UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 1. Budaya Koentjaraningrat (2002) - mendefinisikannya sebagai seluruh total dari fikiran, karya & hasil karya manusia yang tidak berakal kepada nalurinya & yang hanya dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar. Ki Hajar Dewantara, mendefinisikan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Robert H Lowie, mengartikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma- norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal. Dari berbagai definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa budaya merupakan hasil karya manusia yang dikembangkan dari buah pikir manusia itu sendiri. Budaya berkembang seiring dengan perkembangan manusia, dan membantu kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Perwujudannya berupa pola-pola perilaku, kepercayaan, aturan, peralatan hidup, seni dll. 2. Budaya Politik Menurut Almond dan powell, budaya politik merupakan dimensi psikologi dari sistem politik, yang mana budaya politik bersumber pada perilaku lahiriah dari manusia yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam sikapnya dan bagian terhadap peranan warga dalam sistem itu. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain. Selain itu, budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka, atau tertutup. Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan. Bisa disimpulkan bahwa dalam budaya politik ada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Dalam hal ini budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat, namun setiap unsur masyarakat mempunyai budaya politik yang berlainan. Budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan-kegiatan partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. 3. Budaya politik jawa yang sangat dipengaruhi oleh berbagai konsep. Masalah politik dalam budaya Jawa, kita bisa mulai menelusurinya dari konsep kekuasaan yang berlaku terlebih dahulu. Kita harus dapat memahami cara berpikir, paradigma umum yang berlaku, cara bersikap dan bertindak “orang Jawa”. Orang Jawa dikenal memiliki cara berpikir yang berjenjang, yaitu: nalar, manah dan menggalih. Berdasarkan pola pikir khas Jawa yang berjenjang tersebut maka kekuasaan harus jatuh pada sosok Satriya yang dikenal sebagai pemimpin yang merakyat atau Panakawan. Menurut paham Jawa, kekuasaan merupakan ungakapan realitas yang sama, berasal dari sumber tunggal yang sama, berkualitas sama dan lebih dulu ada daripada hal lainnya, termasuk pengertian baik dan buruk. Paham ini berasal dari anggapan bahwa hakekat alam semesta itu tetap, tidak bertambah luas atau menyempit. Ketiga, kekuasaan tidak mempersoalkan dari mana ia berasal dan kemudian menyerap bebagai gumpalan kekuasaan baik kawan maupun lawan. Jadi budaya politik jawa memang sangat kental dengan konsep kekuasaan yang pada dasarnya kekuasaan tersebut mereka yakini berasal dari alam semesta dalam hal ini merupakan konsep lingkungan manusianya, dan berpengaruh pula dalam konsep kepemimpinan yang diselengarakan oleh masyarakat jawa, bagaimana masyarakat jawa menentukan siapa yang menjadi pemimpinnya (dalam hal ini adalah kesatrya). Dan semuanya tersebut bertolak dari bagaimana kekuasaan dalam budaya politik jawa itu timbul.
Daftar Pustaka
Mariam Budiardjo, prof. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama Masyhuri Arifin, 2009. “Definisi Kebudayaan Menurut para Ahli” (online), (Hanya Sekedar Kreasi Sendiri.htm, dikses tanggal 8 Mei 2010) Suteng S. Bambang. 2007. Kewarganegaraan Kelas I SMA Jakarta: Erlangga