tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya,
suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan
mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”. Itulah yang dikatakan
suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah SAW?” tanya sang
istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, “Ingatkah kamu pada
suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan
makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging.
Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan
meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah
diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan
Begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita
juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas
dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga
menimpa kita sendiri. “Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk
dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu
pula.” (QS.Al Isra‟ : 7)