Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PRODUKSI DOKUMENTER

“SANG PENARI”

NAMA : ERZA ALDI PRADHANA

KELAS : 2D

NIM : 2018118121

Daftar Isi

Bab I pendahuluan

1. Latar Belakang ………………………………………………………

Bab II Proses Produksi


1. Pra Produksi ………………………………………………………….

A. Film Statement ………………………………………………..

B. Sinopsis ……………………………………………………….

C. Threatment ……………………………………………………

D. Naskah ……………………………………………………….

E. Time Table ……………………………………………………

F. Budgeting ……………………………………………………..

2. Produksi ……………………………………………………………….

A. Peminjaman Alat ………………………………………………

B. Shooting ……………………………………………………….

C. Transkrip Wawancara …………………………………………

3. Pasca Produksi …………………………………………………………

A. Editing …………………………………………………………

Bab III Penutup ………………………………………………………………..

Kesimpulan ……………………………………………………………

Crew Pembuatan Film Dokumenter

“Sang Penari”

1. Producer …………………………………… Erza Aldi P


2. Director …………………………………..... Zakiyah

3. Script writer ……………………………… Shelly Apriyanti

4. Script writer ................................................. Wiwit Mayresta

5. Cameraman ………………………………… Charis Benedict Hariandja

6. Cameraman ………………………………… Siti Primadini

7. Audioman ………………………………......Indrasetya

8. Editor …………………………………….. Havidhan

9. Editor …………………………………….. Algrian

Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan
kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara
kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka
perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia.
Tarian daerah Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian indonesia seni tari membuat
indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian. Dengan mengenal lebih banyak Tarian adat
di seluruh provinsi di Indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita
ini. Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia
Siti Nurchaerani Kusumastuti atau lebih dikenal dengan nama Nungki Kusumastuti
(lahir di Banda Aceh, Aceh, 29 Desember 1958; umur 58 tahun) adalah seorang penari dan
pemain film wanita asal Indonesia. Pada awalnya ia dikenal luas sebagai penari di istana
negara. Selain itu, ia juga bekerja sebagai dosen di Institut Kesenian Jakarta.
Banyak film yang telah ia perani hingga memenangkan nominasi film pada tahun 1980
berjudul “Perempuan dalam Pasungan” berperan sebagai Fitria dalam Nominasi – Piala
Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 1981 & pada tahun 2008
berjudul “Radit dan Jani” berperan sebagai Ibu Anjani dalam Nominasi – Aktris
Pembantu Terbaik Indonesian Movie Awards 2008 dan Ketika ikut audisi menari dalam
rangka kunjungan ke luar negeri atau ke daerah-daerah, ia termasuk yang lolos, Ia dapat
kesempatan pula menari di beberapa festival.
Semua kesempatan itu tak pernah dibayangkan ketika Nungki masih kanak-kanak. Anak
keempat dari lima bersaudara ini memang sudah belajar menari sejak umur lima tahun, tapi
awalnya hanya karena menuruti keinginan orangtuanya, yang memang suka menari, agar si
anak dapat mengenal seni. Ayahnya, Sayid Warsito, seorang dokter yang kemudian jadi
tentara, memang suka pada kesenian. Lama-lama Nungki menyenanginya dan kemudian
berkembang jadi terbiasa. Untuk itu, ia aktif di sanggar dan kursus tari saat masih duduk di
SMP dan SMA.
Setelah lulus SMA, ia gagal masuk Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.
Karena patah arang, Nungki masuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan tari. Kini Nungki
sedang menyelesaikan thesis tentang antropologi tari di Pascasarjana UI. Saya menganggap
bahwa tari tidak hanya sekadar hobi tapi bisa dijadikan profesi. Orangtuanya pun oke-oke
saja. Dan, Nungki bertekad jadi penari dan menjadi pemikir dunia seni.
Selain menari, kesibukan Nungki antara lain kuliah, shooting untuk sinetron, dan mengajar
mata kuliah apresiasi seni pertunjukan, literatur tari, dan manajemen tari di Institut Kesenian
Jakarta.

Bab II

Proses Produksi

1. Pra Produksi

Judul : Sang Penari


A. Film Statement

Nungki Kusumastuti adalah seorang penari hebat dan kreatif yang mempunyai
jiwa seni baik bidang akademik maupun non akademik.

B. Sinopsis

Nungki kusumastuti mulai belajar menari sejak umur 5th. Sejak pindah ke jakarta
mulailah Nungki Kusumastuti menari di sanggar-sanggar. seorang penari hebat yang
menggap dirinya sebagai penari jika di sekitarnya sudah mengatakan dia sebagai
seorang penari. Ia tidak hanya menjadi seorang penari hebat , tetapi menjadi seorang
aktor pemain film dan menjadi seorang dosen . hingga saat ini Nungki Kusumastuti
teteap menjadi seorang penari profesional meskipun kekuatan untuk menari tidak
sekuatat dulu, karna menari merupakan pilihan hidup nya yang bisa menyenangkan
dan membahagiakan hati. Ucapan rasa syukurnya ia menari dengan baik , memberi
kebahagian dan sharing kepada orang lain.

C. Threatment

Threatment

Sang Penari
 Voice over narasumber (Nungki Kusumastuti) yang menceritakan nari dalam
kehidupan nya.
 Detail-detail gerakan tari mulai dari menggerakan tangan , mengibaskan selendang,
kaki yang melangkah-langkah, dan full seorang penari yang di beri judul.
 (wawancara Nungki Kusumastuti) menceritakan awal mula nama Nur Chaerani yang
diubah menjadi Nungki Kusumastuti.
 Nungki kusumastuti yang sedang melakukan aktivitas latihan menari.
 (wawancara Retno maruti) awal mula mengenal nungki kusumastuti bermula dari
nungki yang menjadi seorang mahasiswi institut kesenian jakarta sampai saat ini.
 (wawancara Sentot.S) awal mula kenal nungki kusumastuti sejak nungki kusumastuti
menjadi mahasiswi Sentot.S .
 (wawancara Retno maruti) menceritakan kegiatan nungki ketika menjadi mahasiswi
institut kesian jakarta.
 (wawancara Nungki Kusumastuti) awal mula belajar menari sejak umur 5th. seorang
penari dianggap menjadi seorang penari siapa yang mengatakan? diri sendiri atau
orang lain.
 (wawancara Sentot.S) sosok nungki kusumastuti menurut Sentot.S merupakan sosok
yang lucu, menjengkelkan dan menyusahkan.
 (wawancara Retno maruti) sosokk Nungki Kusumastuti menurut Retno Maruti
merupakan sosok yang cerdas, rajin, ulet dan penuh semangat dalam menari.
 (wawancara Nungki Kusumastuti) pengerti dalam arti tari tradisional dan pengakuan
yang diakui oleh masyarakat.
 (wawancara Retno maruti) mengenal nungki dalam kesahariannya bukan hanya
latihan menari saja , terkadang mengikuti pentas bersama.
 (wawancara Sentot.S) menceritakan nungki dalam keseharian mengikuti latihan nari
di sanggarnya.
 (wawancara Retno maruti) menceritakan sat pentas nari bersama nungki kusumstuti.
 (wawancara Nungki Kusumastuti) teknik menari di dalam diri nungki Kusumastuti.
 Establis tugu yogyakarta
 Nungki Kusumastuti yang sedang melakukan persiapan merias wajah dan memakai
selendang untuk pentas di candi borobudur.
 Establis candi borobudur
 Pentas tari di candi borobudur yang diiringi oleh pemain teater penari.
 Establis gedung kampus Institut kesenian jakarta dan saat Nungki kusumastuti
menjadi dosen di kampus Institut kesenian jakarta.
 (wawancara Decky) menceritakan sosok nungki kusumastuti ,menurut decky Nungki
kusumastuti adalah seorang pencipta seni, seorang seniman, artis juga dan aktif di
dunia industri, jadi dulu saya kenal nungki kusumastuti dari orang saja dan saya
sekarang merasakan belajar bersama nungki kusumastuti yang memiliki wawasan
banyak
 (wawancara Dias) mencerikan bagaimana Nungki Kusumastuti ketika dikelas
berperan sebagain dosen. Menurut Nungki Kusumastuti seseorang yang tegas ,ketika
dia kesel dia bilang kesel, ketika dia bilang kecewa dia tunjukan jika dia kecewa dan
jika menyampaikan sesuatu mahasiswa sadar akan pembicaraan nya.
 (wawancara Decky) menurur decky ,Nungki kusumastuti baik di luar maupun di
dalam komunikasi tetap sama ,jika di dlm kelas berbeda karna menyampaikan ilmu
dengan tegas.
 (wawancara Dias) belai mengajarkan kuliahnya dengan santai ,menceritakn sesuai
pengalaman nya.
 (wawancara Decky)nungki kusumastuti tipikal dosen yang menyenangkan dan tegas,
tapi teganya nungi bisa menyesuaikan mahasiswa nya.
 Establis foto keluarga Nungki Kusumastuti
 (wawancara cacha) cacha merupakan anak semata wayang Nungki Kusumastuti .
cacha menceritakan sosok bagaimana Nungki Kusumastuti sebagai mamah dan
menceritakan Nungki Kusumastuti jika diluar sebagai penari, entertaiment sangat
beda. Lalu mencerikan hal yang paling mengkesankan bagi cacha
 (wawancara Nungki Kusumastuti) karna menari menyenangkan hati saya
membahagiakan hati saya ,tetapi jika saya menari dengan baik saya memberi sharing
kepada orang lain memberi kebahagian kepada orang dan itu merupakan tanda ucapan
syukur saya bahwa diumur sekian saya masih bisa menari, jika saya ditanya orang
kenapa masih bisa menari kalo gak menari rasanya berasa kurang kaya orang gak
ibadah.

D. Naskah

No Video Audio Keterangan Durasi

1. Opening Audio on CU detail ( gerakan 00:28 – 01:06


video tangan, kibasan
selendang, gerakan
kaki dan judul film
dokumenter )

2. Wawancara Audio on 01:07 - 01:35


Nungki video dan
Kusumastuti musik serimpi

3. Suasana menari Musik serimpi Wide shot 01:36 – 02:18

4. Wawancara Audio on MCU , establis gedung 02:19 – 02:32


Retno Maruti video dan seni pertunjukan
back sound

5. Wawancara Audio on MCU 02:33 – 02:42


Sentot.S video dan

6. Wawancara Audio on MCU , shot Nungki 02:43 – 02:56


Retno Maruti video Kusumastuti sedang
menari

7. Wawancara Audio on MCU 02:57 - 03:16


Nungki video
Kusumastuti

8. Wawancara Audio on MCU, nungki 03:17 – 03:34


Sentot.S video dan kusumastuti yang
back sound sedang berbincang
dengan teman di
tempat latihan )

9. Wawancara Audio on MCU, nungki 03:35 – 04:10


Retno Maruti video dan kusumastuti full shot
back sound menari, lalu MCU
menari ,grup shot yang
sedang menari,

10. Wawancara Audio on MCU 04:11 – 04:43


Nungki video dan
Kusumastuti back sound

11. Wawancara Audio on TILT UP nama 04:44 – 05:17


Retno Maruti video dan sanggar, lalu wide shot
back sound yang sedang menari

12. Wawancara Audio on MCU, lalu latihan 05:18 – 05:42


Sentot.S video dan menari
back sound

13. Wawancara Audio on MCU 05:43 – 06:10


Retno Maruti video dan
back sound

14. Wawancara Audio on MCU 06:11 – 06:42


Nungki video dan
Kusumastuti back sound

15. Establis tugu Musik Templet 06:43 – 06:46


yogyakarta

16. Persiapan make Musik Pant right, lalu CU 06:47 – 07:16


up wajah, extrime CU
bibir , pant right to ms
,lalu cu mengikat
selendang

17. Persiapan pentas Musik Wide shot di bambu- 07:17 – 07:22


gamelan bambu

18. Establis Musik Wide shot borobudur 07:23 – 07:27


borobudur

19. Pentas di Mengambil shot mulai 07:28 – 08:35


borobudur dari wide sampai ke
detail shot ( fs, ms,
knee,

20. Establis gedung Musik Tilt down 08:36 – 08:47


ikj

21. Suasana di kelas Tilt up 08:48 – 08:51

22. Suasana Pant left 08:52 – 08:57


mahasiswa

23. Suasana Two shot cu 08:58 – 09:02


mahasiswa di mahasiswa
kelas

24. Wawancara Audio on MS ,shot Nungki 09:03 - 09:42


decky video dan Kusumastuti sedang
(mahasiswa IKJ) back sound memberi materi.

25. Wawancara dias Audio on MCU ,grup shot 09:43 – 10:21


(mahasiswi IKJ video dan mahasiswa di kelas.
) back sound

26. Wawancara Audio on MS, lalu MCU wajah 10:22 – 10:57


decky video dan Nungki Kusumastuti
(mahasiswa IKJ) back sound

27. Wawancara dias Audio on MCU ,lalu shot 10:58 – 11:10


(mahasiswi IKJ video dan Nungki Kusumasti dan
) back sound wide shott di kelas

28. Wawancara Audio on MS, pant right ke 11:11 – 11:41


decky video dan wajah nungki
(mahasiswa IKJ) back sound kusumastuti, lalu cu
wajah
29. Establis keluarga Back sound Pant right, lalu cu ,lalu 11:42 – 11:59
tilt up ke foto keluarga

30. Wawancara Nur Audio on MS, lalu pant left foto 12:00 – 12:39
Rizka (anak video dan keluarga ,dan cu
Nungki back sound tulisan surat lalu tilt
Kusumastuti down.

31. Wawancara Nur Audio on MS 12:40 – 12:54


Rizka (anak video dan
Nungki back sound
Kusumastuti

32. Wawancara Audio on MS 12:55 – 13:23


Nungki video dan
Kusumastuti back sound

E. Time Table

Terlampir

F. Budgeting
2. Produksi

A. Peminjaman Alat

Kami meminjam alat di store ATVI sebanyak 5 kali, sebelum shooting


berlangsung kami mengurus surat peminjaman alat ke store dan beberapa kali
mendapat denda karena tidak tepat waktu dalam mengembalikan alat. Alat yang kami
pinjam diantaranya :
1. Pada saat meliput narasumber di Sanggar Padneswara milik Retno Maruti daerah
Kramat Jati
 1 buah Clip on
 Kabel 3,5 mm
 1 buah LED
2. Pada saat mewawancarai salah satu Mahasiswa IKJ yang diajar oleh Narasumber
kami
 1 buah Clip On
 1 buah Zoom
 Kabel XLR
3. Pada saat meliput Narasumber kami mengajar di IKJ dan mewawancarai salah
satu Mahasiswa IKJ yang diajar oleh Narasumber kami
 1 buah Clip On
 1 buah Zoom
 Kabel XLR
4. Pada saat meliput narasumber kami latihan menari untuk pertunjukan di Studio
Hanafi daerah Depok
 2 buah LED
5. Pada saat meliput Narasumber kami pertunjukan nari di Borobudur, Yogyakarta
 Dji Osmo
 2 buah LED
 4 buah baterai LED
 1 Charger baterai Dji Osmo
 1 Charger baterai LED
 1 buah Zoom

B. Shooting

Kami melakukan shooting tidak menentu waktunya karena kami


menyesuaikan jadwal kesibukan Narasumber kami, mulai dari bulan Oktober
sampai bulan Desember kami selalu shooting ke berbagai daerah karena
kesibukan narasumber kami yang tidak menentu. Kami mengikuti keseharian Bu
Nungki, dari mulai ia latihan nari secara rutin di sanggar, saat Bu Nungki
mengajar di IKJ, saat Bu Nungki latihan nari di Studio Hanafi karena persiapan
untuk pertunjukan di Borobudur, Yogyakarta hingga kami datang ke pertunjukan
tersebut pada tanggal 23 – 25 November. Lalu yang terakhir kami mewawancarai
Bu Nungki untuk mengisi Film Dokumenter kami sebagai Tokoh Utama.

C. Transkrip

TRANSKRIP

Narasumber 1 ( Nungki Kusumastuti )

Boleh ceritain enggak bu awal mula Ibu menari?

Hmm Susah ya , kapan saya mulai jadi penari ya. Pokoknya saya belajar menari sejak
kecil, sejak umur 5 tahun kira – kira gitu ya. Nah dalam belajar menari itu apakah
kemudian disebut sebagai penari karena seseorang bisa dibilang sebagai penari itu
siapa yang mengatakan? Apakah dirinya atau masyarakat yang mengakui dia sebagai
penari gitu ya. Karena terus saya belajar terus pindah ke Jakarta , pindah ke Jakarta
belajar tari Bali dan beberapa tarian yang lain. Saya sudah sering menari walaupun
hanya kecil – kecil bersama sanggar gitu, apakah itu sudah bisa disebut sebagai
penari? Gitu. Nah kalau pengertian dalam arti penari professional gitu yang kemudian
kemampuannya memang diakui masyarakat dan juga kemudian mendapatkan uang
dari menari gitu, itu mungkin waktu mulai kuliah di IKJ. Waktu mulai di IKJ
kemudian banyak program – program yang kami bercandaannya menyebut sebagai
piyi, piyi itu payon artinya laku gitu. Muncul di berbagai kesempatan dan juga
kemudian dalam festival – festival baik yang itu merupakan festival nasional maupun
internasional yang saya mengatasnamakan IKJ gitu kan dalam arti diajak oleh tim IKJ
maupun tim pemerintah kemudian ada direktorat kesenian juga kemudian Pelangi
Nusantara.

Kenapa ibu masih mau menari di umur yang sekarang dan kesibukan yang
banyak?

Ya kan menari itu akhirnya tehnik mungkin sudah melampaui ya gitu dalam arti justru
tehnik saya bisa saja sudah menurun karena badannya tidak sekuat dulu, umpanya
kaki nya tidak sekuat dulu kalau dilihat dari kekuatannya dulu. Tapi sebetulnya
penguasaannya harusnya ya semakin baik paling tidak serasa dalam hal Wirasa nya
gitu kalau kita menari kan ada Wiraga kemampuan Raga nya, lalu Wirama dengan
Iramanya, kemudian Wirasa gitu ya dan Wirasa itu kan pencapaian yang paling akhir,
paling sulit gitu ya dan kalau sudah umur segini gitu pencapaian Wirasa nya harusnya
memang sudah terkuasai dengan baik. Tapi ternyata enggak juga tiap kali belajar nari
baru terus merasakan lagi dan harus belajar lagi gitu. Masalahnya kemudian menari
itu sudah menjadi bagian dari bukan hanya hobi tapi pilihan hidup saya dan bahkan
semacam Ibadah ya pencapaian spiritualitas saya itu diantaranya melalui menari
karena menari itu menyenagkan hati saya membahagiakan hati saya tetapi kemudian
kalau saya menari dengan baik berarti saya shari ke orang memberi kebahagiaan ke
orang gitu ya dan juga dan itu juga sebagai ucapan syukur saya kepada Allah bahwa
dalam umur sekian saya masih diberi kekuatan bisa menari gitu kan. itu jadinya
merupakan satu kesatuan yang enggak bisa dipilah – pilah jadi kalau ditanya ‘kenapa
saya masih menari?’ ya kalau tidak menari rasanya ada yang kurang kaya orang
beribadah gitu ibadahnya kok menjadi kurang gitu, pengertian ibadahnya itu tapi
bukan soal agama atau apa ya tapi lebih kepada spiritualitasnya gitu ya

Apa arti seni bagi ibu?

Itu saya udah jawab ,itu bagian dari ibadah saya karna itu satu-kesatuan ya,ibadah
saya berbagi pada semuanya termasuk diri saya lalu kesadaraan atas kemanusian
karna kesenian itu termasuk humanity lalu alam semesta, kalo kamu liat pertunjukan
saya di Borobudur itukan bagian kesadaran pada alam semesta dan temanya kemudian
juga meraga jam, jadi tubuh yang meraga dalam waktu ,waktu itu apa ya waktu yang
disediakan oleh alam semesta ,waktu yang diberi alam semesta kita selalu menyadari
pagi,siang, malam dan kelahiran sampai kematian kembalikan itu sebenarnya
pemahaman filosofi. Nah dan kami meresponya dengan di antara sesama penari,ahli
yoga instruktur yoga lalu irama yang dibawakan oleh juga penyanyi oleh penonton,
lalu alam semesta itu yang saya latihan ditempat studio hanafi, dengan berada disitu
beda sekali penampilan nya karna itu respon kami pada alam semesta, dan di alam
semesta itu adasebuah bangunan yang kita sebut bangunan Borobudur. Itukan respon
kami terhadap sekitarnya kesadaran terhadap sekitarnya gak bisa ego sendiri
pengertian tari sudah sampai situ jadi bukan hanya meraga tubuh yang bagus bukan
meraga yang bagus indah dilihat orang ada juga yang dilihat orang tidak indah tapi itu
sesuai dengan tema nya gitu.

Bagaimana ibu menyikapi kesibukan ibu yang sekarang dan membagi waktu
dengan keluarga?

Hmm… nyikapinnya capek nih hari ini haha karena kemarin abis syuting sebelumnya
ada dari bekraft untuk berdiskusi sebelumnya lagi dari papua mengajar disana dalam
acara diskusi dan workshop sebelumnya lagi ada apa ya rapat kerja kongres kesenian
Indonesia dan kemudian ada wisuda wah memang luar biasa ya terus ada latihan,
syuting, tapi kan lagi – lagi sejauh ini masih diberikan kesempatan pada Allah rezeki,
rezeki itu tidak selalu dalam bentuk uang tetapi rezeki dalam bentuk kesehatan dan
kesempatan itu seharusnya dilakukan semuanya dan juga diberikan rezeki keluarga
yang mendukung kegiatan ku walaupun kadang kadang saya juga merasa enggak
sampai bersalah sih tapi ‘yah saya kok kurang ya waktunya untuk bisa berkumpul
bersama cacha maupun suami saya’ tapi karena mereka mendukung dan tidak pernah
memasalahkan ya itu menjadi salah satu juga hmm.. apa respon kami dalam hubungan
sebagai keluarga inti gitu ya satu sama lain saling mendukung , satu sama lain saling
memberikan support, memberikan doa gitu bahkan kadang kadang juga mengingatkan
mengkritisi bahwa jangan terlalu capek atau jangan terlalu banyak pergi jangan terlalu
banyak pekerjaan itu bagian dari respon karena saling memperhatikan dan saling
mendukung, kalau Cuma ‘iya iya iya’ aja itu malah berarti tidak memperhatikan
bahwa umpanya saya kelelahan atau segala macem gitu.

Sedekat apa hubungan ibu dengan anak ibu?

Hahaha sekarang karena sudah ada WhatsApp jadi dituliskannya tidak lewat surat tapi
lewat WhatsApp tapi sama – sama tertulis karena kadang – kadang kalau sedang
marah dan jengkel betul kalau diomongin dan jadi tidak bisa menahan diri kemudian
bisa menjadi teriak atau menjadi menyakitkan gitu ya. Walaupun kadang – kadang
melalui tulisan bisa menyakitkan atau namanya juga orang marah namanya juga itu
pasti akan yang satu dengan lainnya enggak nyaman. Itu betul sampai sekarang saya
masih suka menulis WhatsApp gitu dia juga membalas lalu kami berdiskusi atau
kadang – kadang sedikit menyerang dalam arti saling menyalahkan atau saling
mengkritisi gitu ya. Tapi saya anggap itu masih sehat saja saya enggak tau kalau cacha
berkomentar apa karena biasanya kami enggak berlama – lama. Biasanya sampai yang
udah paling kesel ‘udah ibu enggak mau ngomong sama kamu’ ‘aku juga’ gitu kan
tapi paling bertahan berapa jam kalau udah satu sama lain sudah mulai menanyakan
apalagi kemudian kalau ada makanan atau ada apa ‘mau ini enggak ini enggak’
mungkin masih kaku tetep tapi sebetulnya enggak bisa itu enggak saling menyapa
sama sekali belum pernah terjadi dalam hidup saya dengan cacha 22 tahun tapi bahwa
kami sering bersitegang, rebut, dan segala macam itu iya gitu dibandingkan dengan
bapaknya dengan cacha lebih sering gitu masing – masing keras kepala, masing –
masing punya maunya sendiri gitu.

Kenapa bisa dipanggil Nungki?

Kata orang tua dulu waktu saya kecil saya enggak bisa menyebut ‘R’ ‘Nur’ gitu ya
Nur itu kan Nur Khaerani susah ya lalu Siti dipanggil Siti orang tua saya juga
kelihatannya tidak mau memanggil Siti lalu Kusumastuti itu panjang, jadi Nur lalu
eyang kakung saya kakek laki – laki saya dari bapak itu memanggil Mbak Nur ,
‘Mbak Nur Mbak Nur’ nah saya enggak bisa kan ngomong Nur akhirnya terjadilah
‘Nung Nung Nung’ akhirnya mereka menyebutkan ‘Nungki’ gitu. Tapi saya waktu
SD, SD kelas berapa ya kelas 4 saya pindah ke Jakarta lalu saya sekolah di Santa
Urusula saya dipanggil Tuti jadi beberapa kawan SD saya tuh yang kelas 4 sampai
kelas 6 taunya Tuti karena nama saya dianggap terlalu panjang Siti Nur Khaerani
Kusumastuti yang paling gampang Tuti gitu dia enggak nanya lagi nama
panggilannya siapa jadi antara kelas 4 sampai kelas 6 saya dipanggil Tuti tapi saya
tidak terlalu senang dipanggil Tuti karena itu nama yang biasa ini hanya ego pribadi
aja sih sebenarnya nama apapun bagus ya saya lebih senang dipanggil Nungki gitu
akhirnya ya sudah dan waktu saya masuk ke dunia film sebetulnya Teguh Karya
memilih 2 Nungki Kusumastuti atau Khaerani Kusumastuti gitu cuman saya bilang
Khaerani itu dimulut orang juga enggak terlalu mudah gitu tapi Khaerani itu kan
bagus memang bagus terus hmm.. akhirnya ya sudah dipilihlah Nungki Kusumastuti

Narasumber 2 ( Retno Maruti )

Pertama- tama ibu kenal Bu Nungki dari mana?

Ya, kebetulan kan saya ngajar di IKJ sudah dari tahun 70-an. Nah mba Nungki itu
dulu kuliahnya di IKJ jadi saya kenal mba Nungki dari Mba Nungki kuliah sampe
sekarang. Mba Nungki sudah lulus gelar Dr. nya.

Selama ibu kenal Bu Nungki sebagai Mahasiswa itu bagaimana?


Ya, Mba Nungki memang salah satu sosok mahasiswa yang cerdas, yang rajin, dan
yang ulet artinya dia tidak pantang menyerah misalkan belajar sesuatu itu dengan
semangat yang penuh dan yang ngajarnya juga seneng ya ada respon yang baik dari
mahasiswanya. Jadi, bukan model mahasiswa yang lelet – lelet dia anaknnya yang
energik.

Waktu itu Bu Nungki pernah masuk di NET dan dia bercerita bahwa beliau
pernah merasa tertantang oleh dosennya untuk menari, apakah dosen tersebut
itu ibu?

Kurang tau saya ya, tapi yang jelas di IKJ itu memang dia harus belajar berbagai
macam gaya – gaya tari. Nah pasti di samping gaya tari solo yang saya ajarkan pasti
Mba Nungki juga belajar gaya tari yang lain dan saya kira setiap dosen pasti punya ini
ya untuk memicu mahasiswanya untuk ‘ayo belajar yang bener, belajar yang serius’
gitu ya supaya nanti bisa dan memang Mba nungki sosok yang sangat sangat bisa
dibanggakan dan diandalkan.

Diluar bidang akademis nya gimana sih sosok Bu Nungki?

Ya, kalau saya memang di IKJ kenal mba Nungki juga dalam kesehariannya juga kita
sama-sama pintar. Kebetulan saya ada sanggar tari dan mba Nungki juga ikut latihan
di sanggar saya. Jadi hubungannya tidak sekedar dosen dan mahasiswa tapi sudah kita
sudah kaya keluarga besar saja saling belajar nari bersama-sama, kadang – kadang
bisa tukar fikiran, macam – macam yang bisa kita obrolkan.

Pernah punya pengalaman lucu ga bareng bu Nungki ?

Banyak ya, karena kita kan sering pertunjukan bareng – bareng, nah setiap
pertunjukan itu pasti ada suka dukanya, ada yang lucu – lucu nya, ada yang sedihnya
gitu pasti ada. Kadang – kadang misalkan ya kita enjoy aja gitu dari sejak
persiapannya pasti banyak tetek bengek nya ya banyak, banyak.

Ibu sudah berapa lama kenal Bu Nungki?

Ya dari dia kuliah di IKJ, tahun berapa ya saya agak lupa dari tahun 80-an kali ya. Ya
mungkin tahun 80-an.

Narasumber 3 ( Sentot Sudiharto)


Dari mana bapak kenal bu Nungki?

Saya kenal dia itu sejak dia masuk ke IKJ, karena dia sebagai mahasiswa saya kenal
dengan dia.

Sebagai mahasiswa bapak, Bu Nungki bagaimana sih pak orangnya?

Kalo orangnya biasa – biasa saja artinya tidak ada kelainan ya hahaha. Dia ini waktu
itu ada 3 orang yang di fikiran saya masih teringat ya, nah 3 orang itu ada Bu Nungki,
ada Kusumawati, ada satu lagi. Nah itu mereka bertiga berlomba-lomba untuk mereka
bisa. Saya kana da pr atau ada tugas istilahnya buat saya kan catatan hariannya selama
saya mengajar ‘anda sebagai mahasiswa harus bisa menulis menurut opini anda’ dan
mba Nungki itu satu-satunya mahasiswa yang sampe berapa periode itu yang bisa
menulis bagus dan itu terbaca misalnya biasanya saya dapat terus saya kasih orang dia
bisa baca dan tau itu yang terpenting nah dari situ saya mulai ‘nih anak ini akan bisa
terus kalau narinya juga bagus’ gitu.

Bagaimana seorang Bu Nungki di luar status mahasiswa?

Diluar sama saja ga ada bedanya karena dia nari terus dia masuk ke grup kita itu, dia
juga ikut nari dan dia bisa menjalankan apa yang diajarkan. Kalau orangnya ya
begitulah dari dulu engga ‘wowo’ yaudah kalem aja gitu.

Punya pengalaman lucu tidak bareng Bu Nungki?

Kadang – kadang lucu, kadang – kadang menyusahkan , kadang – kadang


menjengkelkan ya kan. Jadi dari kita berdialog kita belajar ya. Kita kan memberikan
misalnya satu gerak yang dia ga bisa ya dia minta tolong jangan terlalu susah nah itu
yang kadang – kadang membuat ‘gitu aja kok ga bisa’ tapi dia ga pernah lucu – lucuan
gitu sih hehehe.

Acara apa saja yang sudah bapak lakuin bareng bu Nungki?

Saya di samping di tari, saya dengan bu Nungki beberapa film nya saya ikut.
Misalnya pasungan gitu tapi dia kan jurusannya lain ya untuk menjadi bintang gitu
kalau saya kan belajar untuk membuat sebuah film tari itu bagaimana itu yang
bedanya disitu. Makanya saya di film itu ga langsung melanjutkan tapi saya sudah
punya kunci ‘oh kamera ini ini’ gitu. Sedangkan bu Nungki kan terus dan itu sudah
terasa bahwa dia itu akan terus- terus dari S1 lalu dia ambil S2 dan ngambil S3 untuk
sains dia keliatan serius sekali dan kita dukung, anak – anak itu kita dukung ‘ayo ayo
udah’ dan kita seneng. Dan sekarang dia sudah Dr. ya sudah lebih seneng ya. Ternyata
dulu pernah jadi murid saya sekarang dia sudah Dr. kalau dia Dr. saya tetap saja
saudara, hahaha.

Narasumber 4 ( Dhiaz Danastri Mahasiswi IKJ)

Namanya siapa kak?

Dhiaz Danastri.

Semester?

Semester 5.

Hmm.. mau nanya, selama diajarin sama bu Nungki itu gimanasih orangnya
sebagai dosen ataupun diluar kampus pernah ketemu gitu?.

Jadi bu Nungki itu orangnya tegas terus hmm.. agak-agak itu ya. E… bukan agak lagi
sih, orangnya senang menilai cuma dalam .. hmm apasih.. dalam arti positif gitu. Jadi
dia itu. Beliau itu senangnya kalau mengkritik seorang atau sesuatu itu biasanya
ujungnya akan dikasih solusi sama dia gitu. Awalnya bilang ini tuh e.. si A, waktu
pertunjukan jelek. mungkin ada bla..bla..bla..bla..bla.. jadi gak pernah dilihat se.. se..
apasih.. selalu dari pandangan matanya dia sendiri tapi selalu melihat konteks
sekelilingnya apa. Oh mungkin.. oh ada sesuatu yang mempengaruhi dia mengapa
menjadi begini, mengapa menjadi begitu.

E.. terus kalo misalnya secara komunikasi kan biasanya dosen itu ke mahasiswa
harus baku gitu kan, dan tadi kita melihat santai gitu. Emang bu nungki kalau
untuk berkomunikasi tuh dia lebih sopan atau ‘lu gue’ aja gitu?

Serius santai sebetulnya, santai tapi disiplin, tau aturan, tau diri.. ya.

Pernah ga sih bu nungki marah banget sama mahasiswanya?

Marah sih pernah, bukan marah ya tegas, kesel, kecewa, tapi beliau tunjukkan bahwa
beliau sedang kecewa. Kalau beliau sedih ya beliau bilang sedih, cukup jujur Cuma
ketika dia menyampaikan apa yang dia rasakan mahasiswanya langsung, kalo buat
aku pribadi sih langsung ‘oh iya ya’ kitanya sendiri sebenernya nyadar diri sendiri
jadinya gitu. Gak perlu ada dosen killer atau apa Cuma dari beberapa mahasiswa
lainnya yang kana da tuh mahasiswa yang males datengnya males – malesan atau
Cuma disuruh baca males baca jadi merasa tugas – tugasnya beliau itu beban buat
mereka Cuma kembali ke mahasiswanya masing – masing. Sebetulnya beliau itu
mengajarkan mata kuliahnya itu dengan santai, ringan, dan sebetulnya apa adanya
gitu aja beserta cerita – cerita pengalamannya jadi kita lebih mudah menerima ajaran
yang dia kasih di kuliah selalu disertakan dengan contoh – contoh gitu.

Pernah liat bu Nungki nari ga?

Sering

Menurut pandangan kaka beda ga sih bu nungki sehari – hari dengan bu nugki
lagi nari, jiwanya?

Mungkin karena bu Nungki menurut aku adalah penari professional yang bisa
memilah ‘ini gua lagi di panggung gue sebagai performer’ gue sebagai penari, penari
yang cantik, jadi di atas panggung itu seperti swip, Cuma kita tetep lihat kalo ini
nungki kusumastuti .mungin itu karna rasa, rasa yang beliau punya rasa yang beliau
ciptakan itu semua karna proses latihan, kan setiap proses karya ada ceritanya masing-
masing yang harus di teliti dan investigasi.

Kalo misalkan di suruh milih, bunungki itu tifikal dosen yang menyenangkan
atau galak ?

Dua-dua nya ,Galak dan menyenangkan.

Narasumber 5 ( Decky )

Selama diajarin bu Nungki, menurut kaka Bu Nungki orangnya gimana sih?

Menurut saya mba Nungki ini karena saya baru kenal mba Nungki ya walaupun
sebelum – sebelumnya saya sudah tau mba Nungki itu diluar sana itu seperti apa
karena beliau juga salah satu menurut saya ya itu adalah pecinta seni, beliau seniman
bisa dibilang aktris juga karena beliau juga aktif di dunia industry jadi saya itu hanya
tau dari kuping orang – orang gitu. Nah kali ini saya merasakan langsung dimana saya
belajar langsung sama beliau menurut saya mba nungki ini orang yang sangat
berwawasan tinggi terus mendidik yang juga bagus terus ilmunya juga luas gitu jadi
mba Nungki ini adalah salah satu yang saya favoritkan sih intinya.

Bagaimana komunikasi dengan bu Nungki di luar kampus?

jadi kalau komunikasi sama mba Nungki ini baik di kelas maupun di luar menurut
saya sama gitu ya Cuma emang ada bedanya kalau di kelas itu kan kita belajar ya jadi
Mba Nungki itu dia kan memberikan ilmu jadi ya sedikit tegas atau apa ya tapi tidak
memungkinkan juga ketika kita bicara komunikasi di luar Mba Nungki yang tegas
gitu engga, tetep Have Fun baik di luar maupun di kelas itu sama tetap sama
komunikasinya.

Pernah liat Bu Nungki nari ga?

Pernah liat Mba Nungki nari, jadi saya belum pernah melihat secara live Cuma saya
melihat dia itu lewat video di YouTube atau paman saya pun juga tau kenal juga
dengan Mba Nungki jadi kita pernah liat bersama dimana kita hampir tidak percaya
bahwa itu tuh Mba Nungki gitu kenapa karena beda ya kalau kita ketemu langsung
Mba Nungki ini kan orang yang sangat berwawasan luas dikira saya tuh hanya
pemikirannya saja tapi dia ternyata bisa menari juga gitu, bisa acting juga gitu jadi
saya sebagai penari pun tidak percaya bahwa itu Mba Nungki gitu.

Kalau misalnya kaka disuruh memilih, Bu Nungki tipikal dosen yang galak atau
menyenangkan?

Kalau saya memilih Mba Nungki itu tipikal dosen yang menyenangkan dan kalau
boleh di ganti kata galaknya itu mungkin dibilangnya tegas ya karena saya juga
banyak diskusi sama orang sebelum masuk kuliah ‘mba Nungki orangnya gimana
sih?’ ‘engga ah santai kok have fun kok engga galak Cuma dia tegas’ semua dosen
pasti seperti itu Cuma tegas nya mba Nungki itu tetap melihat mahasiswanya sampai
di mana jadi engga bisa Mba Nungki itu yang ‘bla bla bla’ tetap menyesuaikan
mahasiswanya seperti itu.

Narasumber 6 ( Cacha )

Menurut ka cacha bagaimana sosok bu nungki sebagai seorang ibu?

Hmm… sosok bu Nungki sebagai ibu tuh beda banget, e… dia di dunia perfilman, di
dunia entertainment itu dia lebih ke kaya ngikutin karakternya seperti apa e…
tergantung dia dapet perannya kaya gimana. Nah sedangkan kalau misalnya di sebagai
seorang ibu gitu ya sebagai orang tua tuh dia tuh gimana ya tegas, terus juga e…
pokoknya beda banget lah sama yang kalian tonton di film atau di tv.

Selama menjadi anaknya bu Nungki punya pengalaman lucu atau yang tidak
bisa terlupakan enggak bareng bu Nungki?

Pernah waktu kecil, waktu itu mamah mau pergi ke kantor eh enggak waktu itu mama
iya iya mau ke kantor atau IKJ gitu aku lupa pokoknya mama waktu itu masih ngajar
di IKJ terus aku enggak mau ditinggal terus aku nangis – nangis gitu sampe narik
narik kaki mama gitu ‘mama jangan tinggalin aku’ gitu – gitu padahal mama Cuma
mau ke kantor doing.

Itu pas umur berapa?

Kalo enggak salah umur berapa ya mungkin sekitar 5-6 tahunan kali jadi masih bodoh
banget lah (ketawa).

Dengan ka Cacha menjadi vokalis band apakah disuruh bu Nungki atau


keinginan sendiri?

Hmm… aku tuh waktu itu dari kecil itu, dari tk kira – kira itu udah les piano itu
mamah yang nyuruh les piano terus juga aku itu udah pokoknya dari kecil itu udah
dikenalin musik lah terus sempet nari juga waktu kecil aku cuman emang enggak suka
aja kalo sama tari. Akhirnya aku les piano sampe SMP, SMP kelas 1 aku minta gitar
sama papah karena semua temen aku pada punya gitar yang cowok, aku kan tomboy
banget soalnya jadi kaya mainnya sama cowok terus. Akhirnya beli gitar terus baru
dari situ belajar gitar sendiri, dulu aku gitaris malah bukan vokalis dan aku enggak tau
kalau aku bisa nyanyi (ketawa). Ternyata ya maksudnya nyanyi – nyanyi biasalah
gimana sih kalau misalnya punk kan enggak terlalu yang kaya nyanyi yang bener –
bener nyanyi pop banget. Akhirnya aku bikin band tapi dulu aku Cuma gitaris doang
terus baru deh punya paper box ini tahun 2012 lah kira- kira aku pertama kali ngeband
tahun 2007 tapi mamah support banget, orang tua support banget dulu inget banget
mama pertama kali beliin aku gitar mahal ya sekiranya itu malah justru mamah yang
beliin kalau papah itu supportnya di bagian yang kaya yang nyariin studio yang
nyariin event nya kalau papa tuh yang bener – bener support banget lah papa tuh.

3. Pasca Produksi

A. Editing

Editing dilakukan menggunakan satu laptop, setiap hari kami melakukan


editing di waktu senggang sehabis mata kuliah agar ditampilkan di kelas progress
dari dokumenter kami, namun editing final kami dilakukan pada awaln bulan
Desember dan pada tanggal 13 Desember kami melakukan preview terakhir bersama
Dosen Film Dokumenter kami Pak Wira. Awalnya kami memilih gambar berdasarkan
wawancara yang ingin kami pakai, selanjutnya kami melakukan offline editing, dan
memilih lagu beserta audio, lalu mixing. Kami juga melakukan color grading pada
gambar yang telah dipilih.

Anda mungkin juga menyukai