L
E
H
MENURUT AHLI
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung.
Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman
sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang
dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan
lingkungan kerja.
a. Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-
saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan
hukuman di luar batas kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan
ibadah dalam keluarga.
b. Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat
bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan
berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement),
universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).
c. Teman bermain (kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam
pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi
Jenis-jenis sosialisasi
Proses sosialisasi dilakukan oleh setiap individu sejak ia lahir di muka bumi. Bahkan,
seorang bayi yang baru lahir melakukan sosialisasi, belajar membuka mata untuk melihat
dunia, belajar memegang sesuatu dan belajar merasakan sesuatu. Bersamaan dengan
berjalannya waktu, pembelajaran bayi mengenai dunia terus. Namun di lain pihak, media
massa dapat pula mengubah perilaku masyarakat. Iklan-iklan yang ditayangkan media cetak
dan elektronik mempunyai potensi untuk mengubah pola konsumsi atau bahkan gaya hidup
masyarakat. Media massa dapat pula dipergunakan untuk memengaruhi bahkan mengubah
pendapat umum. berlangsung. Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan, belajar
a. Sosialisasi Primer
adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusa. Berger dan
Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil di mana ia belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam
keluarga. Sosialisasi primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan
dirinya dengan orang lain yang berada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak dan adik.
Berlangsung pada saat anak berusia 1 – 5 tahun. Warna kepribadian anak sangat ditentukan
oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya. Sehingga apapun yang diserap anak di masa tersebut akan menjadi ciri
mendasar kepribadian anak setelah dewasa.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung, namun sosialisasi primer
merupakan dasar dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga.
Dalam proses sosialisasi sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda
dengan keluarga. Jika dalam sosialisasi primer yang berperan adalah orang tua dan
keluarga dekatnya, maka dalam sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain
seperti teman sepermainan, teman sekolah, dan teman sebaya. Hal ini terlihat setelah anak
berumur lebih dari 5 tahun, anak akan memperluas pergaulan. Ia mulai mengenal guru di
sekolahnya, teman bermain, tetangganya, dan lain-lain.
Tujuan sosialisasi
☼individu harus diberi ilmu pengetahuan (ketrampilan) yang dibutuhkan bagi
kehidupan kelak di masyarakat.
Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar
'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu
berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh
atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang
disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan
nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe
sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
• Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang
ada di dalam masyarakat.
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap
ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri
dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang
apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan
kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting
bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai.
Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant
other)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak
dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara
bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada
norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan
diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self
concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang
kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena
sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya
pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya.
MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang
tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum
tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan
orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak
memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika
seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai
"anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum
tentu kebenarannya.
Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan
Tentu kamu tidak asing lagi dengan istilah kepribadian bukan? Kepribadian dimiliki
seseorang melalui sosialisasi sejak ia dilahirkan. Lalu apakah yang kamu ketahui tentang
kepribadian?
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan
merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu
keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila
berhubungan dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas,
sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Oleh
a. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
b. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah
laku atau tindakan seseorang.
c. Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
d. Yinger
Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi
kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi,
pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari
lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit
diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
b. Perasaan
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu
dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat
rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk
mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama
manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara,
dan gerak.
Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan
biologis, warisan lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia, dan
pengalaman unik.
Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan
biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar
sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif
(terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri,
dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan
intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian
seseorang. Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan
biologis dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran,
pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan
manusia lainnya.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola
perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang
hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian
yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara
yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus
menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan
telah menjadi kepribadiannya.
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak
telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap
kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh
kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota
masyarakat tersebut.
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu
berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta
mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah
mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam
beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada
pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.