Anda di halaman 1dari 5

Sindrom atau gangguan Asperger pertama kali digambarkan oleh Hans Asperger pada tahun

1944. Dahulunya penyakit ini disebut “autistic psychopathy”. Penyebab pastinya belum
diketahui, namun diduga berhubungan dengan kerusakan/kelemahan (impairments) pada
hubungan antara amigdala dengan struktur di otak. Pada beberapa kasus, anak dengan
gangguan Asperger memiliki problem/permasalahan di periode prenatal (sebelum ibu
melahirkan) dan neonatal (bulan-bulan pertama setelah ibu melahirkan), serta selama proses
kelahirannya.

Penatalaksanaan

Sebelumnya perlu diketahui, terapi pada penderita sindrom Asperger terutama ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi, baik komunikasi verbal
maupun non verbal.

A. Strategi Umum untuk Anak dengan Gangguan Asperger

1. Temukanlah bakat, hobi, minat, kemampuan, atau keterampilan yang terpendam di dalam
diri anak, dan kembangkanlah hingga optimal dan maksimal.

2. Berikanlah guru atau pembimbing terbaik untuknya. Luangkanlah waktu untuk berinteraksi
bersamanya setiap hari.

3. Berilah mereka apresiasi dan dukungan yang tulus dan sepenuh hati.

4. Jangan pernah melukai hati mereka dengan mengejek hasil karya atau kemampuan mereka
meski hanya sekali.

5. Jangan pernah memotivasi atau mengapresiasi mereka dengan kata-kata bernada hinaan,
cacian, ejekan, atau kata-kata negatif lainnya.

B. Strategi Sosialisasi Anak dengan Gangguan Asperger di Sekolah dan Lingkungan-


Pergaulan Sosial

1. Ajarilah anak untuk mau berinteraksi, bergaul, bermain dengan anak sebaya atau
seusianya. Libatkan anak di dalam klub bermain, sering diajak di dalam forum diskusi/debat.
Bila perlu, orang tua dapat mengajak teman bermain (yang seusia) anaknya untuk mau diajak
bermain ke rumah.

2. Buatlah jadwal belajar (di sekolah/rumah) yang tidak kaku, tetap dan tidak sering diubah-
ubah, agar tidak membingungkan anak.

3. Idealnya, anak itu dibimbing oleh guru yang sama atau yang benar-benar telah akrab, tidak
berganti-ganti guru.

4. Guru dan orang tua hendaknya ikut memilihkan teman bergaul dan bermain yang cocok
untuknya.

C. Strategi Berkomunikasi dan Berbahasa untuk Anak dengan Gangguan/Sindrom Asperger

1. Ajarilah anak untuk mengingat frase tertentu, misalnya untuk membuka percakapan,
latihlah mengucapkan, “Apa kabar?” atau, “Selamat pagi!”

2. Latihlah anak untuk berani bertanya apapun, trmasuk tentang instruksi yang
membingungkan agar diulangi dengan sederhana, jelas, dan tertulis.

3. Ajarilah anak untuk berani mengatakan atau mengakui jika mereka tidak mengetahui
jawabannya atau belum memahami sesuatu.

4. Ajarilah anak secara bertahap dan perlahan namun jelas dan mendetail; tentang gaya
bahasa, metafora, perumpamaan, peribahasa, bahasa isyarat, dan interpretasi lainnya yang
kompleks dan rumit.

5. Berhentilah sejenak bila Anda menginstruksikan serentetan tugas. Misalnya: ambillah


buku…..duduklah disini…..tulislah “mama”…..

6. Latihlah dan biasakanlah anak untuk menahan diri dari menyurakan setiap ide, pikiran,
atau niatnya.

7. Bermain peran (role-playing) dapat membantu anak dengan gangguan Asperger untuk
memahami perspektif, sudut pandang, paradigma, pikiran, dan perasaan orang lain. Latihlah
dan biasakanlah anak untuk berhenti sejenak dan berpikir bagaimana perasaan orang lain
sebelum sang anak bertindak dan berbicara.

8. Beberapa anak dengan gangguan Asperger memiliki kemampuan berpikir visual yang
bagus. Mereka dapat dilatih untuk memvisualisasikan ide atau pikiran mereka dengan
(dibantu) gambar, diagram, simbol, atau analog visual lainnya.

9. Dianjurkan pula untuk melatih atau membiasakan anak untuk menggambarkan atau
menuliskan apa yang telah dilihat, diingat, dialami, atau apa yang diinginkannya.

Beberapa terapi yang juga bermanfaat untuk anak dengan gangguan Asperger, misalnya:

* Pelatihan keterampilan sosial dengan “role modeling” dan “role playing” dapat membantu
pemulihan anak dengan gangguan Asperger.

* Latihan relaksasi (relaxation training)

Ini amat berguna untuk meredakan dan mengendalikan stres atau emosi penderita gangguan
Asperger. Bentuknya dapat bermacam-macam, seperti: meditasi, yoga, kundalini,
senam/olahraga pernafasan, berdoa, berzikir, dsb. Hal ini tentunya memerlukan lingkungan
yang tenang, nyaman, bebas dari polusi (udara, suara, dsb), peralatan tertentu, seperti: musik
alam (suara air terjun, gelombang air laut, kicau burung, dsb), kepasrahan yang tinggi, pikiran
yang tenang, dan posisi yang nyaman (sebisa mungkin duduk, jangan berbaring, dan jangan
telentang). Relaksasi ini sebaiknya rutin dilakukan selama 10-20 menit, 2x sehari, pagi hari
sebelum sarapan dan sore hari sebelum makan malam.

* Adapun diet yang dianjurkan untuk orang dengan gangguan Asperger adalah diet rendah
kolesterol dan rendah LDL. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Dziobek I, Gold SM, Wolf
OT, Convit A. (2007) yang melaporkan peningkatan kolesterol total dan LDL (low-density
lipoprotein) pada orang dengan gangguan Asperger. Berkonsultasilah dengan ahli gizi atau
pakar diet di dalam memilih menu yang tepat untuk anak Anda.
* Obat-obatan

Terapi obat hanya boleh diberikan oleh dokter. Biasanya, dokter akan memberikan obat dari
golongan antipsikotik, SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors), neuroleptik atipikal,
clonidine, atau naltrexone sesuai indikasi.

Sebagai informasi tambahan, intervensi farmakologis (obat-obatan) biasanya digunakan


untuk mengobati berbagai gangguan penyerta (comorbid disorders), seperti: masalah
pemusatan perhatian, gangguan mood, dysthymia, gangguan bipolar, dan gangguan
obsessive-compulsive.

* Konsultasi

Untuk mengevaluasi terapi, diperlukan juga berkonsultasi dengan berbagai ahli, seperti:
dokter spesialis saraf, dokter spesialis THT (otolaryngologist), audiologis, “speech
pathologist”, terapis fisik dan okupasi.

* Bimbingan (Konseling) Karir dan Orientasi Kerja

Orang dengan gangguan Asperger paling cocok bekerja dengan bantuan teknologi, terutama
internet. Ilmu komputer, teknik, ilmu alam juga merupakan pilihan karir yang tepat. Pada saat
wawancara (job interviews), orang dengan gangguan Asperger memerlukan bantuan dan
perhatian khusus, begitu pula di dalam bersikap dan beradaptasi di dalam lingkungan kerja
yang baru.

* Saran dan Anjuran

Orang tua, guru, pendidik, pengasuh, atau siapapun yang memiliki anak atau saudara yang
menderita gangguan Asperger atau sindrom Asperger, sebaiknya memperbanyak membaca
literatur, buku, majalah anak, tabloid kesehatan, saling berdiskusi dan bertukar pikiran atau
pengalaman, mengikuti seminar, atau browsing di internet untuk memperkaya wawasan
tentang sindrom Asperger. Pemerintah bersama Dinas Kesehatan hendaknya juga
memperbanyak brosur dan menggiatkan sosialisasi tentang sindrom Asperger hingga ke
sekolah-sekolah, Puskesmas, Balai Pengobatan, dan masyarakat awam.
Dengan penatalaksanaan yang holistik, komprehensif, rutin, dan teratur, didukung oleh tim
dari berbagai multidisiplin ilmu, dan diiringi dengan kekuatan doa dan Cinta Kasih, maka
Insya Allah buah hati Anda dapat mandiri dalam menghadapi tantangan kehidupan dan
menjadi kebanggaan negeri ini. Amin.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam SEHAT dan SUKSES selalu!!!

Dr. Dito Anurogo

Penemu Hematopsikiatri

Anda mungkin juga menyukai