Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Octrina Malikah Mata Kuliah : Politik Luar Negeri

NIM : 209000061 Dosen : Makarim Wibisono


Prodi : Hubungan Internasional

Decision Making Process


Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri merupakan suatu kebijakan yang dirumuskan di dalam negeri dan
diimplementasikan keluar negeri sebagai sebuah upaya negara dalam mencapai kepentingan
nasionalnya. Politik luar negeri adalah sebuah cara yang dikembangkan oleh sebuah negara
dalam interaksinya dengan negara lain yang dalam hal ini sebagai system internasional untuk
dapat mengubah tingkah laku negara lain agar dalam lingkungan internasional aktivitas
negara-negara ini dapat terselaraskan.
Politik luar negeri merupakan hasil dari decision making process, maka dari itu setiap hal
yang terjadi saat proses pembuatan kebijakan sudah pasti sangat mempengaruhi pola
kebijakan luar negeri. Dalam decision making process politik luar negeri, terdapat dua faktor
penting yang mempengaruhi kebijakan luar negeri yaitu pengaruh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah pengaruh-pengaruh yang berada pada level internal negara,
misalnya kapabilitas militer, pembangunan ekonomi, sistem pemerintahan, dsb. Sedangkan
faktor eksternal adalah bahwa kebijakan luar negeri merupakan aktivitas yang melintasi batas
negara dan dipengaruhi oleh faktor diluar negara, misalnya adalah geopolitik, karakter negara
lain, dsb.
Terdapat lima variabel penting yang dapat mempengaruhi sebuah decision making process
yang dalam hal ini adalah pembuatan kebijakan luar negeri, yaitu:
1. Variabel Individu: Sebuah persepsi tentang pengaruh individu dalam proses
menentukan kebijakan luar negeri dimana unsur individu hanya akan memiliki
pengaruh jika ia memiliki power. Selain itu, unsur individu cenderung lebih
berpengaruh pada sebuah sistem yang otoriter daripada demokrasi.
2. Variabel Grup: Berkaitan dengan aktor-aktor atau kelompok-kelompok yang berada
disekitar aktor utama dimana mereka memiliki kesempatan untuk memasukkan
kepentingannya dalam decision making process.
3. Variabel Birokrasi: Keputusan tentu juga akan mempertimbangkan masukan-masukan
dari departemen yang ada dalam birokrasi sebuah negara. Fungsi pemerintah yang
kompleks membuat organisasi-organisasi berkembang luas sebagai bagian dari
eksekutif. Birokrasi diartikan sebagai kumpulan berbagai individu serta organisasi di
dalam lembaga eksekutif yang membantu para pembuat keputusan dalam membuat
kebijakan luar negeri.
4. Variabel Nasional: Unsur ini berkaitan dengan keadaan domestik sebuah negara,
misalnya adalah ukuran luas wilayah, ideologi, budaya, letak geografis, iklim dan
sumber daya yang dimiliki termasuk karakteristik masyarakatnya.

1
5. Variabel Global: Unsur global melingkupi eksternal sebuah negara, termasuk
misalnya adalah agenda dan isu internasional yang sedang terjadi misalnya isu
terorisme sehingga terdapat kebijakan pemerangan teroris internasional.
Kebijakan luar negeri merupakan suatu bentuk eksistensi negara tersebut dalam dunia
internasional dan pasti akan selalu mencerminkan national interest negara. Karena setiap
kebijakan luar negeri pasti memiliki kaitan dengan negara lain sehingga ketika sebuah negara
dapat maju melalui kebijakan luar negerinya yang baik dan kuat maka itu otomatis
menunjukkan keeksistensiaannya dalam hubungan internasional.

Dilematis Decision Making Process Kebijakan Luar Negeri Indonesia saat ini
Sisitem pembuatan keputusan luar negeri Indonesia memang terkesan tertutup karena
biasanya masyarakat hanya mengetahui tahap kesimpulan saja sementara aktor kunci
pembuatan keputusan luar negeri adalah Departemen Luar Negeri dengan Menteri Luar
Negeri dan jajarannya sebagai pemain paling berpengaruh dalam proses tersebut. Kesimpulan
demikian menunjukkan adanya kekurangan koordinasi, kerja sama, dan komunikasi antara
birokrat dengan masyarakat. Politik luar negeri seakan-akan menjadi domain departemen luar
negeri saja. Padahal isu-isu baru internasional bukan hanya menuntut pluralisasi dalam
pembuatan keputusan luar negeri, tetapi juga pengakuan akan pentingnya kesetaraan antara
apa yang dianggap sebagai kebijakan luar negeri dan kebijakan dalam negeri. Sampai saat ini
ada kecenderungan bahwa kebijakan luar negeri dan kebijakan dalam negeri sebagai suatu
superior dan inferior di mana kebijakan dalam negeri jauh lebih penting sehingga dalam
pengambilan keputusannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat sementara seharusnya
proses pengambilan keputusan luar negeri Indonesia juga melibatkan masyarakat dalam taraf
lebih jauh.
Dari waktu ke waktu departemen luar negeri memang melakukan dengar pendapat dengan
badan legislatif. Tetapi sejauh ini, hal itu hanya dilihat oleh publik sebagai sebuah proses
diskusi antara Departemen Luar Negeri RI dengan DPR, serta paparannya di hadapan DPR
mengenai masalah-masalah internasional Indonesia. Proses di atas tidak salah dan tidak pula
bertentangan dengan prinsip komunikasi sebagai salah satu dimensi penting dari policy
network. Keberatan publik mungkin adalah ruang yang sangat terbatas bagi mereka untuk
mengekspresikan pandangan-pandangan mereka mengenai masalah-masalah internasional.
Padahal mereka sebenarnya adalah salah satu policy resources yang pada akhirnya
menimbulkan kewajaran jika ruang yang terbatas ini kemudian menjadi alasan bagi mereka
untuk mengajukan pilihan-pilihan kebijakan tandingan atau mengeritik secara tajam
kebijakan luar negeri yang telah diputuskan. Stabilitas politik luar negeri Indonesia pada
akhirnya memang tergantung pada perkembangan dalam proses demokrasi di Indonesia
sendiri.

Reformasi Decision Making Process Kebijakan Luar Negeri Indonesia


Bagaimana implikasi reformasi politik domestik  terhadap kebijakan luar negeri? Rakyat
Indonesia memiliki kebebasan untuk mendayagunakan kebijakan luar negeri sehingga
melahirkan kemakmuran dan kemajuan untuk seluruh lapisan masyarakat. Secara idiil, tujuan
dari politik luar negeri Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yakni untuk
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
Ada empat agenda dalam reformasi politik luar negeri Indonesia:

2
Pertama, perumusan kebijakan dan pelaksanaan politik luar negeri tak lagi tersentralisasi di
badan eksekutif atau di tangan presiden. Dengan tema-tema hubungan internasional seperti
hak asasi manusia, demokratisasi, lingkungan hidup dan terciptanya masyarakat madani,
maka rakyat seluruhnya memiliki akses dalam memberikan pemikiran, menilai dan ikut
memikirkan arah kebijakan luar negeri.
Kedua, politik luar negeri tidak lagi otonom dari pemerintah tapi harus mempertimbangkan
perbuahan-perubahan dan tuntutan masyarakat. Meminggirkan masyarakat dalam hal politik
luar negeri akan melahirkan langkah yang fatal terhadap kemajuan seluruh bangsa.
Ketiga, dalam jangka mendatang tidak perlu lagi keputusan penting dalam menghadapi era
globalisasi ini diserahkan ke tangan seorang presiden atau menteri. Karena kebijakan luar
negeri pada akhirnya akan berpengaruh terhadap seluruh lapisan masyarakat dari kota sampai
desa, maka pengambilan keputusan hanya di tangan satu orang dengan asumsi ia serba tahu
tentang politik luar negeri akan berakibat kehilangan kontrol. Dr Moh Idris Kesuma
melukiskan bahwa politik luar negeri itu tak lain daripada perjuangan seluruh bangsa
Indonesia yang pada awalnya mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan
pengakuan internasional1

Keempat, meskipun orientasi politik luar negeri negeri sudah ditentukan bebas dan aktif serta
landasan idiilnya ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945, namun dalam implementasinya
jangan sampai terjebak pada sakralisasi kebijakan. Politik luar negeri seperti halnya politik
dalam negeri bukanlah sesuatu yang sakral, yang suci, yang tak bisa diubah dan dikemas
dengan pendekatan baru. Desakralisasi kebijakan eksternal bisa dilakukan jika masyarakat
ikut berpartisipasi dalam memikirkan arah bangsa Indonesia dalam memasuki abad ke-21 ini.

Sumber
Coplin, William D. Introduction to International Politics a Theoretical Overview. Syracuse
University.
Mas’oed, Mochtar. 1990. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi.
Yogyakarta. PAU UGM
Roy, S.L. Diplomasi
Viotti, Paul and Mark V. Kauppi. 1994. International Relations Theory. -3rd ed. Allyn and
Bacon.

1
Prof Dr Moh Idris A Kesuma, Sejarah Diplomasi Indonesia. Yogyakarta, Fakultas Sosial dan Politik, UGM,
1978.

Anda mungkin juga menyukai