Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati tetapi hanya dapat diperkirakan (ditaksir). Perkiraan nilainya dapat dilakukan
berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang kemudian dihubungkan/dikaitkan dengan penampilan
(performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah juga dapat ditaksir dengan
mengamati keadaan tanaman secara langsung. Dengan cara pertama hanya dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah, sedangkan dengan cara kedua hanya dapat diketahui tanggap (reaksi) tanaman terhadap keadaan tanah yang
dihadapinya.
Untuk menentukan nilai kesuburan tanah maka perlu dilakukan evaluasi kesuburan tanah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
untuk melakukan evaluasi adalah : analisis tanah, mengamati gejala-gejala pada pertumbuhan tanaman, analisis tanaman, percobaan
di lapangan dan percobaan di rumah kaca. Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui pH, kandungan unsur hara, bahan organik
dan sebagainya sehingga akan diketahui kandungannya untuk dibandingkan dengan kebutuhan pada masing-masing tanaman.
Dengan berbagai kegiatan tersebut akan diketahui status kesuburan tanah dan selanjutnya dapat ditentukan tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanahnya misalnya dengan pemupukan atau pengairan.
Dari hasil evaluasi kesuburan tanah baru bisa ditetapkan langkah-langkah untuk mengembalikan kesuburannya, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan bahan organik,
pemupukan dengan penambahan unsur hara tertentu, pengolahan lahan, pengairan dan drainase.
Yang perlu menjadi perhatian adalah agar kegiatan untuk menyuburkan tanah malah mengakibatkan tanah menjadi tidak subur
(miskin). Selama ini sudah terlanjur menjadi paham terutama pada petani tradisional bahwa dengan menggunakan pupuk kimia
otomatis dapat meningkatkan kesuburan tanahnya. Padahal seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa nilai kesuburan tanah
merupakan interaksi dari beberapa komponen termasuk keberadaan bahan organik dan mikroorganisme yang berada di dalam
tanah. Keberadaan mikroorganisme ini semakin berkurang seiring dengan peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
Padahal keberadaan mikroorganisme tersebut dibutuhkan untuk perombakan bahan organik agar tersedia untuk tanaman, menekan
perkembangan mikroorganisme tanah yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dan yang lainnya. Pegembalian bahan
organik sudah jarang dilakukan lagi karena dinilai tidak praktis, padahal dalam bahan organik tersebut juga tersedia unsur hara yang
dibutuhkan tanaman selain juga dapat memperbaiki struktur tanah (keras menjadi lebih gembur).
Itulah sebabnya kenapa dalam setiap kesempatan LPS senantiasa memberikan pengetahuan kepada petani binaannya agar kembali
menggunakan bahan organik untuk pertanamannya. Cara ini terbukti yang paling murah untuk dapat mengembalikan kesuburan
tanahnya.