perubahan-perubahan akibat desain yang
seminimal mungkin.

3.2 Kerangka Metodologi


Kerangka metodologi dalam menunjang rencana pelestarian Candi
Borobudur adalah sebagai berikut:

III-2
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISIS OUTPUT

Kondisi pengunjung Review Kebijakan


Wawancara Analisis Pengunjung
Observasi pendahuluan Kondisi sarana prasarana Rencana perlindungan Candi Borobudur
Rencana pemeliharaan
Rencana pengamanan
Analisis Sarana Prasarana
Rencana pengembangan Candi Borobudu
Identifikasi masalah Survey primer Kondisi Arkeologi
Rencana penataan dan pemanfaatan lahan
Kondisi Pemanfaatan lahan
Rencana tutupan lahan
Kondisi Tutupan Lahan
Manajemen pengunjung
Observasi Kondisi Sarana Prasarana
Kondisi Aksesibilitas Analisis ArkeologisManajemen penanggulangan bencana
Rumusan masalah Rencana pengembangan wisata edukasi
Kondisi Pengunjung
Rencana pembuatan Open Air Museum
Analisis Budaya sekitar kawasan
Rencana sarana dan prasarana
Rencana pemanfaatan Candi Borobudur
Pengumpulan data Indiaksi Program
Analisis Pembuatan Open Air

Wilayah Administrasi
Kondisi Fisik (topografi, klimatologi, hidrologi)
Analisis Pemanfaatan Lahan
Demografi
Survey instansi
Kondisi Sosial dan budaya Masyarakat sekitar (tradisi dan kesenian)
Kondisi Ekonomi (Mata Pencaharian dan tingkat kesejahteraan)
Kondisi kehidupan Beragama Analisis Tutupan Lahan
Kondisi Status Kepemilikan Lahan di Sekitar Candi Borobudur

Analisis Aksesibilitas
Survey sekunder
Analisis Pengembangan Wisata

Analisis Kemitraan Pengelola dg Masyarakat

Survey literatur Kebijakan terkait


Studi/artikel/jurnal terkait Analisis kebijakan terkait

Gambar 3. 1 Kerangka Metodologi Rencana Pelestarian Candi Borobudur


(Sumber : Hasil Observasi, 2013)

III-3
3.3 Metode Penentuan Sampel
Dalam melestarikan Candi Borobudur, diperlukan pendapat dari
para pengunjung dan juga persepsi masyarakat yang ada di lokasi
tersebut. Metode penentuan sampel yang dipergunakan adalah metode
purposive sampling, yang merupakan metode penentuan sampel yang
menekankan pada karakter anggota sampel karena pertimbangan yang
mendalam dan diyakini peneliti dapat mewakili karakter populasi atau
sub populasi. Jadi anggota sampel harus mewakili anggota populasi
baik atas dasar karakteristik individu, strata, kelompok, karakter ruang
maupun dimensi temporalnya (Yunus, 2009:302-303).
Penggunaan purposive sampling dalam pelestarian Candi
Borobudur bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi,
distribusi, alur, persepsi dan jumlah pengunjung. Anggota sampel ini
adalah para wisatawan domestic maupun mancanegara.
Penentuan sampel untuk mendapatkan data persepsi
masyarakat sekitar Candi Borobudur dilakukan dengan mengambil
sampel yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pelestarian.
Jumlah anggota sampel masyarakat sebanyak 30 orang.
Metode penentuan sampel yang dipergunakan untuk
mengetahui kondisi pengunjung terkait Candi Borobudur adalah
metode random sampling dimana sampel dipilih secara acak
menggunakan rumus Slovin (Setyawan, 2007:6):

Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
(persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengembilan
sampel) = 0,1 karena ukuran sampel yang diambil memiliki batas
kesalahan yang diinginkan 10%.

Pengambilan sampel untuk kuisioner dibedakan antara hari


biasa dan hari libur. Sehingga karakter pengunjung hari biasa dan hari
libur dapat diketahui.

III-4
Berikut ini merupakan perhitungan pengambilan jumlah sampel
untuk wisatawan mancanegara, dengan menggunakan ukuran sampel
jumlah pengunjung bulan September tahun 2013, maka:

n = 99,56 = 100 orang


Sehingga untuk melakukan penyebaran kuisioner pada
wisatawan mancanegara dilakukan pada 100 wisatawan mancanegara.
Bagi wisatawan domestic berdasarkan data pengunjung terakhir
bulan September tahun 2013, pengambilan sampel yang dilakukan
adalah :

n = 99,92 = 100 orang

Berdasarkan perhitungan pengambilan sampel, maka


penyebaran kuisioner dilakukan pada 100 wisatawan domestik. Namun,
mengingat jumlah wisatawan domestic hampir 5 kali dari wisatawan
mancanegara, maka dilakukan penambahan pengambilan sampel
sebanyak 200 wisatawan domestic.
Sehingga seluruh kuisioner yang disebarkan sebanyak 600
sampel pengunjung dengan rincian :
1. Wisatawan mancanegara : 100 hari libur dan 100 hari
biasa
2. Wisatawan domestic : 200 hari libur dan 200 hari
biasa

III-5
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Survei Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui perolehan data
dengan cara pengamatan fisik langsung ke lapangan (obyek studi) atau
dengan cara wawancara. Beberapa data yang dibutuhkan dalam
perencanaan ini adalah :
Kondisi Arkeologi
Kondisi Pemanfaatan Lahan
Kondisi Tutupan Lahan
Kondisi Sarana Prasarana
Kondisi Aksesibilitas
Kondisi Pengunjung
Pengumpulan data primer menggunakan beberapa metode,
antara lain :
a. Observasi lapangan. Teknik observasi lapangan yang
dilakukan berupa pengambilan gambar dari kondisi eksisting
kawasan perencanaan. Informasi yang digali berupa informasi
visual kawasan yang ada pada kawasan perencanaan.
b. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada responden atau in-depth
interview. In depth interview adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

atau orang yang diwawancarai. Metode wawancara dilakukan


untuk menggali informasi dari masyarakat untuk mengetahui
potensi kerjasama dan persepsi masyarakar sekitar kawasan
terhadap Candi Borobudur. Elemen pertanyaan yang diajukan
antara lain :
Informasi Pengelolaan Borobudur oleh Balai Konservasi

III-6
Pengelolaan Borobudur oleh Balai Konservasi (Zona I),
PT. Taman Wisata (Zona 2) dan Pemda Magelang (Zona
3)
Keaktifan Kerjasama Pengelola dengan Masyarakat
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
Peran serta masyarakat dalam Pengelolaan
Manfaat Taman Wisata Candi Borobudur bagi
Masyarakat
Bentuk Perhatian Pemda terkait Kesejahteraan
Masyarakat
Pendapat Masyarakat tentang Kerjasama Pengelola
dengan Masyarakat dalam Pelestarian Borobudur
Bentuk Kerjasama Pengelola dengan Masyarakat
Peran Pengelola dalam Kerjasama dengan Masyarakat
c. Kuisioner
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 1997: 128). Kuisioner ditujukan untuk menggali
informasi lebih dalam mengenai persepsi pengunjung Candi
Borobudur. Pengunjung Candi Borobudur yang menjadi
responden dalam pengisian kuisioner terdiri dari wisatawan
domestik dan wisatawan mancanegara. Informasi yang digali
dari pengunjung antara lain tingkat kepuasan dan tingkat
harapan pengunjung terhadap:
Keindahan candi Borobudur
Kondisi iklim dalam Candi Borobudur
Kondisi fisik Candi Borobudur
Kelengkapan fasilitas objek wisata
Kondisi jalan menuju dans ekitar Candi Borobudur
Kondisi saluran drainase sekitar Candi Borobudur

III-7
Kondisi Persampahan
Kondisi Utilitas Air Bersih
Kondisi Telepon Umum sekitar candi Borobudur
Daya tarik atraksi

3.4.2 Survei Sekunder


Pengumpulan data sekunder dalam pelestarian Candi Borobudur
akan dilakukan melalui perolehan data dengan cara studi kepustakaan
yang bersumber dari perpustakaan umum milik pemerintah daerah,
sumber data internet, instansi-instansi terkait. Adapun pengumpulan
data sekunder dapat dilakukan melalui:
1. Survey Instansi, pada kajian ini instansi yang
dituju misalnya Bappeda, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Konservasi, Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya.
2. Studi Literatur, studi literatur/kepustakaan
dilakukan dengan mencuplik isi dari literatur yang bersangkutan
dengan tema kajian ini, diantaranya berupa buku, hasil
penelitian, tugas akhir, serta artikel di internet dan media massa.
Berikut ini merupakan data sekunder yang diperlukan dalam
penyusunan Rencana Pelestarian Candi Borobudur :
Tabel 3. 1 Data Sekunder yang Diperlukan
No Jenis Data Sumber Data
1 Review master plan JICA tahun 1979 Balai Konservasi
2 Kajian Managemen Terpadu tahun 2010 Balai Konservasi
3 Kajian Kawasan Strategis Nasional Borobudur Balai Konservasi
oleh kementerian pekerjaan umum
4 Renstra Balai konservasi Balai Konservasi
5 Data Arkeologi/artefak Balai Konservasi
6 Data keterawatan Batu Balai Konservasi
7 Sejarah Candi Borobudur Balai Konservasi
8 Site Plan Eksisting Candi Borobudur Balai Konservasi
9 Tutupan Lahan Eksisting Candi Borobudur Balai Konservasi
10 RTRW Propinsi Jateng Bapeprop Jateng
11 RTRW Kabupaten Magelang Bappeda Kab.
Magelang
12 Kecamatan Dalam Angka (lokasi Candi BPS/Bappeda
Borobudur)
13 Profil Desa/Monografi Desa Sekitar Candi Kantor Desa/Kelurahan
Borobudur
16 Data Sarana Prasarana di Candi Borobudur Balai Konservasi

III-8
No Jenis Data Sumber Data
17 Data Pengunjung Balai Konservasi
Sumber : Hasil Observasi, 2013

3.5 Metode Analisa


3.5.1 Analisis Kebijakan Pemerintah Terkait Pelestarian Candi
Borobudur
Analisis ini merupakan uraian secara deskriptif mengenai
kebijakan terkait dengan pelestarian Candi Borobudur. Adapun
kebijakan yang terkait pelestarian Candi Borobudur adalah sebagai
berikut:
Kebijakan Manajemen Terpadu 2010
Review Master Plan Jica Tahun 1979
Kajian Kawasan Strategis Nasional Borobudur Oleh Kementerian
Pekerjaan Umum
Analisis deskriptif terdiri dari analisis komparatif yaitu dengan
membandingkan antara kondisi eksisting dengan tinjauan kebijakan
wilayah yang ada. Metode analisis yang digunakan adalah metode
statistika explanatory dengan menggunakan gambar, tabel, diagram
dan peta.

Menentukan masalah
(menguji dan merinci)

Memantau dan mengevaluasi hasil Me

Memaparkan dan memilih diantar berbagai alternatif M

Mengevaluasi setiap alternatif kebijakan

Gambar 3. 2 Tahapan Analisis Kebijakan

III-9
(Sumber : Patton et al,1986:26)

3.5.2 Analisa Pemanfaatan lahan


Analisa pemanfaatan lahan dalam pelestarian Candi Borobudur
menggunakan analisa pemanfaatan makro-mikro. Analisa dilakukan
dengan metode deskriptif evaluative terhadap kondisi pemanfaatan
lahan candi. Analisis pemanfaatan lahan mikro-makro dilakukan
dilandasi beberapa pertimbangan antara lain:
1. Kebijakan pemanfaatan lahan dalam pelestarian candi yang
sudah ada
2. Kecenderungan dan perkembangan pemanfaatan lahan di
candi Borobudur saat ini
3. Penyimpangan dalam rencana pemanfaatan lahan di Candi
Borobudur
Analisis lahan makro dalam usaha pelestarian dapat disesuaikan
dalam mengetahui fungsi Candi Borobudur dalam skala yang luas, hal
tersebut untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat digunakan
dalam menunjang pelestarian Candii Borobudur atau kemungkinan
timbulnya masalah yang nantinya akan dapat mempengaruhi wilayah
sekitar candi. Sedangkan analisis lahan mikro bertujuan untuk
mengetahui kondisi didalam lokasi candi yang berguna dalam
menerapkan kebijaksanaan serta rekomendasi dalam pelestarian Candi
Borobudur.

3.5.3 Analisa Tutupan Lahan


Vegetasi dalam pelestarian Candi Borobudur mengarah pada
kemampuan tanaman dalam menjaga fungsi kawasan pelestarian.
Sehingga analisa tutupan lahan bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
vegetasi terdapat pada lokasi Candi Borobudur dan menganalisa jenis
vegetasi yang sesuai untuk ditanam pada lokasi tersebut. Analisa
vegetasi dilakukan secara deskriptif evaluative melalui kondisi vegetasi
yang ada di Candi Borobudur. Hasil analisa vegetasi juga digunakan

III-10
untuk menentukan arahan vegetasi yang akan ditanam. Pemilihan jenis
tanaman yang sesuai pada umumnya dapat diuraikan sebagai:
Tabel 3.2 Pengelompokan Jenis Tanaman berdasarkan Manfaatnya
Manfaat Jenis (Ciri) Tanaman
Pengidentitas (maskot / Tanaman yang menjadi ciri khas kota,
landmark) Kota contohnya Pohon Pinang (Arenga pinnata),
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) sebagai
maskot Provinsi NTT
Melestarikan Plasma Berbagai tanaman langka bernilai tinggi,
Nutfah seperti Nam-nam (Cynometra cauliflora),
Kepel, Majegau, Jati (Tecona grandis), dan
seterusnya.
Penahan dan Penyaring Tanaman dengan daun berbulu atau
Partikel Padat di Udara permukaan yang kasar.
Mengurangi Bahaya atau Segala jenis tanaman, yaitu tanaman pada
Dampak Hujan Asam ekosistem daratan, termasuk hutan alam,
tanaman pertanian, termasuk mangrove dan
tanaman pada ekosistem lahan basah lain.
Penyerap Karbon Kacang merah (Phaseolus vulgaris).
monoksida (CO)
Penyerap Karbon dioksida Damar (Agathis alba), Kupu-kupu (Bauhinia
(CO2) dan Penghasil purpurea), Lamtoro Gung (Leucena
Oksigen (O2) leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis),
dan Beringin (Ficus benyamina).
Penahan Angin Tanaman yang memiliki dahan yang kuat,
daun tak mudah gugur oleh terpaan angin
yang berkecepatan sedang, akar pohon yang
dapat menghujam ke dalam tanah sehingga
lebih tahan terhadap hembusan angin yang
cukup kuat ketimbang tanaman berakar
menyebar di sekitar atau dekat dengan
permukaan tanah, memiliki kerapatan cukup
(50-60 persen).
Penyerap dan Penapis Bau Tanaman yang berbunga atau berdaun
harum, seperti Cempaka (Michelia
champaka), Pandan (Pandanus sp.),
kemuning (Murraya paniculata) atau tanjung
(Mimusops elengi).
Mengatasi Penggenangan Tanaman dengan penguapan relatif besar,
antara lain Nangka (Artocarpus integra),
Albazia (Paraserianthes falcataria), Acacia
vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp.,
Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona
grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea
saman), dan Lamtoro Gung (Leucena
glauca).
Ameliorasi Iklim Berpohon besar yang dapat menahan sinar
matahari dan pada malam hari sebaliknya
dapat menahan radiasi cahaya matahari
yang diserap permukaan bumi pada siang
hari.

III-11
Manfaat Jenis (Ciri) Tanaman
Pelestarian Air Tanah Tanaman dengan evapotranspirasi rendah
adalah jenis Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia), Karet (Ficus elastica), Hevea
brasiliensis, Manggis (Garcinia mangostana),
Bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea
fragans, dan Kelapa (Cocos nucifera).
Sumber : Dardak, Kemen PU 2010

Berdasarkan pengelompokan jenis vegetasi kemudian dianalisa


sesuai dengan kondisi eksisting yang ada di Candi Borobudur. Analisa
dilakukan berdasarkan jenis vegetasi eksisting, kriteria serta analisa.

Tabel 3.3 Bentuk Tabel Analisa Pengelompokan Jenis Vegetasi Candi


Borobudur
Jenis Vegetasi
No. Kriteria Analisa
Eksisting

Sumber : Hasil Observasi, 2013

3.5.4 Analisis Arkeologis


Analisis arkeologi yang dipergunakan dalam melestarikan
bangunan Candi Borobudur untuk mengetahui interpretasi benda
bersejarah. Analisa erkeologi dilakukan dengan deskriptif evaluative
terhadap kondisi arkeologi yang ada saat ini. Dalam penelitian
arkeologi, analisis dilakukan melalui 3 tahap:
a. Tahap identifikasi, tahap penentuan atribut-atribut yang
dimiliki
b. Tahap perekaman, tahap memasukkan data dalam formulir
atau strukutr database.
c. Tahap pengolahan, tahap mencari korelasi data antar artefak
atau konteks lain.
Analisis artefak dibagi menjadi 4 macam:
a. Analisis morfologi, mengindentifikasi pegangan terhadap
bentuk dan ukuran
b. Analisis tekonologi, mengidentifikasi teknik pembuatan
artefak berdasarkan bahan baku, pengolahan bahan, teknik
pengerjaan sampai dihasilkan termasuk teknik menghias

III-12
c. Analisis stalistik, mengidentifikasi aspek dekoratif, seperti:
warna, hiasan, ragam hias.
d. Analisi jejak pakai, mengkhususkan pada pengamatan
terhadap hal-hal yang menunjukkan sisa penggunaan atau
bekas pemakaian.

3.5.5 Analisis Sosial dan Budaya sekitar Candi Borobudur


Analisa kondisi sosial yang ada pada masyarakat di sekitar
Candi Borobudur dilakukan secara deskriptif. Analisa sosial digunakan
untuk mengkaji peran masyarakat sekitar Candi Borobudur terhadap
pengelolaan candi.
Melalui analisa sosial ini akan didapatkan keinginan dan
persepsi masyarakat serta harapan dari adanya Candi Borobudur.
Analisis budaya ini untuk mengetahui bagaimana ciri khas
budaya yang mampu menunjang pelestarian di kawasan Candi
Borobudur. Analisis ini dilakukan secara deskriptif. Pengaruh budaya di
sekitar kawasan terhadap pelestarian Candi Borobudur dinilai secara
kualitatif-kuantitatif berdasarkan data budaya yang ada di kawasan.
Melalui analisis budaya ini akan diketahui potensi dan
permasalahan lingkungan terutama dari sisi budaya. Pengaruh budaya
yang ada akan dioptimalkan atau dihilangkan sesuai dengan karakter
Candi Borobudur.

3.5.6 Analisis Pembuatan Open Air Museum

Open air museum memiliki berbagai cakupan kerja, yaitu


memiliki, menyediakan, memindahkan, merekontruksi dan merawat
situr dengan segala kelengkapannya yang otentik, baik berupa
kelompok atau sebagian karya arsitektural,yang menggambarkan
karakteristik cara hidup, tempat tinggal. aktivitas perkebunan,
kerajinan tangan dan lain sebagainya dari kebudayaan yang telah
hilang (Laenen, TT:127).

III-13
Open air museum memiliki beberapa prinsip utama yang harus
diperhatikan :

1. Harus berlokasi di suatu situs arkeologi.


Tujuannya adalah untuk merekonstruksu peninggalan
bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau lansekap di
ruang pameran (Laenen, TT:126).

2. Pelestarian merupakan motivasi utama


bagi open air museim (Chappel, 1999:336). Pemanfaatan
koleksi sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang berbasis
pada pelestarian koleksi.

3. Open air museum bertujuan untuk


menciptakan suatu gambaran mengenai kehidupan
masyarakat masa lalu dengan merekontruksi kembali
lingkungan dan kehidupan mereka (Laenen, TT:129).
Museum jenis ini menghidupkan kembali kehidupan
masyarakat lampau yang telah punah (Laenen,TT:129).
Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan dan
memahami kehidupan masyarakat pada saat itu
(Laenen,TT:132).

Berdasarkan prinsip tersebut, akan dikaji mengenai kesesuaian


dan bentuk pengaplikasian open air pada Candi Borobudur. Keseuaian
dan bentuk akan didasarkan pada data yang didapatkan mengenai
budaya dan arkeologi situs.

3.5.7 Analisa Pengembangan Wisata yang Sesuai dengan


Candi Borobudur
SWOT adalah metode preskriptif dengan tujuan mengetahui
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities)
dan ancaman (threat) dari masing-masing aspek yang berpengaruh
terhadap pelestarian Candi Borobudur.

III-14
Potensi merupakan faktor-faktor yang berpengaruh kuat
terhadap pengembangan suatu kawasan. Sedangkan permasalahan
adalah faktor yang berpengaruh lemah dalam mengembagkan
kawasan Candi Borobudur. Peluang merupakan situasi paling
diinginkan. Sebaliknya tantangan/ancaman merupakan situasi yang
paling tidak diinginkan.
Metode SWOT digunakan agar mempermudah dalam:
Memberikan gambaran tentang potensi dan
permasalahan yang perlu diindikasikan untuk keperluan
tertentu.
Memberikan skenario keadaan sekarang dan masa yang
akan datang, penjelasan dilakukan dengan analisis deskriptif
(strengths, weakness, opportunities, dan threats).
Masing-masing komponen pengamatan dalam analisis SWOT ini
dapat dilihat secara terpisah ataupun digabungkan dalam matriks
(2x2). Contoh matriks tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Internal Audit

S t r e n g t h s Weaknesses
Opportunies
External Environment

SO WO
Trea t hs

ST WT
Gambar 3. 3 Contoh Matriks Analisis SWOT
Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi,
antara lain:

III-15
(1)Strategi SO, yang digunakan untuk memperkuat potensi
untuk memperoleh peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal.
(2)Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang dan lingkungan
eksternal.
(3)Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang
akan terjadi dari lingkungan eksternal.
(4)Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat diri dalam usaha
untuk memperkecil kelemahan internal dan mengurangi
tantangan eksternal.

3.5.8 Analisis Pengunjung Candi Borobudur


Data yang digunakan untuk analisis ini adalah kuisioner
persepsi masyarakat terhadap kinerja suatu pelayanan berdasarkan
indikator penilaian yang telah ditetapkan. Analisa ini merupakan
analisa kuantitatif. Dalam analisis ini akan digunakan variabel X untuk
menunjukkan tingkat kinerja dan variabel Y untuk kepentingan
indikator. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja
dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan
menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pengunjung.
IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi
berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut pengunjung
sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, dan faktor-
faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena
kondisi saat ini belum memuaskan. IPA menggabungkan pengukuran
faktor tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dalam grafik dua
dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan
praktis.
Interpretasi grafik IPA sangat mudah, dimana grafik IPA dibagi
menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran

III-16
importance-performance (tingkat kepentingan-kepuasan) sebagaimana
terlihat pada Gambar

Gambar 3.4 Kuadran IPA


Penjelasan mengenai masing-masing kuadaran (Importance
Performance Analysis) IPA akan dijelaskan sebagai berikut:
Kuadran 1: Keep Up The good Work
Atribut-atribut pada kinerja pelayanan suatu tempat
dipandang penting oleh pelanggan/pengguna sebagai dasar
keputusan dengan kinerja dan kualitas pelayanan adalah
sangat baik. Kuadran ini menunjukkan faktor atau atribut
yang dianggap mempengaruhi kepuasan pengguna, termasuk
unsur-unsur jasa yang dianggap penting oleh pengguna,
namun manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan
kepentingan yang diharapkan pengguna sehingga tingkat
kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah. Variabel-
variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan.
Kuadran 2: Possible Overkill
Atribut-atribut pada kinerja pelayanan suatu tempat kurang
penting bagi pelanggan/pengguna, tetapi mempunyai kualitas
pelayanan yang baik.
Kuadran ini menunjukkan unsur pokok yang dianggap penting
oleh pengguna dan faktor-faktor yang dianggap penting oleh

III-17
pengguna telah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga
tingkat kepuasan relatif tinggi. Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan atau
bahkan terus ditingkatkan, karena semua variabel ini
menjadikan atribut tersebut unggul di mata pengguna.
Kuadran 3: Low Priority
Beberapa atribut pada pelanggan/pengguna mengalami
penurunan, karena baik tingkat kepentingan dan kualitas
pelayanan lebih rendah dari nilai rata-rata.
Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pengguna dan pada kenyataannya kualitas yang
ditampilkan tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-
variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap
manfaat yang dirasakan oleh pengguna sangat kecil.
Kuadran 4: Concentrate Here
Atribut-atribut pada kinerja pelayanan suatu tempat sangat
penting dalam keputusan pelanggan/pengguna, tetapi tidak
memiliki kualitas pelayanan yang baik.
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pengguna dan dirasakan terlalu berlebihan,
namun tingkat kepuasan yang dirasakan pengguna sangat
tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dikurangi.

3.5.9 Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang Pelestarian


Candi Borobudur
Analisa sarana dan prasarana penunjang pelestarian Candi
Borobudur dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sarana dan
prasarana penunjang pelestarian meliputi jaringan air bersih, listrik,
drainase dan sampah. Analisa sarana dan prasarana dilakukan secara
deskriptif evaluative, yaitu dengan membandingkan kondisi saat ini
dengan kondisi yang seharusnya.

III-18
Sarana dapat dibagi dalam tiga unsur pokok (Yoeti, 1992:184),
yaitu:
a. Sarana pokok, adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan
orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk dalam
kelompok ini adalah travel agent atau tour operator,
perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan jenis
akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya serta
obyek wisata dan atraksi wisata selain Candi Borobudur.
b. Sarana pelengkap adalah perusahaan-perusahaan atau
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi
yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok
kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan
para wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan
wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini seperti sarana
olahraga dan lainnya.
c. Sarana penunjang adalah perusahan yang menunjang sarana
pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya
membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah
tujuan wiasata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar
wisatawan lebih banyak ,mengeluarkan atau
memebelanjakan uangnya ditempat yang dikunjungi. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain souvenir shop dan
lain-lain.
Sarana atau fasilitas dibutuhkan untuk melayani wisatawan
selama perjalanan. Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi di
suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya.
Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan
cenderung berkembang pada saat yang asama atau sesudah atraksi
berkembang. Suatu atraksi juga dapat merupakan fasilitas. Fasilitas
wisata di Candi Borobudur dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Fasilitas Utama :

III-19
adalah fasilitas yang merupakan atraksi utama dari obyek
wisata yaitu Candi Borobudur.
2. Fasilitas Penunjang :
fasilitas yang disediakan untuk menunjang keberadaan
fasilitas utama, termasuk di dalamnya toilet dan gazebo atau
shelter.
3. Fasilitas Pelayanan :
fasilitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan
kepada wisatawan, termasuk di dalamnya fasilitas
peribadatan, area parkir dan warung-warung makanan.
4. Fasilitas Pengelolaan :
termasuk di dalamnya loket, pos informasi dan kantor
pengelola.
5. Fasilitas Pelengkap Wisata :
termasuk di dalamnya playground.

3.5.10 Analisis Aksesibilitas dalam Menunjang Pelestarian Candi


Borobudur
Pada pelestarian Candi Borobudur, analisa aksesibilitas meliputi
analisa sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi
kendaraan secara umum dapat dibagi atas 2 bagian yaitu sirkulasi
eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi eksternal yang dimaksud
adalah sirkulasi kendaraan dari atau menuju lokasi Candi Borobudur,
sedangkan sirkulasi internal adalah sirkulasi yang berada di dalam
lokasi Candi Borobudur. Analisa sirkulasi pejalan kaki meliputi sirkulasi
pejalan kaki menuju lokasi dan sirkulasi pejalan kaki di dalam lokasi
Candi Borobudur.

Analisa aksesibilitas bertujuan untuk mengetahui


tingkat kemudahan pencapaian candi dari lokasi lain. Analisis ini
menggunakan metode pengukuran tingkat kemudahan pencapaian
dengan rumus sebagai berikut:

III-20
Dimana :
Ai = Nilai aksessibilitas
K = Kondisi jalan (aspal/perkerasan/tanah)
F = Fungsi jalan (baik/sedang/buruk)
T = Kondisi jalan (baik/sedang/buruk)
d = Jarak (waktu/geografis/ongkos)
Adapun penilaian masing-masing variabel, yaitu sebagai
berikut:
Kondisi jalan
Kondisi jalan ini dilihat dari bahan pembuatan jalan yaitu
dibagi menjadi 3:
- Aspal : nilai 3
- Perkerasan : nilai 2
- Tanah : nilai 1
Fungsi jalan
Fungsi jalan ini dilihat dari apakah fungsi jalannya sudah
sesuai pada lokasi tersebut yaitu dibagi menjadi 3:
- Baik : nilai 3
- Sedang : nilai 2
- Buruk : nilai 1
Kondisi jalan
Kondisii jalan ini dilihat dari kondisi fisik dari jalan pada lokasi
tersebut yaitu dibagi menjadi 3:
- Baik : nilai 3
- Sedang : nilai 2
- Buruk : nilai 1
Jarak
Jarak ini dilihat dari ukuran waktu tempuh. Jalan disini
diklasifikasikan mejadi 3 yaitu
- 1 jam : nilai 1

III-21
- >1 - 2 jam : nilai 2
- >2 jam : nilai 3
Penilaian aksesibilitas:
- 0.33 9.22 : Rendah
- 9.23 18.12 : Sedang
- 18.13 27.02 : Tinggi

3.5.11 Analisis Kemitraan Pengelola Borobudur dengan


Masyarakat dalam Pelestarian Borobudur
Dukungan masyarakat dalam melestarikan Candi Borobudur
sebagai salah satu cagar budaya sangat diperlukan. Analisa kemitraan
ini ditujukan untuk meningkatkan peran masyarakat dan
memberdayakan masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Analisa
kemitraan dilakukan dengan analisa deskriptif kualitatif. Bentuk
kemitraan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan yang akan
dilakukan di Candi Borobudur.
Bentuk kemitraan dengan masyarakat dapat disesuaikan
dengan tujuan kemitraan tersebut dikembangkan, seperti :
1. Faktor yang akan
dikembangkan
Pola kemitraan faktor dapat berupa ketrampilan, pendidikan
dan pengetahuan, motivasi usaha, modal maupun jaringan.
2. Aktor yang berperan
Pola kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan peran
lembaga di sekitarnya dapat di stimulasi melalui UKM, LKM
maupun pendampingan.
3. Tujuan
Pola kemitraan juga dapat disesuaikan dengan tujuan
menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kawasan Candi
Borobudur , seperti mengurangi pengangguran,
meningkatkan pendapatan, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi lokal atau pemerataan pendapatan.

III-22
4. Skenario peningkatan
kegiatan
Pola kemitraan ini dapat disesuaikan dengan keinginan
bentuk perubahan dalam menunjang kegiatan pelestarian.
Bentuknya dapat berupa pendampingan usaha, pelatihan,
penguatan bisnis, penguatan modal maupun penguatan
kerja sama.

III-23

Anda mungkin juga menyukai