Anda di halaman 1dari 2

Profil

Wury Febrianingrum Suyono

Berproses dan Berkarya


Tubuhnya tergolong kecil namun berisi. Kulitnya kuning langsat. Bersih. Temantemannya biasa memanggilnya Wuri, meski nama lengkapnya Wury Febrianingrum Suyono. Sejak duduk di SD Manisrejo II (2000) gadis kelahiran Madiun ini sudah menyukai dunia kesenian. Demikian pula saat duduk di SMP Negeri 1 Madiun dan SMA Negeri 1 Madiun. Kemampuan keseniannya semakin terasah kembali ketika ia duduk di bangku kuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan bergabung bersama Teater Sopo. Hingga kini berbagai pertunjukan teater pernah dilakoninya. Sebut saja pentas Produksi Teater Sopo XVII yang bertajuk Kanobalogy, pentas Produksi Teater Sopo XVIII dengan tajuk Sidang Susila, pentas Wek-wek, pentas anak angin dan pada tahun 2011 ia dipercaya sebagai sutradara dalam pentas Sidang Susila. Kesenian sudah menjadi bagian dalam kehidupan saya, ujar perempuan yang lahir di kota gadis 19 Februari 89 yang tidak hanya menggeluti dunia seni peran namun juga mendalami dunia pencak silat yang tergabung dalam perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Saya menyukai dunia seni dan pencak silat ini, ungkapnya. Baginya dalam hidup yang terpenting adalah proses. Proses disetiap kegiatan yang ia jalani. Karena menurutnya itulah yang membawanya menjadi manusia yang bermanusia. Dunia seni dan pencak silat memang tidak bisa ia pilih salah satu, kerena kedua dunia yang cukup bertolak belakang itu sudah mendarah daging dalam dirinya sejak ia kecil, apalagi ia tumbuh dikota yang terkenal dengan perguruan pencak silatnya itu. Namun tak hanya itu, perempuan yang sedang menyelesaikan kuliah di program studi ilmu komunikasi FISIP UNS ini juga menekuni dunia seni Tari bersama kawankawannya yang juga anggota Teater Sopo. Menurut catatan, ia pernah beberapa kali tampil menari dalam berbagai acara seperti pentas tari di depan pemkab wonogiri bersama kelompok tari Kethek Ogleng, dan pentas tari untuk mengisi acara kesenian di berbagai daerah di wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur.

Tak hanya itu, puncak kesuksesannya sebagai pecinta seni adalah ketika ia didapuk sebagai pemain utama dalam pentas Anak Angin Teater Sopo yang dipentaskan dalam pementasan bertaraf nasional yaitu Peksiminas. Sebagai aktris teater nasional ia tidak pernah merasa lebih dari pemain-pemain teater lainnya. Baginya semuanya adalah proses belajar dan yang paling penting adalah bagaimana ia berkarya untuk dirinya sendiri, keluarga, orang-orang disekelilingnya dan masyarakat pada umumnya. Seni peran, seni tari, dan pencak silat harus seimbang semuanya, dan kita harus pintar dalam membagi setiap porsinya, ujar Wury yang lahir dari pasangan PNS Suyono dan Jumiati. Menurutnya berkesenian tidak hanya ajang penyeimbang otak kanan dan otak kiri, tetapi juga mengembangkannya. Dengan berkesenian orang akan lebih memiliki rasa saling menyayangi satu dengan yang lainnya, karena dengan berkesenian manusia berproses dan belajar untuk saling memahami dan saling merespon sehingga menjadi peka olah batinnya pula. Sebab berkesenian sejatinya adalah memanusiakan manusia untuk saling berbagi, belajar dan memahami. (Apsari Retno Wiratmi)

Anda mungkin juga menyukai