Ghibah atau membicarakan orang lain (bisa juga diistilahkan dengan ngerumpi) adalah aktivitas yang
‘mengasyikkan’. Tak sedikit orang, yang secara sadar atau tidak, terjatuh dalam perbuatan ini. Karena
memang setan telah menghiasi perbuatan ini sehingga nampak indah dan menyenangkan. Tahukah anda
bahwa Allah mengibaratkan ghibah dengan perbuatan memakan daging saudara kita yang telah mati?
Abu Ad-Darda berkata: “Termasuk wujud ilmunya seorang hamba adalah dia mengetahui imannya
bertambah atau berkurang. Dan termasuk dari barakah ilmunya seorang hamba adalah dia mengetahui
darimana setan akan menggelincirkannya.” (Asbab Ziyadatul Iman, hal. 10)
Salah satu bagian tubuh yang paling mudah menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan adalah lisan.
Sungguh betapa ringan lisan ini digerakkan untuk bermaksiat kepada Allah. Serta betapa berat untuk
diajak berdzikir kepada Allah. Demikan hakikat lisan sebagaimana ucapan Abu Hatim: “Lisan memiliki
peraba tersendiri yang tidak hanya digunakan untuk mengetahui asin atau tidaknya makanan dan
minuman, atau panas dan dingin, atau manis dan pahit. Lisan sangat tanggap apabila telinga mendengar
sebuah berita, baik atau buruk dan benar atau salah. Dan sangat tanggap pula bila mata melihat suatu
kejadian, baik atau buruk. Lisan dengan mudahnya bercerita dengan mengumbar apa saja yang
menyentuhnya. Ingatlah, lidah itu tak bertulang.”
bersabda:Rasulullah SAW
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah z)
Namun bukan berarti engkau diam dari suatu kemungkaran dan diam untuk mengucapkan kebenaran.
“Setan bisu” itulah gelar dan panggilan seseorang yang diam dari kemungkaran dan tidak mau
menyuarakan kebenaran.
Makna Ghibah
Bila tentang makna ghibah selain penafsiran Rasulullah, ada penafsiran para ulama tentang ghibah maka
tidak akan terlepas dari menjelaskan penafsiran beliau meski dengan ungkapan yang berbeda. Rasulullah
memaknai ghibah ini dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ghibah?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu.” Beliau bersabda: “Kamu menceritakan tentang saudaramu apa yang dia tidak sukai.” Dikatakan
kepada beliau: “Bagaimana pendapat engkau bila apa yang aku katakan ada pada saudaraku itu?” Beliau
menjawab: “Jika apa yang kamu katakan ada pada saudaramu maka kamu telah mengghibahinya, dan jika
apa yang kamu katakan tidak ada pada dirinya, maka kamu telah berdusta.”(Shahih, HR. Muslim no.
2589, Abu Dawud no. 4874, dan At-Tirmidzi no. 1435)
www.asysyariah.com
“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian
memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12)
Masih banyak dalil-dalil yang menjelaskan tentang keharaman ghibah dan bahwa ghibah termasuk dosa
besar.
www.asysyariah.com