Anda di halaman 1dari 10

MEDIASI

TUGAS

Oleh :
T. Ocvan Randy
110110090229
Kelas D Pagi

Pembimbing dan Dosen :


Linda Rachmainy, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011
MEDIASI

A. Institusionalime Proses Mediasi dalam Sistem Persidangan


Pengintegrasian mediasi dalam sistem peradilan merupakan
institusionalisasi atau melembagakan proses mediasi dalam badan peradilan.
Maksud pelembagaan itu, sebagai upaya mendorong peran Pasal 130 HIR,
Pasal 154 RGB, agar :
- Mampu mendorong para pihak merundingkan penyelesaian perkara yang
lebih efektif melalui perdamaian,
- Dengan demikian, dalam upaya mewujudkan penyelesaian perkara
melalui perdamaian, tidak lagi bertumpu pada pasal 130 HIR, pasal 154
RGB, tetapi sekaligus berperdoman pada proses mediasi yang bersifat
memaksa (compulsory).

B. Pengertian Mediasi
Pengertian mediasi dalam kaitan pengintegrasiannya dalam sistem
peradilan sebagaimana yang digariskan dalam Pasal 1 butir 6 adalah :
- Proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui perundingan antara
pihak yang berpekara.
- Perundingan yang dilakukan para pihak, dibantu oleh mediator yang
berkedudukan dan berfungsi
1) Sebagai pihak ketida yang netral dan tidak memihak (imparsial), dan
2) Berfungsi sebagai pembantu dan penolong (helper) mencari berbagai
kemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan
saling menguntungkan para pihak.

Dimana letak perbedaan sistem integrasi mediasi ini dibanding tata


cara mendamaikan yang diatur dalam Pasal 130 HIR, Pasal 154 RBG?
Terletak pada keterlibatan langsung mediatordalam setiap pertemuan dan
perundingan yang terjadi. Mediator terlibat secara intensif dalam setiap
perundingan sampai pada saat penyelesaian. Keterlibatan langsung itu diatur
dalam Pasal 1 angka 5 dan Pasal 11 ayat (3) PERMA :
- Menurut pasal ! angka 5, mediator berfungsi membantu para pihak dalam
mencari kemungkinan penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan.
- Demikian juga pasal 2 ayat (1) menegaskan, setiap perkara yang diajukan
ke pengadilan tingkat pertama, wajib terlebih dahuli diselesaikan melalui
perdamaian dengan bantuan mediator,
- Sedang menurut pasal 11 ayat (3), baik pada saat perumusan
kesepakatan maupun sebelum para pihak menandatangani kesepakatan,
mediator wajib membantu dan memeriksa materi kesepakatan tersebut.

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal diatas, keterlibatan mediator dalam


penyelesaian sengketa dalam proses integrasi mediasi dalam sistem
peradilan, adalah langsung sejak awal sampai akhir proses. Sebaliknya,
keterlibatan hukum dalam proses perdamaian berdasarkan pasal 130 HIR,
Pasal 154 RGB :

- Tidaklangsung secara aktuf, tetapi hanya sekedar formalitas dalam bentuk


menganjurkan para pihak untuk berdamai,
- Berdasarkan anjuran itu, hakim hanya beroeran secara pasif, karena
menyerahkan sepenuhnya pertemuan dan perundingan kepada para
pihak.

C. Yang Dapat Bertindak Sebagai Mediator


Siapa yang dapat bertindak sebagai mediator diatur dalam pasal 1
butir 2, 5, dan 10 serta pasal 5 ayat (1) PERMA :
1. Klasifikasi Mediator
Diatur dalam pasal 1 butir 2 dan pasal 5 ayat (1) PERMA, yamg terdiri
atas :
a. Mediator dalam Lingkungan Pengadilan
Menurut pasal 1 butir 2, dilingkungan atau di sebuah pengadilan,
terdapat mediator. Oleh karena itu, pada setiap pengadilan diharuskan
ada :
o Daftar mediator,
o Daftar mediator, ,merupakan dokumen yang memuat nama-nama
mediator,
o Daftar mediator yang dituangkan dalam penetapan ketua
pengadilan.

Selanjutnya pasal 6 mengatur hal-hal berikut :

1) Yang dapat ditetapkan sebagai mediator


Menurut pasal 5 ayat (1), yang dicantumkan sebagai mediator dalam daftar
mediator pengadilan adalah :
- Berasal dari kalangan hakim,
- Boleh juga yang bukan hakim,
- Syarat telah memiliki sertifikat sebagai mediator,
2) Jumlah mediator dalam setiap pengadilan
Hal ini menegaskan dalam pasal 6 ayat (2), bahw pada setiap pengadilan
memiliki sekurang-kurangnya dua orang mediator.
3) Setiap pengadilan wajib memiliki daftar mediator:
Selain mencantumkan nama mediator dalam daftar harus disertai :
- Riwayat hidup, dan
- Pengalaman kerja.

b. Mediator di Luar Pengadilan


Selain mediator yang tercantum dalam daftar mediator yang terdapat di
lingkungan pengadilan berdasar Pasal 1 butir 2, Pasal 5 ayat (1),
PERMA mengakui juga eksistensi :
o Mediator diluar lingkungan pengadilan
o Mereka tidak terdaftar sebagai panel dalam daftar mediator yang
ditetapkan ketua pengadilan.
Menurut pasal 5 ayat (1) para pihak dapat dan bebas menyepakati
mediator yang berada diluar daftar mediator, oleh karena itu tidak
mutlak harus menyepakati mediator yang tercantum namanya
dalam daftar mediator.

2. Syarat Mediator
a. Telah mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi
Tempat pendidikan atau pelatihan mediasi yang diakui, terbatas pada
lembaga yang telah diaktrditasi oleh MA. Apabila pendidikan atau
pelatihan yang dijalani di luar lembaga yang tidak terakreditasi oleh
MA, maka dianggap tidak memenuhi syarat.
b. Memiliki sertifikat Mediator
Selain telah memperoleh pelatihan dan pendidikan dari lembaga yang
diakui atau diakreditasi oleh MA, harus memiliki sertifikat mediator dari
lembaga tersebut, sebagai bukti yang bersangkutan benar qualified
sebagai mediator.
c. Netral dan tidak memihak
Syarat ini dianggap meliputi sikap independen, sehingga
pengertiannya mencakup :
o Bersikap bebas dan merdeka dari pengaruh siapapun,
o Bebas secara mutlak dari paksaan dan direktiva pihak manapun.
Sedang syarat tidak memihak mengandung arti :
o Harus benar-benar bersikap imparsialitas, tidak boleh parsial
kepada salah satu pihak, dan
o Tidal boleh bersikap deskriminatif, tetapi harus memberi perlakuan
yang sama (equal treatmant) kepada para pihak.
Apakah seseorang yang mempunyai hubungan keluarga atau
hubungan kerja dengan salah satu pihak yang berpekara, dapat
disepakati bertindak sebagai mediator? Barangkali pertanyaan itu
dapat dijawab berdasarkan kriteria dan argumentasi berikut :
1) Selama yang bersangkutan dapat bersikap netral dan imparsial,
tidak menjdai masalah,
2) Apabila para pihak sepakat, tidak menjadi masalah meskipun
mediator tersebut mempunyai hubungan keluarga maupun
hubungan kerja dengan salah satu pihak.

D. Lingkup Yurisdiksi
Yang dimaksud dengan lingkup yurisdiksi adalah batas-batas
kewengan berlakunya proses integrasi mediasi dalam sistem peradilan.
Permasalahn yurisdiksi ini, terutama ditinjau dari beberapa aspek.

1. Yurisdiksi Instansional
Untuk memahami yurisdiksi instansional proses mediasi dalam sistem
peradilan adalah merujuk pada pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 1 butir 7 PERMA.
Menurut penggarisan pasal-pasal yang dimaksud, proses integrasi
mediasi dalam sistem peradilan :
o Secara mutlak menjadi yurisdiksi atau kompetensi instansi
pengadilan tingkat pertama
o Dengan demikian, penerapan yang diatur dalam PERMA No. 2
Tahun 2003, berada diluar yurisdiksi atau kompetensi peradilan
tingkat banding dan kasasi.
2. Yurisdiksi Substantif
Maksud yurisdiksi substantif, berkenaan dengan objek jenis sengketa apa
saja yang diselesaikan melalui proses mediasi yang digariskan PERMA.
Dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 1 butir 9 PERMA.
a. Meliputi semua jenis perkara perdata
Hal ini ditegaskan dalam pasal 2 ayat (1), yang berbunyi:
Semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama
wajib lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan
mediator.
Berdasarkan pasal tersebut, dengan tegas dikatakan, kewenangan
substantif mediasi :
o Meliputi semua perkara perdata yang bersifat individual dan privat,
o Tidak ada bidang jenis perkara yang dikecualikan.
b. Meliputi sengketa publik
Yaitu perkara perdata yang di dalamnya terkakit kepentinagan
masyarakat atau public interst. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1 butir 9,
bahwa sengketa publik termasuk yurisdiksi substantif proses integrasi
mediasi dalam sistem peradilan. Dan yang dimaksu dengan sengketa
publik menurut pasal tersebut adalah:
o Bidang lingkungan hidup (LH)
o Hak asasi manusia (HAM)
o Pertanahan,
o Perburuhan yang melibatkan banyak buruh

E. Jangka Waktu Proses Mediasi


Mengenai jangka waktu proses mediasi terdapat dua versi. Dan masing-
masing diatur dalam pasal yang berbeda.
1. Paling Lama Tiga Puluh Hari Kerja
Jangka waktu ini diatur dalam pasal 5 ayat (1) PERMA dengan syarat :
- Yang bertindak sebagai mediator, diluar daftar yang dimiliki oleh
pengadilan,
- Maka dalam hal ini, jangka waktu dalam proses mediasi adalah 30 (tiga
puluh) hari kerja, dari tanggal pemilihan mediator tesebut
2. Paling Lama Dua Puluh Hari Kerja
Ketentuan ini diatur dalam pasal 9 ayat (5) PERMA dengan syarat :
- Apabila yang menjadi mediator yang tercantum namanya dalam daftar
mediator yang ditetapkan pengadilan, maka proses mediasi paling lama
22 hari kerja,
- Jangka waktu tehitung dari tanggal terpilihnya mediator oleh para pihak
atau dari tanggal penunjukan mediator oleh ketua majelis.

F. Ruang Lingkup Tahap Mediasi


a. Para Pihak Wajib Menyerahkan Fotokopi Dokumen
Berdasarkan pada pasal 8 PERMA, timbullah kewajiban hukum kepada
para pihak melaksanakan tindaka berikut :
1) Wajib menyerahkan dokumen dan surat
a) Fotokopi dokumen yang memuat duduk perkara

Pertama, dalam sistem mediasi yang berlaku umum , dalam


formulir yang permohonan mediasi yang berlaku umum, dalam formulir
permohona mediasi, tercantum secara lengkap hal-hal berikut :
 Masalah-masalah yang disengketakan
 Penyelesaian yang diinginkan
 Ganti rugi atau pemulihan yang diminta

Kenapa standar ini diabaikan dengan rumusan yang tidak jelas? Oleh
karena itu penafsiran oleh duduk perkara yang digariskan dalam pasal
dimaksud :

- Bisa berupa standar permohonan mediasi yang yang memuat secara


ringkas minimal masalah sengketa, penyelesaian yang diinginkan, dan
ganti rugi atau rehabilitasi yang yang diminta
- Atau boleh berupa gugatan secara utuh yang meuat dalil atau posita
gugatan dengan potitum.

Kedua, jika duduk perkara saja yang disampaikan tanpa petitum atau
permintaan ganti rugi ataupun pemulihan, bagaimana mungkin mediator
dapat berperan dan berfungsi membantu para pihak ke arah penyelesaian
yang bercorak win-win solution?

b) Fotokopi surat-surat yang diperlukan

2) Tenggang Waktu Penyerahan


Tenggang waktu penyerahan surat dan dokumen-dokumen juga diatur
dalam pasal 8 PERMA :
o Paling lambat dalam waktu tujuh hari kerja,
o Terhitung para pihak memilih mediator atau ketua majelis yang
menunjuk mediator.
3) Diserahkan kepada mediator dan pihak lain
Menurut pasal 8 PERMA :
o Disampaikan kepada mediator,
o Kepada pihak lain
Berarti para pihak secara timbal balik saling menyerahka dokumen
dan surat-surat yang dimaksud kepada masing-masing pihak.

G. Mediasi Menghasilkan Kesepakatan


1) Wajib Merumuskan secara Tertulis Kesepakatan
Pasal 11 PERMA mengatur tindakan apa yang harus dilakukan, apabila
mediasi menghasilkan kesepakatan :
1. Para pihak wajib merumuskan kesepakatan tersebut
2. Kesepakatan dirumuskan secara tertulis
3. Pelaksanaan perumusan dibantu oleh mediator
4. Kesepakatan yang tekah dirumuskan ditandatangani para pihak

2) Wajib Mencantumkan Klausul Pencabutan Perkara


Menurut pasal 11 ayat (2) :
o Pencabutan perkara
o Pernyataan perkara telah selesai

3) Mediator Wajib Memeriksa Materi Kesepakatan


Pasal 11 ayat (3), membebani kewajiban kepada mediator:
o Memeriksa materi kesepakatan
o Hal itu dilakukan sebelum para pihak menandatangani kesepakatan
4) Menghadap Kembali pada Hakim
Para hari sidang yang telah ditentukan sebeliumnya :
o Para pihak diwajibkan menghadap kembali pada hakim,
o Di depan sidang tersebut para pihak memberitahukan, mediasi
telah mencapai kesepakatan.
5) Hakim dapat mengukuhkan kesepakatan
a) Harus ada permintaan dari para pihak
Para pihak mempunyai kebebasan memilih, apakah kesepakatan
dikukuhkan atau tidak dalam penetapan akta perdamaian. Apabila mereka
memilih untuk dikukuhkan :
o Dapat mengajukan hal itu pada hakim,
o Atas permintaan itu, hakim mengeluarkan penetapan yang diberi
judul akta perdamaian.
o Sejak tanggal penetapan diterbitkan, padanya melekat ketentuan
pasal 130 HIR, Pasal 154 RGB, yaitu penetapan memiliki
kualitas,sama dengan putusan pengadilan yang memiliki kekuatan
hukum tetap, sehingga kekuatan mempunyai kekuatan
eksekutorial, dan terhadapnya tidak dapat diajukan permohonan
banding.
b) Hakim tidak memiliki kewenangan secar ex-officto untuk mengikuhkan
Apabila ada pihak tidak meminta pengukuhan, tertutup kewenagan
hakim untuk mengeluarkan akta perdamaian, karena PERMA tidak
memberikan hak ex-officio untuk itu kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai