Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-
2005, sumber : Harianto, dkk)
2. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko
pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita
yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)
3. Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,
ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75%
ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang
dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus
baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
(Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
4. Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan
kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah
bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir
menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka
ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-
rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).
5. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan
payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit
payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah
masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda
dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang
mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen.
Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan
dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi
dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon
terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau
adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
6. Gejala klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri
maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit
dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan
tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00,
Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan
tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini
belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
9. Pemeriksaan diagnostik
1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,
hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain
4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor
pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)
10. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang
sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam.
Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi
ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila
ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna.
6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00,
Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)
11. Penanganan
Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
1) Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
2) Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)
fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel
ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan
ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal), Biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat
digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum
cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
1. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti
kulit jeruk)
2. Pengelupasan papilla mammae
3. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya
cairan secara spontan kadang disertai darah.
4. ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.