Aspek makna dalam hal ini dibedakan dengan aspek sebagai kategori
gramatikal sebuah verba yang biasanya mengungkapkan lama dan
jenis kegiatan. Oleh karena itu, aspek makna yang dimaksud di sini
lebih cederung mengarah kepada aspek makna tertentu dalam
hubungannya dengan pemakaian bahasa pada konteks situasi dan
sosial tertentu.
Dilihat dari fungsinya, aspek semantik kata, kelompok kata, frasa,
klausa, dan kalimat dibedakan menjadi empat macam, yakni: (1)
Aspek makna pengertian (Sense), (2) Aspek makna perasaan
(Feeling), (3) Aspek makna nada (Tone), dan (4) Aspek makna tujuan
(Intension). Keempat aspek makna tersebut akan dipaparkan di
bawah ini.
• Aspek makna pengertian disebut juga tema karena ketika seseorang
berbicara menggunakan kata-kata yang mengandung ide atau pesan
tertentu. Perhatikan contoh berikut:
Hari ini hujan
Hari ini mendung
Ketika komunikasi berjalan dengan tema di atas, tentu terdapat
unsur pembicara dan pendengan dalam ragam lisan, unsur penulis dan
pembaca pada ragam tulisan yang memiliki pengetahuan atau
pengertian yang sama terhadap satuan-satuan: hari, ini, hujan, dan
mendung. Pada perinsipnya, aspek makna pengertian dalam hal ini
baru bisa tercapai apabila pembicara dan pendengar, penulis dan
pembaca memiliki bahasa yang sama dalam arti saling memahami
tentang apa yang disampaikan melalui bahasa yang digunakan.
• Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara
terhadap situasi pembicaraan, misalnya perasaan sedih, gembira,
panas, dingin, dan lain-lain. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang
sesuai untuk megungkapkan situasi-situasi seperti itu disebut
mengandung makna aspek perasan.
• Aspek makna nada merupakan aspek makna yang mengungkapkan
sikap pembicara terhadap mitra wicara dalam komunikasi lisan atau
sikap penyair/penulis terhadap pembaca dalam komunikasi tulisan.
Aspek makna nada dalam sebuah proses komunikasi melibatkan
pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan pembicara dan
mitra wicara. Kata-kata yang dipilih sesuai dengan nada-nada yang
dianggap sesuai setelah memperhitungkan siapa yang bicara, siapa
mitra wicara, dalam situasi sosial budaya seperti apa (usia yang sama
atau berbeda, daerah yang sama atau berbeda, status sosial yang sama
atau berbeda, dan lain-lain.
Aspek makna nada ini berhubungan dengan aspek makna
perasaan, karena jika kita jengkel terhadap seseorang maka sikap
kita akan berlainan dan hal itu mempengaruhi pula pilihan kata
yang sesuai dengan nadanya.
• Aspek makna tujuan menekankan bahwa apa yang kita
ungkapkan dalam bentuk tuturan itu mengandung tujuan
tertentu, misalnya dengan mengatakan penipu kau bertujuan
agar mitra wicara merubah kelakuannya yang tidak diinginkan
tadi.
Ada beberapa jenis sifat-sifat pernyataan yang bisa digunakan
dalam mengungkapkan aspek makna tujuan ini, antara lain:
#deklaratif > Pemeliharaan kesehatan dapat menunjang program
pemerintah di dalam memelihara lingkungan dan
meningkatkan taraf kehidupan bangsa
#persuasif/membujuk> Dengan pola makan empat sehat lima
sempurna di tiap kampung akan menjamin kesehatan
masyarakat
# Imperatif > Halaman-halaman rumah di tiap tempat agar
ditanami dengan apotek hidup
# Naratif > Manusia hidup panjang dengan memelihara
kesehatan dan memeperhatikan sikap pemerintah dalam
meningkatkan taraf hidup sehat
# Politis > Rakyat bersatu, negara maju
# Paedagogis > Membina hidup sehat supaya kita selamat
JENIS-JENIS SEMANTIK
• Bagian-bagian dari tataran analisis yang mengandung
makna menurut Verhaar (1978) sebagai berikut:
Semantik bahasa=> 1. tatabahasa gramatikal = a.
sintaksis= fungsi kosong dari arti, katagori dan peran
semantik gramatikal; b. morfologi=semantik
gramatikal. 2. fonemik(tidak ada semantik tetapi
setiap fonem membedakan makna, fonetik (tidak ada
semantik). 3. leksikon=semantik leksikal.
• Kalau yang menjadi objek kajiannya adalah leksikon,
jenis semantiknya adalah semantik leksikal.
• Dalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada
dari masing-masing leksem bahasa tersebut. Oleh
karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem
disebut makna leksikal.
• Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam
studi semantik untuk menyebut satuan-satuan
bermakna.
• Istilah leksem kurang lebih dapat dipadankan dengan
istilah kata yang lazim
digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis yang
lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas
terkecil.
Sebagai satuan semantik, leksem dapat berupa
sebuah kata dan juga berupa gabungan kata, seperti
meja hijau, bertekuk lutut.
Dalam studi morfologi, sering diartikan sebagai
satuan abstrak yang setelah melalui proses morfologi
akan membentuk kata, misalnya ANGKAT
=>mengangkat, angkati, angkatkan (Lihat Lyons, 1975
dan Matthews, 1974).
Tataran garamatikal digolongkan menjadi dua, yakni
morfologi dan sintaksis. Satuan-satuan morfologi
meliputi kata dan morfem, sedangkan satuan-satuan
kalimat meliputi frasa, kalausa, dan kalimat.
Keseluruhan satuan-satuan tersebut seluruhnya
mengandung makna.
Secara tersendiri, terdapat pula istilah semantik
sintaktikal yang sasarannya tertumpuh pada hal-hal
yang berkaitan dengan sintaksis.
Di dalam sintaksis, ada pula tataran bawaan berupa
fungsi gramatikal,
katagori gramatikal, dan peran gramatikal.
Fungsi gramtikal berupa kotak-kotak kosong yang
diberi nama subjek, predikat, objek, keterangan,
pelengkap yang keseluruhannya tidak bermakna
karena berupa kotak kosong atau tempat yang
kosong.
Yang memiliki makna adalah pengisi kotak-kotak itu
yang disebut katagori, seperti nomina, verba,
adjektiva, dan sebagainya.
Katagori-katagori inilah yang sesungguhnya telah
memiliki makna
Leksikal dan memiliki peran gramatikal, seperti peran
agentif, pasien, objek, benefaktif, lokatif, instrumental,
dan sebagainya.
Adapun masalah-masalah yang terkait dengan
semantik dan bukan termasuk semantik gramatikal,
seperti topikalisasi kalimat. Verhaar (1978:126)
memberi wadah sendiri yang disebut semantik
kalimat. Semantik kalimat menurut Verhaar belum
mendapat perhatian para ahli bahasa.
Ada juga satu jenis semantik yang lain, yakni
semantik maksud. Semantik ini berkenaan dengan
pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa, seperti
metafora, ironi, litotes, dan sebagainya.
Apakah seluruh maksud yang berbeda dengan
makna ujaran yang kita ungkap termasuk semantik
maksud?
Menurut Verhaar, selama masih menyangkut
masalah lingual tentu dapat dijawab iya, misalnya
ketika ada orang bertanya dan kita tidak menjawab
dengan maksud memberitahukan bahwa
Pertanyaannya kasar. Hal itu tidak termasuk
semantik maksud.
Semantik maksud yang diungkapkan Verhaar sama
dengan semantik pragmatik yang dikemukakan pakar
lain dan lazim diartikan sebagai bidang studi yang
mempelajari makna sesuai dengan konteksnya.
PENAMAAN DAN PENDIFINISIAN
Secara kontenporer kita dapat menelusuri sebab-sebab
atau hal-hal yang melatarbelakangi penamaan atau
penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam
leksikon bahasa Indonesia. Berikut akan dibicarakan
beberapa di antaranya.
1. Peniruan Bunyi (Anomatope)
Di dalam bahasa Indonesia, terdapat sejumlah kata
yang terbentuk dari hasil peniruan buyi, misalnya
cecak, tokek, meong, gukguk.
Selain itu, terdapat pula bentuk kata kerja atau nama
perbuatan dari tiruan bunyi itu, misalnya
menggonggong, berkotek, mendesis, meringkik, berdering,
mencicit, dan sebagainya.
2. Penyebutan Bagian
Dalam bidang Sastra terdapat istilah pars pro toto = gaya
bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau
hal padahal yang dimaksud keseluruhan benda itu.
Adapun yang lain, yakni totem pro parte = keseluruhan
untuk sebagian.
3. Penyebutan Sifat Khas
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang diberi
nama sesuai dengan sifat khasnya, seperti si kikir, si
botak, si gendut, golongan kiri, si hitam, dan sebaginya.
4. Penemu dan Pembuat
Banyak nama yang lahir berdasarkan nama
penemu dan pembuatnya. Kata-kata yang
dimaksud, seperti kondom = Dr. Condom, mujair
yang mula-mula ditemukan oleh seorang petani
bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur, volt dari
nama penciptanya seorang ahli fisika bangsa Italia,
bayangkara dari nama pasukan pengawal kerajaan
pada zaman Majapahit, laksamana nama seorang
tokoh dalam cerita Ramayana, boikot dari nama
seorang tuan tanah di Inggris yang memiliki
tindakan yang keras pada tahun 1880.
5. Tempat Asal
Magnet berasal dari nama suatu tempat yakni Magnesia,
burung kenari dari nama pulau Kenari di Aprika, sarden
dari nama pulau Sardenia di Italia.
6. Bahan
Kata goni berasal dari nama serat di dalam tumbuh-
tumbuhan, kaca adalah nama bahan. Benda lain yang
terbuat dari kaca disebut kaca, misalnya kaca mata, perak
sebagai nama bahan kemudian muncul uang perak.
7. Keserupaan
Kaki gunung, kaki meja, kaki kursi. Dalam hal ini, kata kaki
memiliki keserupaan makna yakni sebagai penopang
tubuh. Raja dangdut, raja makan, dsb.
8. Pemendekan
Abri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
KONI = komite olahraga nasional Indonesia, dll.
9. Penamaan Baru
Pariwisata mengganti torisme, suku cadang
mengganti onderdil, darmawisata mengganti
piknik. Penggantinya lebih nasionalis.
10. Peristilahan
Tangan yang secara kedokteran terbagi menjadi
lengan dan tangan. Lengan dari ketiak sampai
pergelangan, tangan dari pergelangan sampai jari.
11. Pendifinisian
Difinisi yang dibuat oleh manusia digolongkan menurut
taraf kejelasannya. Taraf paling rendah disebut difinisi
sinonimis. Ketidakjelasan yang dimaksud dalam hal ini
karena difiinisi yang diberikan bersifat putar balik,
misalnya antara ayah dengan bapak. Kedua difinis
logis= adalah suatu difinisi yang dibuat secara tegas
sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan
objek-objek lainnya, difinisi dalam bidang ilmu
tertentu. Ketiga difinisi ensiklopedi= difinisi ini lebih
jelas dari difinisi logis karena menerangkan secara
lengkap, jelas, dan cermat berkenaan dengan kata yang
didefinisikan.
Adapun difinisi lain, yakni difinisi
oprasional/batasan= difinisi ini digunakan untuk
membatasi konsep yang digunakan dalam suatu
tulisan atau pembicaraan, misalnya: 1) Yang
dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah
cairan untuk keperluan hidup sehari-hari; 2.
Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini
adalah segala zat cair yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan baik yang terdapat di dalam
batang (seperti air tebu), maupun yang terdapat
di dalam buah.
Jenis Makna
Secara garis besar, homonim dibedakan menjadi dua macam, yakni: (1)
homofon dan (2) homograf. Homofon adalah dua kata yang memiliki
makna dan bentuk penulisan yang berbeda akan tetapi dilafalkan
dengan bunyi yang sama, misalnya anatara sah dan syah, syarat dan
sarat, antara bang dan bank.
Pada sisi lain, homograf merupakan dua kata yang memiliki perbedaan
makna dan cara pelafalan akan tetapi memiliki kesamaan dalam cara
penulisan, misalnya antara tahu ‘sesuatu makanan’ dengan tahu
‘mengerti’, antara teras ‘bagian rumah’ dengan teras ‘inti’.
• Hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’ dan hypo
‘di bawah. Verhaar, (1993) mengungkapkan bahwa secara semantis,
hiponim merupakan ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang
meknanya dianggap merupakan bagian dari ungkapan lain.
Ungkapan yang maknanya menjadi bagian dari ungkapan lain
disebut hiponim sedangkan ungkapan yang membawahi makna
hiponim tadi disebut superordinat. Perhatikan contoh berikut.
Warna