BAB III
BOROBUDUR
III-1
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PELESTARIAN CANDI
BOROBUDUR
ini, namun tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin
dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip dari pendekatan ini
antara lain:
Prinsip perencanaan yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Prinsip pengelolaan aset yang tidak merusak lingkungan
tetapi tetap lestari.
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya
dukung ruang.
Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan, lingkungan
hidup dan masyarakat dengan tetap memberikan apresiasi
pada konsep konservasi lingkungan.
Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan
yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfaatan lahan
untuk budidaya.
e. Perencanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan perencanaan program yang berwawasan
lingkungan menuntut tercapainya hasil-hasil perencanaan
sarana dan prasarana lingkungan yang senantiasa berorientasi
pada kondisi lingkungan alami tidak merusak ekosistem yang
ada melalui perubahan-perubahan akibat desain yang
seminimal mungkin.
III-2
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISIS OUTPUT
Wilayah Administrasi
Kondisi Fisik (topografi, klimatologi, hidrologi)
Analisis Pemanfaatan Lahan
Demografi
Survey instansi
Kondisi Sosial dan budaya Masyarakat sekitar (tradisi dan kesenian)
Kondisi Ekonomi (Mata Pencaharian dan tingkat kesejahteraan)
Kondisi kehidupan Beragama Analisis Tutupan Lahan
Kondisi Status Kepemilikan Lahan di Sekitar Candi Borobudur
Analisis Aksesibilitas
Survey sekunder
Analisis Pengembangan Wisata
III-3
3.3 Metode Penentuan Sampel
Dalam melestarikan Candi Borobudur, diperlukan pendapat dari
para pengunjung dan juga persepsi masyarakat yang ada di lokasi
tersebut. Metode penentuan sampel yang dipergunakan adalah metode
purposive sampling, yang merupakan metode penentuan sampel yang
menekankan pada karakter anggota sampel karena pertimbangan yang
mendalam dan diyakini peneliti dapat mewakili karakter populasi atau
sub populasi. Jadi anggota sampel harus mewakili anggota populasi
baik atas dasar karakteristik individu, strata, kelompok, karakter ruang
maupun dimensi temporalnya (Yunus, 2009:302-303).
Penggunaan purposive sampling dalam pelestarian Candi
Borobudur bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi,
distribusi, alur, persepsi dan jumlah pengunjung. Anggota sampel ini
adalah para wisatawan domestic maupun mancanegara.
Penentuan sampel untuk mendapatkan data persepsi
masyarakat sekitar Candi Borobudur dilakukan dengan mengambil
sampel yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pelestarian.
Jumlah anggota sampel masyarakat sebanyak 30 orang.
Metode penentuan sampel yang dipergunakan untuk
mengetahui kondisi pengunjung terkait Candi Borobudur adalah
metode random sampling dimana sampel dipilih secara acak
menggunakan rumus Slovin (Setyawan, 2007:6):
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
(persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengembilan
sampel) = 0,1 karena ukuran sampel yang diambil memiliki batas
kesalahan yang diinginkan 10%.
III-4
Berikut ini merupakan perhitungan pengambilan jumlah sampel
untuk wisatawan mancanegara, dengan menggunakan ukuran sampel
jumlah pengunjung bulan September tahun 2013, maka:
III-5
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Survei Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui perolehan data
dengan cara pengamatan fisik langsung ke lapangan (obyek studi) atau
dengan cara wawancara. Beberapa data yang dibutuhkan dalam
perencanaan ini adalah :
Kondisi Arkeologi
Kondisi Pemanfaatan Lahan
Kondisi Tutupan Lahan
Kondisi Sarana Prasarana
Kondisi Aksesibilitas
Kondisi Pengunjung
Pengumpulan data primer menggunakan beberapa metode,
antara lain :
a. Observasi lapangan. Teknik observasi lapangan yang
dilakukan berupa pengambilan gambar dari kondisi eksisting
kawasan perencanaan. Informasi yang digali berupa informasi
visual kawasan yang ada pada kawasan perencanaan.
b. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada responden atau in-depth
interview. In depth interview adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
III-6
Pengelolaan Borobudur oleh Balai Konservasi (Zona I),
PT. Taman Wisata (Zona 2) dan Pemda Magelang (Zona
3)
Keaktifan Kerjasama Pengelola dengan Masyarakat
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
Peran serta masyarakat dalam Pengelolaan
Manfaat Taman Wisata Candi Borobudur bagi
Masyarakat
Bentuk Perhatian Pemda terkait Kesejahteraan
Masyarakat
Pendapat Masyarakat tentang Kerjasama Pengelola
dengan Masyarakat dalam Pelestarian Borobudur
Bentuk Kerjasama Pengelola dengan Masyarakat
Peran Pengelola dalam Kerjasama dengan Masyarakat
c. Kuisioner
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 1997: 128). Kuisioner ditujukan untuk menggali
informasi lebih dalam mengenai persepsi pengunjung Candi
Borobudur. Pengunjung Candi Borobudur yang menjadi
responden dalam pengisian kuisioner terdiri dari wisatawan
domestik dan wisatawan mancanegara. Informasi yang digali
dari pengunjung antara lain tingkat kepuasan dan tingkat
harapan pengunjung terhadap:
Keindahan candi Borobudur
Kondisi iklim dalam Candi Borobudur
Kondisi fisik Candi Borobudur
Kelengkapan fasilitas objek wisata
Kondisi jalan menuju dans ekitar Candi Borobudur
Kondisi saluran drainase sekitar Candi Borobudur
III-7
Kondisi Persampahan
Kondisi Utilitas Air Bersih
Kondisi Telepon Umum sekitar candi Borobudur
Daya tarik atraksi
III-8
No Jenis Data Sumber Data
17 Data Pengunjung Balai Konservasi
Sumber : Hasil Observasi, 2013
Menentukan masalah
(menguji dan merinci)
III-9
(Sumber : Patton et al,1986:26)
III-10
untuk menentukan arahan vegetasi yang akan ditanam. Pemilihan jenis
tanaman yang sesuai pada umumnya dapat diuraikan sebagai:
Tabel 3.2 Pengelompokan Jenis Tanaman berdasarkan Manfaatnya
Manfaat Jenis (Ciri) Tanaman
Pengidentitas (maskot / Tanaman yang menjadi ciri khas kota,
landmark) Kota contohnya Pohon Pinang (Arenga pinnata),
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) sebagai
maskot Provinsi NTT
Melestarikan Plasma Berbagai tanaman langka bernilai tinggi,
Nutfah seperti Nam-nam (Cynometra cauliflora),
Kepel, Majegau, Jati (Tecona grandis), dan
seterusnya.
Penahan dan Penyaring Tanaman dengan daun berbulu atau
Partikel Padat di Udara permukaan yang kasar.
Mengurangi Bahaya atau Segala jenis tanaman, yaitu tanaman pada
Dampak Hujan Asam ekosistem daratan, termasuk hutan alam,
tanaman pertanian, termasuk mangrove dan
tanaman pada ekosistem lahan basah lain.
Penyerap Karbon Kacang merah (Phaseolus vulgaris).
monoksida (CO)
Penyerap Karbon dioksida Damar (Agathis alba), Kupu-kupu (Bauhinia
(CO2) dan Penghasil purpurea), Lamtoro Gung (Leucena
Oksigen (O2) leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis),
dan Beringin (Ficus benyamina).
Penahan Angin Tanaman yang memiliki dahan yang kuat,
daun tak mudah gugur oleh terpaan angin
yang berkecepatan sedang, akar pohon yang
dapat menghujam ke dalam tanah sehingga
lebih tahan terhadap hembusan angin yang
cukup kuat ketimbang tanaman berakar
menyebar di sekitar atau dekat dengan
permukaan tanah, memiliki kerapatan cukup
(50-60 persen).
Penyerap dan Penapis Bau Tanaman yang berbunga atau berdaun
harum, seperti Cempaka (Michelia
champaka), Pandan (Pandanus sp.),
kemuning (Murraya paniculata) atau tanjung
(Mimusops elengi).
Mengatasi Penggenangan Tanaman dengan penguapan relatif besar,
antara lain Nangka (Artocarpus integra),
Albazia (Paraserianthes falcataria), Acacia
vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia sp.,
Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona
grandis), Ki Hujan/Trembesi (Samanea
saman), dan Lamtoro Gung (Leucena
glauca).
Ameliorasi Iklim Berpohon besar yang dapat menahan sinar
matahari dan pada malam hari sebaliknya
dapat menahan radiasi cahaya matahari
yang diserap permukaan bumi pada siang
hari.
III-11
Manfaat Jenis (Ciri) Tanaman
Pelestarian Air Tanah Tanaman dengan evapotranspirasi rendah
adalah jenis Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia), Karet (Ficus elastica), Hevea
brasiliensis, Manggis (Garcinia mangostana),
Bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea
fragans, dan Kelapa (Cocos nucifera).
Sumber : Dardak, Kemen PU 2010
III-12
c. Analisis stalistik, mengidentifikasi aspek dekoratif, seperti:
warna, hiasan, ragam hias.
d. Analisi jejak pakai, mengkhususkan pada pengamatan
terhadap hal-hal yang menunjukkan sisa penggunaan atau
bekas pemakaian.
III-13
Open air museum memiliki beberapa prinsip utama yang harus
diperhatikan :
III-14
Potensi merupakan faktor-faktor yang berpengaruh kuat
terhadap pengembangan suatu kawasan. Sedangkan permasalahan
adalah faktor yang berpengaruh lemah dalam mengembagkan
kawasan Candi Borobudur. Peluang merupakan situasi paling
diinginkan. Sebaliknya tantangan/ancaman merupakan situasi yang
paling tidak diinginkan.
Metode SWOT digunakan agar mempermudah dalam:
Memberikan gambaran tentang potensi dan
permasalahan yang perlu diindikasikan untuk keperluan
tertentu.
Memberikan skenario keadaan sekarang dan masa yang
akan datang, penjelasan dilakukan dengan analisis deskriptif
(strengths, weakness, opportunities, dan threats).
Masing-masing komponen pengamatan dalam analisis SWOT ini
dapat dilihat secara terpisah ataupun digabungkan dalam matriks
(2x2). Contoh matriks tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Internal Audit
S t r e n g t h s Weaknesses
Opportunies
External Environment
SO WO
Trea t hs
ST WT
Gambar 3. 3 Contoh Matriks Analisis SWOT
Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi,
antara lain:
III-15
(1)Strategi SO, yang digunakan untuk memperkuat potensi
untuk memperoleh peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal.
(2)Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang dan lingkungan
eksternal.
(3)Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang
akan terjadi dari lingkungan eksternal.
(4)Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat diri dalam usaha
untuk memperkecil kelemahan internal dan mengurangi
tantangan eksternal.
III-16
importance-performance (tingkat kepentingan-kepuasan) sebagaimana
terlihat pada Gambar
III-17
pengguna telah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga
tingkat kepuasan relatif tinggi. Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan atau
bahkan terus ditingkatkan, karena semua variabel ini
menjadikan atribut tersebut unggul di mata pengguna.
Kuadran 3: Low Priority
Beberapa atribut pada pelanggan/pengguna mengalami
penurunan, karena baik tingkat kepentingan dan kualitas
pelayanan lebih rendah dari nilai rata-rata.
Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pengguna dan pada kenyataannya kualitas yang
ditampilkan tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-
variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap
manfaat yang dirasakan oleh pengguna sangat kecil.
Kuadran 4: Concentrate Here
Atribut-atribut pada kinerja pelayanan suatu tempat sangat
penting dalam keputusan pelanggan/pengguna, tetapi tidak
memiliki kualitas pelayanan yang baik.
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pengguna dan dirasakan terlalu berlebihan,
namun tingkat kepuasan yang dirasakan pengguna sangat
tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dikurangi.
III-18
Sarana dapat dibagi dalam tiga unsur pokok (Yoeti, 1992:184),
yaitu:
a. Sarana pokok, adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan
orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk dalam
kelompok ini adalah travel agent atau tour operator,
perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan jenis
akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya serta
obyek wisata dan atraksi wisata selain Candi Borobudur.
b. Sarana pelengkap adalah perusahaan-perusahaan atau
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi
yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok
kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan
para wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan
wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini seperti sarana
olahraga dan lainnya.
c. Sarana penunjang adalah perusahan yang menunjang sarana
pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya
membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah
tujuan wiasata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar
wisatawan lebih banyak ,mengeluarkan atau
memebelanjakan uangnya ditempat yang dikunjungi. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain souvenir shop dan
lain-lain.
Sarana atau fasilitas dibutuhkan untuk melayani wisatawan
selama perjalanan. Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi di
suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya.
Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan
cenderung berkembang pada saat yang asama atau sesudah atraksi
berkembang. Suatu atraksi juga dapat merupakan fasilitas. Fasilitas
wisata di Candi Borobudur dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Fasilitas Utama :
III-19
adalah fasilitas yang merupakan atraksi utama dari obyek
wisata yaitu Candi Borobudur.
2. Fasilitas Penunjang :
fasilitas yang disediakan untuk menunjang keberadaan
fasilitas utama, termasuk di dalamnya toilet dan gazebo atau
shelter.
3. Fasilitas Pelayanan :
fasilitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan
kepada wisatawan, termasuk di dalamnya fasilitas
peribadatan, area parkir dan warung-warung makanan.
4. Fasilitas Pengelolaan :
termasuk di dalamnya loket, pos informasi dan kantor
pengelola.
5. Fasilitas Pelengkap Wisata :
termasuk di dalamnya playground.
III-20
Dimana :
Ai = Nilai aksessibilitas
K = Kondisi jalan (aspal/perkerasan/tanah)
F = Fungsi jalan (baik/sedang/buruk)
T = Kondisi jalan (baik/sedang/buruk)
d = Jarak (waktu/geografis/ongkos)
Adapun penilaian masing-masing variabel, yaitu sebagai
berikut:
Kondisi jalan
Kondisi jalan ini dilihat dari bahan pembuatan jalan yaitu
dibagi menjadi 3:
- Aspal : nilai 3
- Perkerasan : nilai 2
- Tanah : nilai 1
Fungsi jalan
Fungsi jalan ini dilihat dari apakah fungsi jalannya sudah
sesuai pada lokasi tersebut yaitu dibagi menjadi 3:
- Baik : nilai 3
- Sedang : nilai 2
- Buruk : nilai 1
Kondisi jalan
Kondisii jalan ini dilihat dari kondisi fisik dari jalan pada lokasi
tersebut yaitu dibagi menjadi 3:
- Baik : nilai 3
- Sedang : nilai 2
- Buruk : nilai 1
Jarak
Jarak ini dilihat dari ukuran waktu tempuh. Jalan disini
diklasifikasikan mejadi 3 yaitu
- 1 jam : nilai 1
III-21
- >1 - 2 jam : nilai 2
- >2 jam : nilai 3
Penilaian aksesibilitas:
- 0.33 9.22 : Rendah
- 9.23 18.12 : Sedang
- 18.13 27.02 : Tinggi
III-22
4. Skenario peningkatan
kegiatan
Pola kemitraan ini dapat disesuaikan dengan keinginan
bentuk perubahan dalam menunjang kegiatan pelestarian.
Bentuknya dapat berupa pendampingan usaha, pelatihan,
penguatan bisnis, penguatan modal maupun penguatan
kerja sama.
III-23