TUGAS
Oleh :
T. Ocvan Randy
110110090229
Kelas D Pagi
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011
MEDIASI
B. Pengertian Mediasi
Pengertian mediasi dalam kaitan pengintegrasiannya dalam sistem
peradilan sebagaimana yang digariskan dalam Pasal 1 butir 6 adalah :
- Proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui perundingan antara
pihak yang berpekara.
- Perundingan yang dilakukan para pihak, dibantu oleh mediator yang
berkedudukan dan berfungsi
1) Sebagai pihak ketida yang netral dan tidak memihak (imparsial), dan
2) Berfungsi sebagai pembantu dan penolong (helper) mencari berbagai
kemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan
saling menguntungkan para pihak.
2. Syarat Mediator
a. Telah mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi
Tempat pendidikan atau pelatihan mediasi yang diakui, terbatas pada
lembaga yang telah diaktrditasi oleh MA. Apabila pendidikan atau
pelatihan yang dijalani di luar lembaga yang tidak terakreditasi oleh
MA, maka dianggap tidak memenuhi syarat.
b. Memiliki sertifikat Mediator
Selain telah memperoleh pelatihan dan pendidikan dari lembaga yang
diakui atau diakreditasi oleh MA, harus memiliki sertifikat mediator dari
lembaga tersebut, sebagai bukti yang bersangkutan benar qualified
sebagai mediator.
c. Netral dan tidak memihak
Syarat ini dianggap meliputi sikap independen, sehingga
pengertiannya mencakup :
o Bersikap bebas dan merdeka dari pengaruh siapapun,
o Bebas secara mutlak dari paksaan dan direktiva pihak manapun.
Sedang syarat tidak memihak mengandung arti :
o Harus benar-benar bersikap imparsialitas, tidak boleh parsial
kepada salah satu pihak, dan
o Tidal boleh bersikap deskriminatif, tetapi harus memberi perlakuan
yang sama (equal treatmant) kepada para pihak.
Apakah seseorang yang mempunyai hubungan keluarga atau
hubungan kerja dengan salah satu pihak yang berpekara, dapat
disepakati bertindak sebagai mediator? Barangkali pertanyaan itu
dapat dijawab berdasarkan kriteria dan argumentasi berikut :
1) Selama yang bersangkutan dapat bersikap netral dan imparsial,
tidak menjdai masalah,
2) Apabila para pihak sepakat, tidak menjadi masalah meskipun
mediator tersebut mempunyai hubungan keluarga maupun
hubungan kerja dengan salah satu pihak.
D. Lingkup Yurisdiksi
Yang dimaksud dengan lingkup yurisdiksi adalah batas-batas
kewengan berlakunya proses integrasi mediasi dalam sistem peradilan.
Permasalahn yurisdiksi ini, terutama ditinjau dari beberapa aspek.
1. Yurisdiksi Instansional
Untuk memahami yurisdiksi instansional proses mediasi dalam sistem
peradilan adalah merujuk pada pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 1 butir 7 PERMA.
Menurut penggarisan pasal-pasal yang dimaksud, proses integrasi
mediasi dalam sistem peradilan :
o Secara mutlak menjadi yurisdiksi atau kompetensi instansi
pengadilan tingkat pertama
o Dengan demikian, penerapan yang diatur dalam PERMA No. 2
Tahun 2003, berada diluar yurisdiksi atau kompetensi peradilan
tingkat banding dan kasasi.
2. Yurisdiksi Substantif
Maksud yurisdiksi substantif, berkenaan dengan objek jenis sengketa apa
saja yang diselesaikan melalui proses mediasi yang digariskan PERMA.
Dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 1 butir 9 PERMA.
a. Meliputi semua jenis perkara perdata
Hal ini ditegaskan dalam pasal 2 ayat (1), yang berbunyi:
Semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama
wajib lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan
mediator.
Berdasarkan pasal tersebut, dengan tegas dikatakan, kewenangan
substantif mediasi :
o Meliputi semua perkara perdata yang bersifat individual dan privat,
o Tidak ada bidang jenis perkara yang dikecualikan.
b. Meliputi sengketa publik
Yaitu perkara perdata yang di dalamnya terkakit kepentinagan
masyarakat atau public interst. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1 butir 9,
bahwa sengketa publik termasuk yurisdiksi substantif proses integrasi
mediasi dalam sistem peradilan. Dan yang dimaksu dengan sengketa
publik menurut pasal tersebut adalah:
o Bidang lingkungan hidup (LH)
o Hak asasi manusia (HAM)
o Pertanahan,
o Perburuhan yang melibatkan banyak buruh
Kenapa standar ini diabaikan dengan rumusan yang tidak jelas? Oleh
karena itu penafsiran oleh duduk perkara yang digariskan dalam pasal
dimaksud :
Kedua, jika duduk perkara saja yang disampaikan tanpa petitum atau
permintaan ganti rugi ataupun pemulihan, bagaimana mungkin mediator
dapat berperan dan berfungsi membantu para pihak ke arah penyelesaian
yang bercorak win-win solution?