Anda di halaman 1dari 3

Nama Lengkap : Didik Nini Thowok SST.

Agama : Kristen
Tempat Lahir : Temanggung, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Sabtu, 13 November 1954
Zodiak : Scorpion
Warga Negara : Indonesia
Relation :-
Biografi : Didik Nini Thowok memiliki nama asli Didik Hadiprayitno, lahir di Yogyakarta,
13 November 1954. Ia adalah seniman dengan 'berbasis' pada kesenian tari, dan
terkenal dengan tarian 'dua muka'-nya, yaitu sebuah tarian yang menjalankan dua
karakter wajah sekaligus dengan menggunakan topeng depan belakang.
Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno,
SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk
mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga
diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
Pria yang juga ketua LPK Tari NatyaLakshita Yogyakarta itu menggeluti kesenian
tari dan menawarkan kombinasi baik tari tradisional, modern dan tarian komedi.
Kesemuanya digali dari tarian-tarian Sunda, Cirebon, Bali, dan Jawa.
Pemimpin Didik Nini Thowok Foundation dan Didik Nini Thowok Entertainment itu
menggeluti dunia tari sejak usia belia, dan lama 'ngamen' di Malioboro, yaitu sebuah
kawasan kreativitas para seniman di Yogyakarta.
Pendidikan : Sarjana Tari (SST) dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) atau sekarang
bernama ISI (Institut Seni Indonesia) tahun 1982.
Karir
 Direktur LPK (Lembaga Pendidikan Kejuruan) Tari Natya Lakshita.
 Direktur Yayasan Didik Nini Towok.
 Direktur Didik Nini Thowok Entertainment.

Penghargaan
Kick Andy Heroes Award kategori Seni dan Budaya (2009)
Nama : Prof. Sardono W. Kusumo
Lahir : Surakarta, Jawa Tengah 6 Maret 1945
Agama :Islam
Istri : Amna W. Kusumo
Anak : Nugrahani
Orang Tua : R.T. Waluyo Kusumo
Profesi:
 Seniman (Budayawan dn Penata Tari)
 Guru Besar IKJ
Pendidikan:
 SMA Negeri 4 Surabaya
 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (tidak selesai)
 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (tidak selesai)
Jasa :Mengembangkan dan melestarikan seni budaya bangsa melalui karya Seni Tari,
khususnya Sendratari Ramayana.
Pekerjaan:
 Mengajar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Solo
 Mengajar di Institut Kesenian Jakarta.
Karya Seni:
Telah menghasilkan tak kurang 25 tarian di antarnya:

1. Samgita Pancasona
2. Cak Tarian Rina
3. Dongeng dari Dirah
4. Hutan Plastik
5. Hutan Merintih
6. Passage Through the Gong
7. Opera Diponegoro
8. Cak Tarian Rina
9. Awal Metamorfosis
10. Samgita Pancasona.

Penghargaan:
 Distinguished Artist Award dari International Society for the Perfoming Arts Foundation (ISPA),
Singapura, 20 Juni 2003
 Prince Claus Award dari pemerintah Belanda, 1998
 Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah Republik Indonesia 12 Agustus 2003.

Alamat:
JI. Kenanga 20 Badran, Surakarta.
Ni Luh Menek

Ni Luh Menek, lahir pada tahun 1939 di desa Jagaraga, buleleng, bali. Dikenal karena ketekunan
dan kuat semangatnya dalam seni tari tradisi Bali. Beliau adalah salah satu dari para maestro yang
mengabdikan keseluruhan hidupnya dalam bidang seni tari. Dalam keseharian yang sederhana beliau
terlihat semangatnya dalam mengajarkan seni tari kepada murid muridnya. Pada era pemerintahan
presiden Soekarno, Bu Menek selalu di undang ke istana Tampak siring, Bali untuk menarikan tarian
teruna jaya, dimana bpk Presiden berkata kalau melihat tariannya membuat tidak mengantuk

Ni Luh Menek pertama kali belajar tari dibimbing oleh pak Wanres dan di lanjutkan oleh pak I
Gede Manik, dimana kedua tokoh ini adalah pencipta tari kebyar. Saat berumur 15 tahun pertama kalinya
Beliau menari Tarian Teruna Jaya dihadapan publik menjadikannya seorang seniman tari yang ahli. Pada
tahun 1954 Beliau menari bersama Gong Jagaraga  ke seluruh pelosok bali. Tari Palawakya mulai
dikembangkan pada tahun 1993, dimana beliau diberi dukungan oleh bapak Sardono. Tarian Palawakya
ini memerlukan beberapa keahlian seperti olah gerak, olah suara dan memainkan instrumen musik. Untuk
olah suara beliau mendapat dukungan dari Gede Putu Tirta Ngis.

Dalam mengembangkan dan melestarikan seni tradisi tari klasik bali, usaha yang dilakukan oleh
beliau adalah terus mengajarkan seni tari ini kepada generasi muda, dan juga menari di banyak tempat
bersama para muridnya. Selain mengajarkan seni tari tradisi klasik bali ini kepada generasi muda bali,
beliau juga mengajarkan kepada orang-orang asing. Ni Luh Menek memang seorang guru, bahkan anak-
anaknyapun mengikuti jejaknya sebagai penari. Komang Sriwahyuni belajar di Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Denpasar, dan anak yang kedua, Made Suyatni adalah sarjana seni tari yang menjadi
pengajar di ISI Denpasar Bali. Walaupun banyak mengajar murid-murid yang dari luar desa Tejakula,
beliau menyatakan “Harus dan akan tetap ada penari dari desa Tejakula yang akan meneruskan dan
mewarisi seni tari klasik bali”.

Anda mungkin juga menyukai