Anda di halaman 1dari 4

X. MARIA SEBAGAI PEMBUJUK ALLAH BAPA?

Membuka bahasan ini, saya mengajak pembaca yang budiman untuk melihat kutipan
dari Keluaran 32:7-14 yang melukiskan pandangan religius pada zaman firaun
Ramses II (permulaan Zaman Besi, kira-kira 1200 seb.M). Nabi Musa ketika itu
berada di Gunung Sinai di mana la menerima dua loh hukum Dekalog dari Yahwe,
sedangkan banyak orang Israel menyembah berhala di kaki gunung.

Kel. 32:7-14: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu
yang kau pimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka
menyimpang dan jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat
anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan
mempersembahkan korban, sambil berkata. Hai Israel, inilah Allah-mu yang telah
menuntun engkau keluar dan tanah Mesir." Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah
Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.
Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaKu bangkit terhadap mereka dan Aku
akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.
" Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata:
"Mengapakah, TUHAN, murka Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kau bawa
keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?
Mengapakah orang Mesir akan berkata. “Dia membawa mereka keluar dengan
maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung
dan membinasakannya dan muka bumi? Berbaliklah dan murkaMu yang bernyala-
nyala itu dan menyesallah karena malapetakayang hendak Kaudatangkan kepada
umat Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba Mu itu, sebab
kepada mereka Engkau telah bersumpah demi din Mu sendiri dengan berfirman
kepada mereka”

Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang
telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk
selama-lamanya." Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-
Nya atas umat-Nya (Bacaan I pada hari Kamis Pekan Prapaskah IV).

KOMENTAR:

Ada orang yang mengatakan: "Allah menciptakan manusia." Yang lain mengatakan:
"Manusia menciptakan Allah." Meskipun kalimat kedua kurang umum, intinya benar,
dalam arti bahwa manusia step by step mewujudkan citranya tentang Allah. Pengertian
manusia tentang Allah dibentuk selama ratusan abad dan kelihatan suatu
perkembangan dalam gambaran Allah seperti berangsurangsur mulai disadari bangsa
Yahudi. Bandingkan buku terkenal dari Karen Armstrong, A History of God, 1993.
Puncak wahyu tentang siapakah sebenarnya Allah adalah datangnya Yesus. la
membuat loncatan raksasa dari citra Allah yang primitif tadi menuju citra Allah
Bapa sebagai asal-usul segala kebaikan dan cinta: Allah adalah cinta (1 Yoh. 4:16).

Bahaya besar dari devosi marial tertentu masa kini bahwa orangnya membuat suatu
langkah mundur raksasa dari milennium ketiga ini kembali kepada Zaman Ramses II
dari Mesir, dari Zaman Komputer kembali kepada Zaman Besi.

Ternyata citra Allah dalam kutipan Keluaran tadi masih amat primitif, tercampur
dengan unsur kafir. Maklumlah, buku Keluaran adalah salah satu buku tertua dari
Perjanjian Lama dan di sana digambarkan bahwa Musa baru saja mendapat wahyu
tentang nama Allah, yaitu Yahwe. Menurut citra Allah itu, ternyata la masih kurang
bijaksana, kurang mengerti bangsa Yahudi daripada Musa yang peranannya hebat
sebagai pembujuk Yahwe dan penyelamat bangsa Yahudi sangat ditonjolkan. Bahkan
nabi Musa memberanikan diri untuk mengajak Yahwe supaya la bertobat.

Saya menyebut bahwa pandangan ini bercampur dengan unsur kafir, karena
pertimbangan berikut: Sang Pencipta, sumber segala kebaikan dan cinta, dilukiskan
sebagai Oknum kurang baik daripada makhluk Musa. Kalau seandainya cerita itu benar,
maka bangsa Yahudi harus sangat berterima kasih kepada Musa yang berperan
sebagai pembujuk dan telah menyelamatkan bangsanya.

Menjadi observasi saya bahwa banyak orang Katolik masa kini kembali kepada
pandangan primitif yang sama tentang Allah dan dari lain pihak Yesus dan Maria.
Banyak orang percaya bahwa tiada banyak harapan bagi bangsa manusia jika tiada
bujukan entah dari Kristus atau lebih-lebih dari pihak Maria. Mereka berdua harus
berintervensi agar Allah bertobat dan akan menarik kembali hukuman-Nya yang
terlalu keras.

Padahal, menurut ajaran Perjanjian Baru, Allah Bapa justru adalah asal-usul segala
kebaikan. Dialah yang disebut Yohanes sebagai "Deus caritas est", Allah adalah (dan
bukan hanya memiliki) cinta kasih. Sebelum Yesus atau Maria berbicara, Allah
Bapa sudah membuka tangan-Nya untuk merangkul kita. Allah Bapa tidak
membutuhkan bujukan dari Kristus atau Maria. Dia tidak usah diajak agar
memberi ampun. Bapa sudah siap sebelum Yesus mencurahkan tetes darah
pertama. Tetes darah itu bukan "denda" atau uang tebusan yang harus dibayar
Yesus sebelum Bapa sudi diajak rekonsiliasi.

Banyak orang mengatakan: "Untunglah ada Yesus, untunglah ada Maria!". Dijawab: dengan
sepenuh hati saya mengulangi dan menekankan kalimat itu sebagai kalimat sangat
benar. Namun, Yesus dan Maria (atau orang kudus lain) sama sekali tidak saya butuhkan
sebagai pembujuk Allah Bapa. Untunglah ada Yesus dan Maria sebagai PENAMPAK dan
PEWARTA cinta sebesar Allah Bapa. Tanpa mereka, saya tetap buta dan tidak tahu
tentang Allah yang begitu luar biasa baik. Namun, Allah tidak usah DIJADIKAN baik oleh
Yesus atau Maria lewat bujukan mereka.

Sejak permulaan la sudah begitu luar biasa baik, namun tanpa Yesus dan Maria
saya kurang tahu akan Cinta Induk itu. Saya tidak tahu kalau seandainya tiada
pemberitahuan dan penampakan cinta itu oleh Yesus, Maria (dan sekian banyak
orang lain seperti Ibu Teresa dari Kalkuta dan misalnya Mgr. Th. Moors MSC yang
sungguh memperlihatkan kepadaku bahwa Allah adalah baik).

Yesus dan Maria (plus sekian banyak orang baik lain) adalah PENGANTARA Allah dan
bangsa manusia. Tetapi kita harus sadar bahwa kata "pengantara" adalah sangat dwi-
arti, yaitu:

(1) orang yang menyampaikan suatu kabar dari pihak A kepada pihak B, misalnya, Andi
Malarangeng, Juru Bicara Presiden, menyampaikan kabar dari Presiden kepada bangsa
Indonesia. Andi Malarangeng sebagai pengantara adalah pemberitahu.
(2) orang yang coba memperdamaikan dua pihak yang berselisih. Si pengantara dalam
arti pendamai berbicara dengan pihak A, lari kepada pihak B, berusaha untuk
memperlunak posisi semula dari A, dapat konsesi kecil dari A, lantas lari kembali ke B.
Proses ini terus diulangi clan akhirnya ada kompromi. Bdk. peran Bush dalam dialog
Sharon clan Yasser Arafat. Atau seperti tadi dalam kutipan Keluaran: Yahwe yang adil
berkonflik dengan bangsa Yahudi yang brengsek. Musa menjadi pendamai.

Sekali lagi, banyak orang masa kini yang mempropagandakan suatu devosi marial
tertentu seperti dengan kaset Doa Rosario atau dengan majalah (anonim dan tanpa
Imprimatur) Info Pesan-Pesan Tuhan Yesus dan Bunda Maria kepada anak-anak-Nya di
Indonesia" ingin kembali kepada zaman Ramses II dan permulaan Zaman Besi dan 3500
tahun lalu. Dipropagandakan suatu citra Allah dari zaman primitif clan setengah kafir itu
yang sebenarnya 2000 tahun lalu sudah dikoreksi dan dikesampingkan oleh Yesus. Saya
heran bahwa ajaran begitu jelas dari Perjanjian Baru dengan begitu gampang
dikesampingkan, bahkan dikalahkan oleh bermacam-macam pesan, penampakan
dan halusinasi yang konon dari "surga".

Akhirnya, siapa belum yakin namun ingin diyakinkan bahwa kebaikan Allah tidak
membutuhkan insentif atau katalisator berupa bujukan dari Yesus atau Maria, silakan tutup
dulu buku devosi dan buka:

* Yohanes 3:16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nyayang tunggal, supaya setiap orang yang,percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam
dunia.

Puluhan kali diulangi bahwa Allah Bapa MENGUTUS Putera-Nya dan bahwa bukan
Putera ambil inisiatif untuk mulai main "pendamai" atau "pembujuk".

* Roma 8.31: Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak
menyayangkan Anak Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua,
bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama
dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang
membenarkan mereka? Siapakahyang akan menghukum mereka?

* Titus 3:4: Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada
manusia. Kutipan terkenal yang dibaca pada Pesta Natal, menyebut Allah BAPA
sebagai PENYELAMAT yang kemurahan hatiNya menjadi nyata dalam diri Yesus
Kristusyang lahir.

Syukurlah, Yesus - dan juga Maria dalam ukuran jauh lebih terbatas - telah
membuka rahasia abadi bahwa Allah mencintai kita. Sayang sekali jika mereka
sekarang disalahgunakan untuk menutup sekali lagi rahasia itu.

Akhimya, siapa yang merasa diri dipanggil untuk MEMBAHARUI hidup religius di Gereja
Katolik Indonesia tidak usah mempropagandakan lagi devosi kepada St Maria atau Hati
Kudus (praktek kedua devosi tua ini sudah lumayan baik dan umum) melainkan
sebaiknya mulai mempropagandakan devosi kepada ALLAH BAPA. Justru Dialah, asal
usul segala berkat, rahmat, cinta dan belas kasihan yang sampai saat ini AMAT DI-BAPA-
TIRIKAN. Belum ada satupun pesta bagi Allah Bapa dan baru beberapa waktu lalu untuk
pertama kalinya - sejauh saya tahu - ditahbiskan sebuah gereja kepada "Allah Bapa
Penuh Belaskasihan" (?) (Dio Padre Misericordioso).

Siapakah yang ingin mengambil inisiatif untuk membuat suatu seminar tentang
Allah Bapa? Saya berjanji akan hadir meskipun harus datang jauh dari Manado. *

Anda mungkin juga menyukai