Anda di halaman 1dari 5

"lapangan" berarti tempat ketika keadaan batuan atau tanah dapat diamati, dan "geologi lapangan" (field

geology) merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempelajari clan menafsirkan struktur dan -sifat
batuan yang ada pada suatu singkapan. Kajian lapangan merupakan dasar yang utama untuk memperoleh
pengetahuan geologi. Ini dapat dilakukan mulai dengan cara sederhana, misalnya dengan mengunjungi
suatu singkaparv atau tempat-tempat pengupasan batuan (quarry), membuat catatan-catatan clan sketsa
tentang hubungan batuannya clan mengumpulkan contoh batuan, sampai kepada cara yang memerlukan
teknik yang lebih tinggi clan waktu yang cukup lama, misalnya dengan melakukan pemetaan geologi
kemudian melengkapinya dengan analisis laboratorium.

Pada hakekatnya, kajian lapangan didasarkan pada tiga jenis informasi :

Yang pertama clan sangat fundamental adalah fakta sebenarnya, yang didapatkan secara langsung dari
pengamatan (observasi) clan pengukuran. Pemerian (deskripsi) tentang tekstur batuan, pengukuran
kedudukan lapisan, hubungan antara dua tubuh batuan, merupakan contoh dari hash pengamatan langsung
di lapangan. Ini merupakan data yang objektif, clan yang akan membangun informasi utama, misalnya pada
peta geologi.

Hal kedua merupakan informasi yang sifatnya adalah penafsiran (interpretatif. Sebagai contoh, "struktur
sedimen" atau "kumpulan dari beberapa batuan", akan menjadikan suatu pemikiran tentang lingkungan
pembentukannya atau kejadiannya. Seorang ahli geologi dituntut untuk mampu melihat kondisi lingkungan
pada masa lalu, dengan bantuan pengertian-pengertian tersebut. Penafsiran akan tergantung pada teori
clan hipotesa geologi yang ada, clan tentu saja juga akan tergantung kepada penglihatan clan pengalaman
seseorang, clan kemungkinan dapat terjadi suatu kesalahan. Meskipun demikian, penafsiran merupakan
dasar yang sangaberharga bagi pengkajian lapangan.

Jenis informasi yang ketiga mengandung pengertian tentang hubungan umur atau waktu kejadian.
Hubungan ini sebagian dapat bersifat objektif dan sebagian interpretatif, dan merupakan jenis yang khas
karena membahas tentang geologi sebagai suatu urutan kejadian. Di dalam geologi, setiap satuan batuan
mencerminkan sejarah pembentukannya. Sebagai contoh, aliran lava mencerminkan suatu peristiwa erupsi
dari gunung api yang spesifik. Aliran lava ini dapat digunakan untuk membahas tentang lokasi dan sejarah
letusan gunung api dan akan dapat menjelaskan tentang perkembangan tektonik dari bagian dari bumi
tersebut. Hubungan umur sebagian dapat ditentukan dengan hubungan struktur potong memotong atau
tumpang tindih (superimposed). Urutan stratigrafi juga mempunyai arti sebagai urutan peristiwa geologi.
Penentuan umur, baik relatif atau mutlak adalah suatu usaha yang sangat berharga untuk membahas
urutan kejadian.

Kajian lapangan, di samping merupakan kegiatan teknis, juga mengandung pengertian yang dalam. Fakta
dari data lapangan, yang merupakan inti dari pengetahuan geologi, akan mendorong seorang ahli geologi
untuk menemukan hubunganhubungan geologi yang baru. Penafsiran di lapangan, yang didasarkan pada
teori-teori atau hipotesis, walaupun tidak selalu benar, akan dapat mengembangkan kajian-kajian dalam
banyak hal. Penentuan hubungan umur merupakan dasar untuk membahas fakta-fakta dan penafsiran ke
dalam sejarah kejadian yang sebenarnya.
Aspek penting dalam melakukan kegiatan geologi lapangan adalah
melakukan pengmatan singkapan, kemudian merekan apa yang kita amati ke
dalam buku catat
Aspek penting dalam melakukan kegiatan geologi lapangan adalah melakukan pengmatan singkapan,
kemudian merekan apa yang kita amati ke dalam buku catatan lapangan secara lengkap, sistematis,
dan informatif

PENGAMATAN SINGKAPAN
Pengamatan singkapan mempunyai sasaran yang yang cukup luas dan penting dalam lingkup kegiatan
geologi lapangan, yaitu untuk mengetahui keadaan geologi suatu daerah atau wilayah, dimana hasil
pengamatan dituangkan dalam:
Peta geologi
Penampang geologi
Menyusun laporan
Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang masih utuh (belum terubah oleh
pelapukan) yang tersingkap, sebagai akibat adanya pengikisan oleh gaya – gaya yang bekerja pada
lapisan penutupnya. Oleh karena itu, singkapan biasanya tidak menerus, sehingga diperlukan suatu
dasar – dasar geolgi agar dapat menghubungkan suatu singkapan dengan yang lainnya, sehingga
akhirnya mneghasilkan suatu gambarn lengkap yang menyeluruh dan utuh mengenai keadaan geologi
wilayah tersebut. Di daerah tropis seperti Indonesia, singkapan dapat jarang atau kurang, karena
tertutup oleh:
Tanah pelapukan yang tebal
Hutan tropis yang lebat
Tanah garapan
Dan lain – lain
Diatas permukaan Bumi, tempat – tempat dimana singkapa bisa ditemuakan di:
Sungai ( terutama kelokan sungai), dimana pengikisan cukup intensif
Puncak bukit
Tempat – tempat dimana terdapat kegiatan manusia seperti; pembuatan bangunan, penggalian, dan
lain sebagainya.
Karena sifat singkapan yang tidak menerus, maka dalam melakukan pengamatan harus dilakukan
dengan teliti sehingga setiap gejala yang ada dapat teramati dan dimanfaatkan. Dengan begitu, maka
akan lebih mudah untuk dapat menghubungkan geologi yang satu dengan yang lain.
Meskipun cara yang dilakukan oleh setiap pemeta berbeda dalam melakukan pemetaan terhadap
singkapan, namun harus dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
2.Apa yang kita amati (jenis batuan)
3.Bagaimana terbentuk (intrusif, ekstrusif, lingkungan pengandapan, mekanisme, fasies, dan
sebagainya)
4.Kapan terbentuknya ( umur, hubungan struktur)
5.Dimana singkapan ditemui ( lokasi pada peta)
Disamping cara yang ditempuh oleh pemeta dapat berbeda juga kemampuan untuk mengamati juga
dapat berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh:
Latar belakang geologi pengamat
Pengalaman pengamat
Ketelitian pengamat
Sikap yang perlu ditempuh dalam melakukan pengamatan singkapan antara lain:
1.Jelajahi daerah sekitar singkapan, cari yang paling segar.
2.Karena dalam melakkukan pengamatan membutuhkan ketelitian, sebaiknya letakkan dulu hal yang
mengganggu. (tas ransel yangberat).
3.Mulailah dengan mengetahui jenis singkapan (jenis batuan), kemudian mengerah pada hal yang lebih
detil.
4.Melakukan pengukuran yang perlu dan mengamatai keadaan batuan:
a.Untuk batuan sedimen, mengukur jurus dan kemiringan lapisan,arah arus purba ( bila ada).Hal perlu
dilakukan untuk mengetahui arah sedimentasi batuan tersebut,mengukur ketebalan masing – masaing
lapisan untuk mengetahui urutan vertikal,dan lain – lain.
b.Untuk batuan beku, penyebaran batuan (“outerop”) adalah pentingnya untuk memperkiran bentuk
batuan beku dan macamnya (ekstrusif,intrusif) mencari batas kontak dengan batuan sekitarnya,bukti –
bukti kontak ( kontak ada ),pengukuran struktur khusus pada batuan beku seperti struktural
bantal,struktural aliran,perlapisan semu,dan juga unsur – unsur struktural geologi ( kalau ada) misalnya
kekar – kekar.
c.Untuk batuan malihan (metamorf), perhatikan adanya foliasai,liniasi, dan lakukan pengukuran pada
gejala tersebut.
5.Mencatat apa yang diamati dengan tenang sambil duduk. Lakukan tanpa tergesa – gesa, karena ini
dapat menimbulkan adanya bagian – bagian yang terlewati.
6.Mengambil contoh batuan apabila dianggap perlu,membuat foto dan sketsa
7.Terakhir adalah menentukan likasi dimana pengamatan itu dilakaukan,dan
8.Mencantumkan di dalam peta
Urutuan – urutan yang perlu dilakukan pada pemerian singkapan :
1.Mencatat singkat mengenai lokasi dan keadaan geografi dari singkapan,umpamanya di kelokan
sungai,dibukit,pinggir jalan kereta api, dan sebagainya.Hal ini sangat penting terutama untuk
singkapan – singkapan yang menunjukkan data – data yang kritis, seperti adanya bukti
ketidaklarasan,bukti – bukti besar, tempat terdapatnya fosil,atau gejala – gejala geologi yang
mengandung sifat pembuktian, apalagi yang mempunyai nilai regional. Maksudnya adalah agar yang
ingin mengutik – utiknya kembali data tersebut tidak terlalu susah untuk mememukan kembali
singkapan tersebut.
2.Fakta – fakta mengenai singkapan: ini adalah sangat penting mengenai yang harus diamati dari suatu
singkapan (lihat 3.1 ). Pada umumnya hal tersebut akan memuat pemerian yang lengkap tentang :
a.Keadaan singkapan :besar (luas)/kecilnya singkapan, derajat pelapukan (jika tidak segar) ;apakah
“insitu” atau tidak masif,hancur pecah – pecah,shared,keadaan normal atau terbalik,dsb.
b.Susunan litologi : apakah terdiri dari satu jenis batuan atau lebih,dalam batuan sedimen atau
metamorf; apakah selang seling antara dua batuan,sisipan atau litologi lain;dalam batuan beku,dilihat
adanya dike/retas,inklusi – inklusi,xenolith, atau perubahan susunana meneral/tekstur,dsb.
c.Batas antara berbagai jenis litologi(jika ada), kemungkinan kontak instruksi,batas erosi, kontak
patahan.Dalam hal batuan sedimen kontak antara lapisan dapat berangsur tajam,batas erosi,dsb selain
itu urutan perlapisan/interkalasi ( menebal ke atas atau menipis ke atas) perlu dicatat.
d.Struktur primer batuan dari masing – masing litologi : dalam hal batuan beku,misalnya masif,ada
penghalusan ke satu arah,adanya konsentrasi mineral tertentu,dsb. Dalam hal batuan metamorf,adanya
sifat foliasi,gneissosity,apakah adanya perlapisan,apakah bergelombang terlihat dalam perlipatan kecil
atyau tidak,dsb.Dalam hal batuan sedimen dibahas sifat berlapis,masif,berlapis tipis,laminasi,struktur
sedimen seperti graded bedding,cross bedding,gelembur gelombang,dan sebagainya untuk setiap jenis
litologi, dan jika mungkin dibahas dalam urutan profil.
e.Pamerian detail masing – masing litologi 9 susunan utama,sisipan interkalasi, xenolith, dsb).Pemerian
lebih ditekankan pada hal – hal yang sifat menonjol daripada pemerian rutin (yang dapat dilakukan di
base camp atau di laboratorium dari contoh),seperti misalnya glaukonitan,khas berbutir kasar,warna
khas,khas porphiyrite,dsb.Pameran litologi lapangan ini dimaksudkan untuk pengenalan batuan sebagai
satuan peta (map unit ).
f.Kandungan khusus dari batuan (jika ada) seperti kandungan fosil,mineralisasi,dsb.
g.Keadaan struktur tektonik dari singkapan : (diikuti pengukuran – pengukuran) apakah terganggu
secara tektonik,joint,keadaan lapisan / foliasi,tegak,landai,terbalik,terlipat,lipatan minor ( ukur arah
dan penujaman sumbu ),apakah jenis Z atau jenis S (dragfold) sesar,dsb.
3.Ketiga,usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan (meskipun sifatnya sementara ,
umpamanya meliputi :
nama batuan ( klasifikasi lapangan )
lingkungan pembentuknya
Paling tidak,disarankan untuk memberikan sugesti,yang didasarkan pada hipotesa hipotesa (lihat bab
3.1 )
Bagian ketiga ini,tidak mutlak harus dilaksanakan,sebab kadang – kadang atau bahkan sering sekali
karena datanya kurang,tidak satu kesimpulanpun dapat ditarik dari suatu singkapan.
4.Tiap hari selalu memulai dengan halaman baru,dengan mencantumkan :
Tanggal/hari :
Keadaan cuaca pada hari itu :
Daerah atau lintasan yang akan di tempuh :
Nama – nama pengamat dan pembantunya :
5. Untuk setiap pengamat diberikan nomor ( sesuai dengan nomor lokasi pengamatan ( LP) yang
dicantumkan di dalam peta).Nomor – nomor losi pengamatan sebaiknya merupak nomor urut.
Cara penulisan sebaiknya singkat tetapi jelas,dan sebaiknya pula menggunakan singkatan – singkatan
yang umum dipakai.

phane-geo.blogspot.com/.../aspek-penting-dalam-melakukan-kegiatan.html
www.findtoyou.com/ebook/metode+geologi+lapangan.html

Anda mungkin juga menyukai