Anda di halaman 1dari 3

Nenek Moyang Kita Bukan dari Indochina!

Oleh rawa el amady

Sebuah kajian arkeologi selama 20 tahun yang dilakuan oleh arkeolog dari Malaysia Nik
Hasan Suhaimi Nik Abdul Rahman, (1996) di Semenanjugn Malaysia dan Sumatera
menyimpulkan bawah nenek moyang nusantara bukan berasal di dari Indochina melain
merupakan suku asli yang berada di pesisir selat Melaka yang sudah ada sejak 35.000 tahun
sebelum masehi. Temuan ini tentu saja membantah teori migrasi sebagaimana yang
disepakati oleh para arkeolog dan antopologi fisik sebelumnya bahwa suku Melayu berasal
dari Indochina.

Ahli arkeologi dan antroplogi fisik sepakat bahwa penduduk pertama di pesisisr selat
Melaka adalah Australo-Melanesia (Proto melayu) yang hidup di zaman Plestosen dan
berbudaya Mesolitikum di zaman Holosen yang hidup pada 11.000 hingga 10.000 Sebelum
Masehi yang berasal dari China. Kebudayaan Mesolitikumum berubah ke kebudayaan
Neolitikum sekitas 5000 tahun lalu menurut arkeolog barat menggunakan teori migrasi dari
kebudayaan yang bertutur Austronesia. Pendapat ini ternyata tidak didukung oleh bukti
arkeologi yang kuat. Apalagi di Semenanjung Malaysia sendiri warisan kebudayaannya
tidaklah sama tetapi pada zaman logam mereka memiliki cara hidup yang berlainan.

Peneliti memampar beberapa bukti penting; Pertaman, Sifat kapak/beliung empat segi
berbeda dari ukuran, bentuk dan bahan yang digunakan di Thailand. Jika berdasarkan kapak
ini saja maka teori migrasi tidak logik karena kapak seperti itu bisa terdapat dimana saja.
kapan di Sumatera, Selatan Thailand, Kedah, Perak dan Selangor berbeda dari segi ukuran
dan bahannya. Sementara itu, kajian terhadap alat batu Neolitikum dijumpai di Sumatera dan
Malaysia tetapi tidak terdapat di Sai Yok atau Ban Kao. Penemuan kapak dari batu ini tidak
ditemukan oleh peneliti barat . Begitu juga jenis kapak yang belum dilicin juga dijumpai di
2

Selangor tepatnya di Jenderam Hilir yang sifatnya belum masuk zaman Neolitikum. Temuan
ini sekali lagi membantah teori migrasi.

Kedua, Sifat tembikar khususnya yang berkaki tiga di pesisir Melaka berbeda juga dengan
tembikar tanah dari Thailand. Begitu juga dengan Tembikar tanah yang dijumpai di
Jenderam Hilir ternyata bukan datang dari luar melainkan hasil karya masyarakat Jenderam
Hilir sendiri. Ketiga, Gelang Batu yang didapat di Semenanjung Malaysia juga didapati di
tapak yang menghasilkan kebudayaan logam di tenggara Thailand. Keempat, Alat Batu
pemukul Kulit terdapat juga di Semenanjung Malaysia juga terdapat di Sumatera pada masa
akhir Neolitikumum.

Kelima, Teknologi Neolitikumum tidak bisa menyumbang teknologi perkapakan yang kuat
dan tahan terhadap gelombang. Teknologi tersebut hanya dihasilkan oleh kebudayaan
semenanjung Melayu, yang kemudian melakukan transaksi perdagangan.

Keenam, Terjadinya transaksi perdagangan antara masyarakat pesisir dengan masyarakat


pedalaman semenanjung Melayu. Bukti dijumpainya kulit kerang di Cheroh, Gua Kerbau,
Gol Bait semuanya di Perak, Bukit Chintamani di Pahang, Bukit Chuping di Perlis
memperkuat bukti terjadinya transaksi perdagangan tersebut. Perdagangan ini berupa barter
antara kulit siput dengan hasil alam. Bahwa munculnya barang-barang neolitkum di kawasan
semenanjung disebabkan oleh perdagangan bukan migrasi dari China atau Yunan Selatan.

Selain itu, Seni Arca Agama Hindu dan Budha diterima dengan baik di Nusantara.
Namun demikian masyarakat Nusantara juga aktif menunjukkan identitis lokal dengan
dengan arca yang bersimbolkan kulit harimau, yang dipandang sebagai pengaruh dari
Pallava. Sehingga agak susah menentukan asal-usul dari bangunan tempat ibadah agama
Hindu dan Budha tersebut. Masing-masing daerah memiliki ciri dan bentuk candi yang
berbeda-beda. Muara Jambi misalnya yang dibangun pada 10 hingga 11 Masehi yang
berbentul empat persegi yang terbuat dari batu bata. Dilihat dari bahannya sama dengan
Candi yang di Malaysia dan Vietnam. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran dan
3

ukirannya. Candi-candi tersebut dibangun berdasarkan keinginan selera lokal jadi tidak
banyak dipengaruhi dari luar. Walaupun diperkirakan candi-candi tersebut banyak
mencontoh dari candi di Jawa Timur.

Proses evolusi telah merubah kebudayaan mereka yang semakin maju dan berkembang.
Perubahan itu sendiri dimotori oleh perdagangan antar bangsa pada masa itu. Menurut
penulis nenek moyang orang Melayu berasal dari satu keturunan saja yang kemudian
berkembang dan dibedakan karena agama yang mereka anut. Kajian ini jelas sekali
membantah bahwa asal usul nenek moyang suku Melayu berasal dari Cina karena
bermigrasi. Temuan ini perlu menjadi perhatian bagi kita agar kita tidak selalu dicekokin
mitos asal usul nenek moyang nusantara adalah berasal dari Indocina. @

Anda mungkin juga menyukai