Anda di halaman 1dari 52

By: eriana sari

405100175
LO 1 : histologi kulit
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi
permukaan tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yg disebut epidermis( berasal dari ectoderm)
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
(berasal dari mesoderm)
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang
lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa
tempat banyak mengandung jaringan lemak.
1.Epidermis
Terdiri atas epitel pipih berlapis yang bertanduk, memiliki
lima lapis utama yakni :
Stratum basale / stratum germinativum : lapis paling
bawah terdiri atas epitel kubis /silindris sebaris rendah.
Lapisan ini bersifat mitosis aktif untuk menggantikan lapis
diatasnya yang mati . Pigmen juga bisa ditemukan pada
lapis ini selain pada lapis spinosum.
Stratum spinosum : sel penyusunnya berbentuk poligonal
terdiri atas beberapa lapis, semakin keatas semakin pipih.
Pertautan antar sel yang cukup kuat ditunjang oleh
desmosoma, sel memiliki tenofibril yang berakhir pada
desmosoma. Lapis ini juga bisa bermitosis.
Stratum granulosum : Satu sampai tiga lapis, sel
berbentuk elip dan mulai menunjukkan tanda bertanduk
(cornification). Sel tersebut mengandung kerantobilia.
Stratum lusidum : Beberapa lapis sel yang telah mati,
karenanya beraspek homogen. Inti dan organoida tidak
jelas tapi desmosoma masih jelas terlihat, sedangkan butir
kerato-hyalin nya sudah lenyap berubah menjadi eledin.
Stratum korneum : lapis sel yang paling luar, selnya
bertanduk dan mengandung keratin yang diduga hasil
perubahan eledin. Lapis ini pada beberapa tempat tebal
dan bila kering akan mengelupas membentuk stratum
disjunktum. Khususnya untuk stratum lusidum hanya
ditemukan pada daerah yang tidak berambut, misalnya :
planumnasale atau bantalan kaki.
2. Dermis / Korium
Sering disebut Kutis vera, merupakan bagian utama kulit,
disusun oleh serabut kolagen padat sedangkan serabut
elastis dan jaringan ikat lain sedikit.
Korium dibedakan atas dua bagian, yakni :
Stratum papillare : membentuk jalinan dengan epidermis
pada kulit tidak berambut. Tampak papil, dan sering
terdapat ujung saraf pembuluh darah serta saluran
kelenjar peluh.
Stratum retikulare : Antara stratum papillare dengan
stratum retikulare sebenarnya mempunyai batasan yang
tidak jelas. Hanya serabut kolagen pada stratum ini lebih
padat dan anyamannya mengarah horisontal terhadap
permukaan kulit. Didalam ilmu bedah mengetahui arah
anyaman serabut kolagen ini sangat penting karena dalam
operasi yakni memberikan proses kesembuhan yang lebih
cepat.
c. Hipodermis
Hipodermis atau sub kutis terdiri atas jaringan ikat
longgar yang banyak mengandung serabut elastis. Dalam
keadaan patologis akan membentuk beberapa rongga yang
berisi cairan (edema) atau udara (emphysema). Daerah ini
juga merupakan tempat perlindungan lemak terutama
pada babi. Pada hewan yang gemuk sel lemak dapat
menyusup lebih dalam dan terdapat diantara otot. Daerah
tubuh yang sedikit terdapat sub kutis adalah : metakarpus
kuda, oleh sebab itulah kulit sulit digerakkan karena
melekat kuat.
reseptor
Bulbus terminalis
Reseptor jenis ini berbentuk oval dengan selubung
jaringan pengikat tipis sebagai jaringan pengikat tipis
sebagai selubung. Bagian dalam dinamakan Bulbus
internus terdapat sebuah atau lebih ujung saraf yang
telah kehilangan selubung mielinnya. Kadang-kadang
ujung saraf tersebut bergulung membentuk
glomerulus. Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan
pengikat misalnya : bibir, lidah, pipi, langit-langit,
rongga hidung, alat kelamin, seperti ujung clitoris dan
penis yang semuanya dinamakan sebagai Bulbus
terminalis Krause. Apabila terdapat dalam kulit
reseptor tersebut berfungsi menerima rangsangan
dingin
Corpusculum tactilum Meissneri.

Reseptor jenis ini biasanya ditemukan pada kulit yang tidak


berambut misalnya telapak kaki dan tangan. Berbentuk oval
dengan selubung jaringan padat. Bagian dalam diisi sel-sel
jaringan pengikat gepeng yang tersusun sejajar dengan
permukaan epitel. Diantara sel-sel tersebut terdapat ujung-
ujung saraf yang telah kehilangan mielin.
Reseptor ini berfungsi menerima rangsangan rabaan halus.

Corpusculum lamellosum Vateri Pacini

Reseptor ini berbentuk elips yang tersusun oleh lembaran-


lembaran jaringan pengikat secara kosentris seperti kulit
bawang. Dalam jaringan pengikat ini terdapat pembuluh darah.
Masing-masing lembaran dipisahkan oleh cairan jernih. Di
bagian tengah terdapat rongga yang diisi oleh ujung saraf yang
telah kehilangan selubung mielin.
Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan pengikat di bawah
kulit terutama di telapak kaki dan tangan., peritoneum, penis,
clitoris, papilla mammae dan sebagainya.
Muscle spindle dan neurotendinal spindle
Kalau beberapa reseptor yang telah dibahas menerima rangsangan
dari luar sehingga dapat dikelompokan dalam eksteroreseptor,
maka kali ini reseptor menerima rangsangan yang ditimbulkan
sendiri sehingga dinamakan proprioseptor.
Reseptor ini berbentuk sebagai kumparan sebesar 0,75-1mm
terselip diantara serabut-serabut otot kerangka atau serabut
kolagen dari tendo. Fungsi dari muscle spidle neurotendinal
spindle untuk mengetahui sampai seberapa jauh kontraksi otot
sedang berlangsung karena adanya keregangan otot akan
bertindak sebagai rangsangan.

Corpusculum Ruffini

Jenis reseptor ini berbentuk sebagai berkas jaringan pengikat


yang didalamnya terdapat ujung-ujung saraf yang bercabang-
cabang yang berakhir gepeng. Reseptor yang berfungsi
menerima rangsangan panas ini terdapat didalam jaringan
pengikat di bawah kulit → hiperemis.
Badan Vater Pacini
Bangunan ini bersifat sensoris.
Terdiri atas lapisan fibroblas
dan ruangan berisi cairan
jaringan yang tersusun berlapis-
lapis dengan serat saraf tak
bermielin ditengahnya.
Terdapat pada dermis dan
hipodermis kulit, genital
eksterna, putting payudara,
payudara, pankreas, otot.
Fungsi: reseptor tekanan dan
getaran (mekanoreseptor)
Badan Meissner
Bangunan ini terdiri atas
percabangan ujung serat saraf
sensoris yang diselubungi sel
schwann yang tersusun secara
horizontal melingkar ke ujung.
Terdapat pada: stratum papilar
dermis ujung jari tangan dan
kaki, telapak kaki, tangan,
bibir dan putting payudara.
Fungsi: reseptor rabaan halus
(mekanoreseptor)
Badan Ruffini
Ujung reseptor membentuk jala-jala yang luas
diantara serat-serat jaringan ikat yang berbentuk
lonjong.
Terdapat pada: dermis, hipodermis kulit, khususnya
ujung jari tangan dan kaki.
Fungsi: reseptor temperatur dan reseptor rabaan dan
tekanan.
LO 2: sistem saraf pusat
Fungsi :
Untuk menerima dan mengintegrasikan semua rangsang
yang diterima di luar tubuh (eksteroseptif) dan dari
dalam tubuh (interoseptif) melalui reseptor-reseptor
tertentu.
 secara anatomi SSP : otak, medula spinalis
 Penyimpanan informasi (daya ingat)
 Sistem saraf yg mengolah informasi yg masuk sehingga
timbul reaksi yg tepat
Normal, otak berisi 100 miliar sel neuron.
Setiap neuron saling berhubungan dengan 100 ribu
neuron lain lewat jutaan kabel dan terminal yang
membentuk organ otak.
Terjadi peristiwa kimiawi dan listrik di antara
miliaran sel otak.
Susunan Saraf Pusat
Terdiri atas :
1. Cerebrum
2. Cerebellum
3. Batang otak / brainstem (midbrain, pons & medulla
oblongata)

4. Medulla Spinalis
Histologis SSP
1. Neuron.
Pada medula spinalis terletak di kolumnar berbentuk
huruf H (di Subs.Grisea).
Pada otak, terletak di lapisan permukaan korteks
serebri (Subs.Grisea).
2. Neuroglia.
3. Serat saraf.
Umumnya merupakan akson yang panjang dengan atau
tanpa mielin.
4. Struktur tambahan
(pembuluh darah, cairan serebrospinal, selaput otak).
Bagian-bagian pelindung SSP
Tengkorak.
Meningen (duramater, araknoidmater
dan piamater).
Cairan serebrospinal (CSF).
Sawar darah otak.
Medula Spinalis
Potongan melintang terdiri atas Subt. Alba (sebelah luar)
dan Subt. Grisea (sebelah dalam) berbentuk huruf H atau
kupu-kupu.
Bagian tengah terdapat kanalis sentralis.
Subt. Alba berisi akson dengan fungsi khusus yaitu
motorik & sensorik yang disebut funikulus. Ada 3
funikulus: dorsal, ventral, lateral.
Subt. Grisea berisi perikarion, banyak terdapat sinaps
neuron.
Sel saraf motorik  merupakan sel saraf multipolar.
SISTEM SARAF TEPI
Membawa Informasi
aferen ke SSP.
Membawa perintah
eferen ke otot.
Terdiri dari 12 pasang
serabut saraf otak dan 31
pasang serabut saraf
sumsum tulang
punggung Hole, Human Anatomy & Physiology,
10th ed
Sistem saraf tepi (perifer):
 sistem saraf yg membawa informasi antara sistem saraf
pusat dan bagian tubuh lainnya (efektor)
 Terdiri dari: aferent dan eferent
 aferent: bagian dari saraf tepi yg membawa informasi
ke SSP serta memberitahu SSP tentang rangsangan
eksternal dan internal.
 eferent: bagian sarf tepi yg membawa informasi dari
SSP ke organ efektor
Selubung saraf tepi
Jaringan ikat yang
membungkus saraf tepi
adalah:
1. Epineurium (jaringan
ikat fibrosa)
2. Perineurium (Jaringan
ikat padat kolagen)
3. Endoneurium (Jaringan
ikat longgar)
Lo 3: gerak sadar
Gerak sadar mempunyai mekanisme yang
berbeda dengan gerak refleks. Mekanisme
gerak sadar dimulai dari diterimanya
rangsang oleh reseptor kemudian
diteruskan melalui saraf sensoris ke otak.
Oleh otak rangsang akan diteruskan
melalui saraf motoris ke efektor.
Gerak reflek
Mekanisme refleks dimulai dari diterimanya
rangsang oleh reseptor yang kemudian
diteruskan melalui saraf sensoris ke sumsum
tulang belakang. Dari sumsum tulang
belakang rangsang diteruskan melalui saraf
motoris ke efektor sehingga terjadi gerak
refleks.
REFLEKS
jawaban tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan dari luar dan dari dalam tubuh
yg melibatkan SSP dalam memberikan respon
terhadap rangsang pada reseptor,
dapat berupa peningkatan maupun penurunan
kegiatan ( contoh: kontraksi / relaksasi oto)
 kesatuan dasar kegiatan saraf terintegrasi
 Respon apapun yg terjadi secar aotomatis tanpa usaha
sadar
Gerak Refleks
2 Neuron mendeteksi 3 Neuron sensorik 4
membawa impuls menuju Di sumsum tulang belakang impuls
rangsangan pada
sumsum tulang belakang. diteruskan ke neuron motorik atau melalui neuron
dengkul.
penghubung untuk ditanggapi

Neuron
penghubung

5 Neuron motorik lalu


merangsang otot paha
untuk berkontraksi meng-
Sumsum Tulang Angkat kaki.
Belakang

Neuron Sensorik
Neuron Motorik
1 Gerak refleks
Neuron Penghubung
adalah gerak
cepat yang
tidak disadari.
LO 4: proses impuls saraf
 Impuls saraf adalah pesan saraf yang dialirkan sepanjang akson dalam
bentuk gelombang listrik.
 Impuls berjalan dari satu neuron ke neuron yang lain melalui sinapsis.

* Proses Jalannya Impuls Melalui Sel Saraf

1. Dalam keadaan tidak ada rangsang, neuron


dalam keadaan istirahat.
2. Saat neuron istirahat, muatan listrik diluar
neuron bermuatan positif. Sedangkan muatan
listrik di dalam neuron bermuatan negatif a. Polarisasi
(Polarisasi)
3. Apabila ada rangsangan maka bagian tubuh
akan mengenalinya (reseptor) dan kemudian
b. Ada Rangsangan
menimbulkan impuls syaraf.

4. Impuls syaraf terjadi karena terjadinya


perubahan dari keadaan polarisasi menjadi
depolarisasi (muatan listrik di luar neuron c. Depolarisasi
bermuatan negatif dan muatan listrik di dalam
neuron bermuatan positif).
Lanjutan…

5. Proses depolarisasi ini berlangsung


cepat dan berjalan sepanjang neuron.
Inilah yang dimaksud dengan impuls
syaraf.(Impuls bisa mencapai kecepatan
1/1000 detik).
6. Setelah impuls berlalu, neuron akan
kembali ke keadaan semula
(polarisasi).
d. Impuls syaraf berjalan
7. Saat impuls berjalan sampai di teminal
sinapsis, impuls akan dibawa oleh
neurotransmiter menuju neuron lainnya.
Begitu seterusnya sampai impuls berjalan
menuju otak.
e. Neuron kembali terpolarisasi
8. Di otak, impuls akan diterjemahkan
dan ditanggapi dalam bentuk yang
disesuaikan dengan bentuk
rangsangannya
* Impuls berjalan melalui sinapsis

Vesikel Neuro-
sinapsis Membran transmitter
mengandung paska
neurotransmitter sinaps Membran
neuron

Ligan

Celah sinaps

Ligan (pintu gerbang ion)

 Sinapsis meneruskan impuls dari satu neuron ke neuron yang lain


SINAPTIK & NEUROTRANSMITER

Dari bhs.Yunani synapto  berhubungan dengan


erat.
Tempat neuron saling berhubungan.
Sinaps bertanggungjawab untuk transmisi satu arah
dari impuls saraf.
Sinaps adalah tempat terjadinya kontak fungsional
antarneuron atau antara neuron dan sel efektor lain
(sel otot dan sel kelenjar).
Fungsi sinaps  mengubah suatu sinyal listrik
(impuls) dari sel prasinaptik menjadi sinyal kimia
yang bekerja pada sel pascasinaptik.
Sinaps
• Chemical sinaps • Electrical sinaps
– Impuls diteruskan – Impuls diteruskan
melalui substansi dari neuron yang
kimiawi satu kelainnya
(neurotransmiter/ melintas bebas
neuromedulator). melewati gap
– Misal: penerusan junctions.
impuls saraf dari – Misal: di retina,
dendrit sel saraf ke korteks serebrum.
otot.
Sinaps dibentuk oleh sebuah akson terminal (ujung
prasinaps) yang menyampaikan sinyal;
Sedang daerah permukaan lain, yang menghasilkan
sinyal baru (ujung pascasinaps);
Dan celah celah antar sel sempit (celah sinaps)
Source: Pinel, J. P. J. (2006).
Biopsychology (6th ed.).
Boston: Pearson.
Diperkirakan bahwa
sebagian neuron di
dalam susunan saraf
pusat menerima
masukan sinaptik
sampai sebanyak
100.000.
• Berdasarkan bagian sel
saraf yang berkontak,
sinaps dapat berupa:
1. Akso – dendritik
2. Akso – somatik
3. Dendro – dendritik
4. Akso – aksonik
5. Akson dengan serat
otot
Sinaps hanya beroperasi dalam satu arah; yaitu,
neuron prasinaps mempengaruhi neuron
pascasinaps, tetapi neuron pascasinaps tidak
mempengaruhi neuron prasinaps.
Hal ini disebabkan karena hanya terminal
prasinaps yang dapat mengeluarkan
neurotransmiter dan hanya membran subsinaps
di neuron pascasinaps yang memiliki reseptor
untuk neurotransmiter, sinaps hanya dapat
beroperasi dengan arah dari neuron prasinaps ke
pascasinaps.
Skematik struktur dan kejadian
yang berlangsung di sebuah
sinaps.

From: Basic Histology,


Junqueira, 2007.
Dua jenis sinaps:
Sinaps eksitatorik
Sinaps inhibitorik
Tergantung pada perubahan permeabilitas di neuron
pascasinaps yang diinduksi oleh gabungan zat-zat
neurotransmiter dengan reseptornya.
Di antara neuron terdapat dua hubungan yang penting:
 Konvergensi (neuron dapat memiliki banyak neuron yang
bersinaps padanya).
 Divergensi (percabangan terminal akson menyebabkan sebuah sel
bersinaps dengan banyak sel lain).
Sebagian besar neuron bersifat prasinaps bagi satu
kelompok neuron dan pascasinaps bagi kelompok lain.
Otak  100 miliar neuron  hubungan timbal balik yang
luas dan rumit antara neuron tsb melalui jalur
konvergensi dan divergensi.
Rumitnya mekanisme kabel-kabel pada sistem saraf kita,
tidak tertandingi oleh komputer paling canggih.
LO 5: potensial aksi
Potensial aksi: pembalikan singkat potensial
membran akibat perubahan cepat permeabilitas
membran
 polarisasi:
• membran memiliki potensial;
• Terdapat pemisahan muatan yg berlawanan.
 Depolarisasi:
• potensial membran mengalami penurunan dari
potensial istirahat;
• potensial tersebut berkurang/ bergerak menuju 0 mV;
• dibandingkan dengan potensial istirahat, lebih sedikit
muatan yang dipisahkan.
 Hiperpolarisasi:
• potensial > potensial istirahat; potensial tersebut
meningkat/ bahkan menjadi lebih negatif;
• lebih banyak muatan yang dapat dipisah dibandingkan
dengan potensial istirahat.
 Repolarisasi: membran kembali ke potensial istirahat
setelah mengalami depolarisasi
Potensial berjenjang
Potensial berjenjang: sinyal jarak dekat yang cepat
menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang
terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini
dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus
dan semakin besarnya potensial berjenjang yang
terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa:
Stimulus
Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot
Perubahan potensial yang spontan (akibat
ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/
kebocoran-pemompaan)
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada
membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di
daerah tersebut. Arus (secara pasif )mengalir antara
daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (di dalam
maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat
menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah
trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial di
bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial
berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga
terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke
cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh
semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang:
Potensial pasca sinaps
Potensial reseptor
Potensial end-plate
Potensial alat pacu
Potensial membran resting
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar
membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut
dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).
Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif
di sisi luar membran sel.
Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran
sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium,
tetapi dengan konsentrasi yang berbeda.
Konsentrasi ion potasium (K+) di sisi dalam membran
sekitar 35 kali lebih tinggi  dibandingkan konsentrasi di
sisi luar.
Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+)di sisi luar
membran sel sekitar 10 kali lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi di sisi dalam.
 Adanya perbedaan konsentrasi ion di sisi dalam dan luar
membran ini mendorong terjadinya difusi ion-ion tersebut
menembus membran sel.
Gambar . Ion potasium berdifusi ke luar me
mbran sel

Difusi ion-ion potasium dan


sodium menembus membran sel
akan mempengaruhi potensial di
sisi dalam dan luar membran sel.
Untuk melihat pengaruh kedua
jenis ion tersebut pada potensial
membran sel, akan dilihat
pengaruh masing-masing jenis ion
tersebut secara sendiri-sendiri
terlebih dahulu, setelah itu baru
diperhitungkan interaksi
keduanya secara bersamaan.
 Untuk itu akan dilihat terlebih
dahulu pengaruh difusi ion
potasium.
Disamping transportasi ion secara difusi, terdapat
juga transportasi ion secara aktif yang juga
mempengaruhi besarnya membran potensial sel.
Transportasi ion tersebut adalah Pompa Na+-K+ ( Na+-
K+ Pump), seperti yang diilustrasikan dalam Gambar
3.  Transport ini secara kontinyu memompa 3Na+
keluar sel dan 2K+ ke dalam sel. Karena lebih banyak
ion positif yang dipompa ke luar sel, maka hal ini
akan mengakibatkan tambahan potensial sekitar -4
mV, sehingga potensial akhir membran sel menjadi
-90 mV. Potensial membran sel tersebut terdapat
pada sel yang sedang istirahat, karena itu disebut
sebagai potensial istirahat sel.
LO 6: EPSP dan IPSP
Adanya perbedaan potensial pada membran yang
menyebabkan terjadinya peristiwa Excitatory Post
Synaptic Potential (EPSP) dan Inhibitor Past Synaptic
Potential (IPSP).
 Potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP) : perubahan
potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps
eksitatorik (terbukanya saluran-saluran gerbang
perantara kimia apabila saluran Na dan Ka terbuka)
dimana fluks-fluks ion menyebabkan timbulnya
depolarisasi kecil yang membawa sel pascasinaps
mendekati ambang.
Potensial pascasinaps Inhibitor terjadi apabila saluaran-
saluran gerbang perantara kimia yang terbuka adalah
saluran Ka dan Cl, akibatnya akan terjadi hiperpolarisasi
kecil sehingga neuron pascasinaps akan mencapai ambang
lenyap.
Jalur-jalur sinaps yang menghubungkan berbagai neuron
sangatlah rumit akibat adanya konvergensi masukan
neuron dan divergensi keluarannya. Biasanya banyak
masukan para sinaps berkonvergensi ke sebuah neuron
dan secara bersama-sama mengontrol tingkat eksitabilitas
neuro tersebut.
Suatu neuron dapat bereaksi melalui beberapa cara antara
lain:
 Melepaskan potensial aksi di sepanjang akson.
 Tetap berada dalam keadaan istirahat dan tidak
meneruskan sinyal.
 Dengan cara menurunkan tingkat eksitabilitasnya.
Frekuensi potensial aksi pada sinaps eksitatorik dan
sinaps inhibitor mencerminkan keadaan sinaps yang
mempengaruhi kerja membran apakah sedang
melakukan tansmisi impuls atau sedang dalam
keadaan istirahat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja sinaps
dan efektivitas sinaps, antara lain:
 Modifikasi jumlah transmiter pada neuron
 Perubahan mekanisme sinaps yang dipengaruhi
oleh pengaruh obat-obatan yang di konsumsi oleh
individu.Ada dua kemingkinan yang terjadi yaitu:
penghantaran impuls semakin cepat atau semakin
lambat.
 Faktor ketidaksengajaan. Dipengaruhi dan rentan
terhadap sejumlah proses penyakit dan racun yang
ada di dalam tubuh.
LO 7: rasa nyeri
Rangsangan rasa nyeri: mekanis, suhu, kimia
Rasa nyeri dibedakan: nyeri cepat dan nyeri lambat
 nyeri cepat:
• Rasa nyeri timbul dalam waktu o,o1 detik
• Disebut: rasa nyeri tajam, akut
• Menimbulkan sensasi yang jelas, tajam dan jelas
lokasinya
• Tidak dirasakan pada organ tubuh yang dalam
• Contoh: nyeri bila jarum ditusuk kedalam kulit. Kulit
tersayat pisau
 Nyeri lambat:
 rasa nyeri timbul setelah 1 detik/ lebih, kemudian
secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan
kadang bahkan beberapa menit.
 Disebut: rasa nyeri terbakar, nyeri pegal, nyeri
berdenyut-denyut, nyeri mual.
 Sensasi tumpul, kuat, difus dan tidak menyenangkan,
dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan terjadi di
dalam kulit/ jaringan dalam.
 Contoh:
nyeri viseral yaitu: nyeri yang timbul pada suatu organ
viseral, nyeri ini dapat disebarkan/ dialihkan ke suatu
daerah lain dipermukaan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
 Sherwood, Lauralee.(2001). Research Design: HUMAN PHYSIOLOGY:
FROM CELLS TO SYSTEM. EdsDr. Bram U. Pendit, Sp. KK. Jakarta:
EGC.
 Kadaryanto, et,al. (2006). Biologi 2. Jakarta: Yudhistira.
 Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems.
Belmont, CA: Thomson.

Anda mungkin juga menyukai