PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
(Livingston, 1954)
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan
gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat
sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini
disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat
terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada
usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai
pada usia anak dibawah lima tahun.
2. Gangguan metabolik
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik.
a. kejang umum
b. waktunya singkat
e. EEG normal
(Taslim. 1989)
E. Manifestasi klinis
Gejala berupa
F. Komplikasi
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
G. Pemeriksaan laboratorium
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
2. CT SCAN
3. Pungsi Lumbal
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak
dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
H. Penatalaksanaan Medis
3. Pengobatan profilaksis
3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara
kandung.
( Arif Mansyoer,2000)
b. Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi
dan pernafasan.
c. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus sfingter.
Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik
urine / fekal ).
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan,
pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati –hati.
Perubahan pada tonus otot.
Tingkah laku distraksi / gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun /
cepat, peningkatan sekresi mukus.
Fase posiktal : apnea.
B. Pemeriksaan diagnostik
2. EEG
3. Lumbal punksi
4. CT-SCAN
C. Diagnosa keperawatan
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
D. Intervensi keperawatan
1. Dx 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
Kriteria hasil :
- TTV stabil
Intervensi :
Kriteria hasil :
- tak kejang
Intervensi :
5. Dx. 5 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat.
R/ : Mengurangi regurtasi.
E. Evaluasi
BAB III
A. Gambaran kasus
Klien An. D umur 3 tahun 6 bulan dirawat di RSF dari tanggal 10 Juni
2008 dengan keluhan kejang demam selama dirumah 3 kali selama 24 jam,
kejang pertama ± 15 menit, kejang kedua ±10 menit, kejang ketiga ± 5 menit,
tangan dan kaki mengepal pada saat kejang, suhu klien 39,5O C. Keadaan
umum klien lemah,nadi 120x/menit, RR 26 kali/menit, Suhu 39,5O C, klien
terlihat gelisah, ubun-ubun besar cekung, mukosa mulut kering, BB saat
masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini 8,1 kg, Lingkar lengan atas 14 cm
(ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak ½ aqua geas (120cc) berisi cairan
kuning kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien tidak mau makan. Intake
klen minum sebanyak 300 cc & infuse 400 cc, total 700 cc, Output
BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc, Total :450 cc, Balance : 250 cc Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3
g/dl), Ht: 38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit: 81 ribu/ul,
Eritrosit: 3.51 juta/ul. Leukosit: 13.500/µL(N= 6.000 – 17.500/µL), Trombosit
: 400.000 /µL (N= 150.000 – 440.000/µL), Eritrosit : 5juta/µL(N= 3,60 – 5,20
juta/µL), Natrium : 131 mmol/L (N= 135 – 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L
(N= 3,5 – 5,5 mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 – 105 mmol/L)
Evaluasi akhir : S : ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kejang, sudah
memasang penghalang. O : S : 37,2ºC, N: 124x/menit, RR: 42X/menit. Klien
tidak kejang, pengaman tempat tidur sudah terpasang dengan baik A : masalah
resiko injuri tidak terjadi. P: Lanjutkan intervensi Dx.2
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas contoh asuhan keperawatan pada An.D yang
mengalami kejang demam yang telah divas pada bab III serta memberikan saran
untuk masalah keperawatan yang harus diintervensi serta berkesinambungan.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian pada An. D menurut contoh gambaran kasus diatas
mendapatkan hasil data yang sesuai dengan teori yaitu seperti adanya
kejang demam yang disebabkan demam yang tinggi yaitu dengan suhu
39,5º , tidak ada respon verbal, frekuensi pernapasan meningkat 26
x/menit.
B. Saran
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan kejang
demam maka tugas perawat yang utama hádala sering memantau frekuensi
pernapsan anak, memperhatikan posisi anak, pengaman pada tempat tidur
anak.
Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
Lebih lengkap disini: KEJANG DEMAM | kumpulan askep askeb | download KTI
Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/