KELAINAN
KROMOSON
Kelainan yang
Timbul pada Tingkat Sel Benih
Kelainan Khas Kromosom Seks. Salah satu kelainan kromosom seks yangpaling umum ialah
terdapatnya kromosom X ektsra pada seorang laki-laki., sehingga memiliki
konstitusi kromosom seks XXY. Pria dengan kombinasi kelainan ini biasanya
memiliki testis kecil dan mandul. Dalam kehidupannya kemudian mereka
memperlihatkan tanda-tanda kemunduruan intelektual. Kondisi ini, yang disbut sindrom
Klinefelter, dapat diakibatkan
gagalnya kedua kromosom X pada biang (precursor) sel benih diploid maternal
memisahkan diri dan masuk sel-sel berbeda pada meiosis; malah kedua kromosom
itu menuju ovum yang dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom Y. Lebih jarang
konstitusi XXY terjadi bilal spermatozoa-XY (terjadi akibat gagalnya pemisahan
kromosom X dan Y sewaktu meiosis) membuahi ovum pembawa X normal. Kromosom seks
sel-sel ayah dapat pula gagal memisahkan diri pada kedua pembelahan meiosis,
dan hal ini menghasilkan konstitusi kromosom XXXY atau XXXXY. Varian sindrom Klinefelter
demikian ditandai
perkembangan mental yang sangat terbelakang.
Kelainan
lain pada pria ialah susunan XYY. Laki-laki dengan kombinasi khusus ini
cenderung bertubuh tinggi-tinggi, dan terdapat indikasih bahwa beberapa di
antaranya mempunyai predisposisi berkelakuan agresfi atau antisocial. Tingkat
inteligensianya dapat sub-normal, namun umumnya tetap dapat mempunyai anak.
Dalam hal ini pemisahan kromosom seks ayah yang kurang sempurna pada pembelahan
meiosis kedua selama spermatogenesis menghasilkan spermatozoas YY yang pada
pembuahan memberi dua kromosom Y dan bukannya satu.
Perempuan
yang lahir dengan kromosom X tambahan (dengan kata lain perempuan dengan XXX)
dapat pula disertai retardasi mental dan sejumlah di antaranya mandul. Kasus
dengan kromosom X yang lebih banyak lagi (misalnya XXXX dan XXXXX) hanya memperburuk
keadaan.
Perempuan
yang dilahirkan dengan satu kromosom X dan bukannya dua, menampakkan kondisi
yang leibh jarang yang disebut Sindrom
Turner. Istilah umum yang dipakai untuk menyatakan bahwa kurang satu pasang
kromosom homolog pada sel diploid adalah monosomi. (Yun, monos, tunggal). Selain beberapa
bayi dengan monosomi pada kromosom
X dan sejumlah kasus monosomi 21, monosomi tidak dapat bertahan hidup.
Diperlukan dua kromosom X agar ovarium
dapat berkembang sempurna. Perempuan yang lahir dengan konstitusi XO ( huruf O
menunjukan bahwa homolog kromosom X tidak ada) hanya memiliki ovarium yang
kurang berkembang dan selain itu bertubuh pendek dan menampakkan ciri fisik
khas lainnya. Payudara tidak membesar dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya
tidak nampak sebagaimana biasanya pada umur pubertas . Individu demikian
memiliki tingkat inteligensia normal namun jarang bermenstruasi dan hampir
semuanya mandul.
Contoh Kelainan pada Autosom. Lebih kurang 1 di antara 800 bayi dilahirkan dengan trisomi
21, yang nama lainnya adalah sindrom down.
Kelainan ini merupakan kelainan kromosom yang paling banyak didapat pada bayi
yang dilahirkan. Lagi pula risiko seorang ibu mendapat bayi dengan sindrom Down
sangat meningkat dengan bertambah umurnya, erutama bila dia hamil dalam masa
akhir masa reproduksinya. Individu dengan sindrom down bertubuh pendek dan
mudah dikenali oleh ciri mukanya yang khas dan tanda fisik lainnya yang kurang
mencolok.Walaupun pada umumnya bersifat riang gembira, mereka semua mengalami
retardasi mental.
Pada
kebanyakan kasus, individu dengan sindrom down ketambahan satu kromosom utuh di
dalam selnya. Sewaktu dapat dipastikan bahwa kromsom ini termasuk kelompok G
maka disepakati menggolongkannya sebagai kromosom 21 tambahan. Teknik pemberian
pita-pita kemduian memastikan bahwa yang bersangkutan memang kromosom 21 lain.
Namun trisomi 21 sekarang secara luas dipakai karena menunjukkan bahwa dalam
kasus sindrom Down klasik terdapat tiga kromosom 21 dalam setiap sel.
Simbol yang dipakai Menggambarkan Kariotip dan
Kelainan Kromosom. Untuk dapat menunjukkan konstitusi
kromosom seseorang, jumlah total kromosomnya harus dicatat dulu, diikuti
komplemen kromosom seks. Tidak ada penjelasan khusus tentang autosom, kecuali
bila ditemukan kelainan padanya. Jadi kariotip pria normal digambarkan sebagai
46. XY. Konstitusi kromosom perempuan dengan sindrom Down, yagn memilki
kelebihan kromosom 21, akan digambarkan sebagai 47.XX, + 21 (tana + menunjukkan
adanya autosom tambahan). Kariotip laki-laki dengan sindrom Klinefelter dengan
dua kromosom X akan dicatat sebagai 47.XXY. Perempuan dengan sindrom Turner
akan dilukiskan dengan 45.X atau 45.XO (keduanya dapat diterima).
Kelainan yang
Timbul pada Tingkat Sel Somatik
Seperti
telah kita lihat, aneuploidi dapat pula terjadi dalam turunan pada tingkat sel
benih, yang menghasilkan jumlah kromosom seperti 45 dan 47. Poliploidi pun
dapat terjadi pada sel benih, namun hal ini hampir pasti berakhir sebagai
abortus spontan. Sekalipun fetus tripoid sampai lahir, yang dapat terjadi,
mereka tidak dapat hidup terus.
Karena
transformasi sel normal menjadi sel kanker merupakan perubahan genetik, sel-sel
kanker dapat meneruskan sifat-sifat ganas dan invasinya kepada semua
turunannya. Tambahan pula, kecuali tumor ganas itu seluruhnya diangkat melalui
cara bedah atau dimusnahkan secara total dengan cara lain, sel-selnya dapat
menyebar melalui darah atau getah bening ke bagian-bagian tubuh lain yang
terletak berjauhan dari letak asalnya. Pada tempat-tempat demikian sel-sel
kanker itudapat membentuk pusat desktruksi dan penumbuhan invasif baru,
peristiwa penyebaran ini disebut metastasis,
dan dengan cara demikian sel-sel kanker dapat menjalar ke seluruh tubuh. Dengan
tidak adanya respons terhadap pengaruh yang biasanya menghambat proliferasi
sel, maka sel-sel kanker akan tetap berproliferasi karena mereka tidak perlu
memperhatikan dan mengalah terhadap kematian tuan rumahnya.
Sel-sel
kanker begitu seringnya menunjukkan aneuploidi sehingga ditemukannya kondisi
ini pada sel-sel somatik seseorang yang sebenarnya secara kromosom normal dapat
dikatakan sebagai sel-sel kanker. Namun tiadanya aneuploidi pada sel-sel
demikian tidaklah menutup kemungkinan bahwa sel-sel itu mungkin sel kanker,
karena tidak semua sel kanker bersifat aneuploid. Kemungkinan berubah menjadi
kromosom aneuploid agak bertambah dengan makin seringnya berproliferasi. Jadi
aneuploidi yang timbul pada tingkat se somatik dapat merupakan hasil akhir
perubahan genetik yang melepaskan sel dari kendala terhadap proliferasi sel.