Anda di halaman 1dari 5

Seks adalah kebutuhan dasar manusia.

Manusia diciptakan dengan fitrah untuk ingin


mendapatkan kepuasan seksual. Islam memandang seks sebagai hal penting dalam kehidupan
manusia. Itulah kenapa islam sebagai sebuah agama menjadikan seks sebagai salah satu bagian
dalam ayat-ayat Al-Quran. Banyak ayat yang membahas masalah seks, hubungan suami istri,
maupun tata cara berhubungan badan.
Orang banyak memandang seks adalah hal tabu yang sangat pantang untuk dibicarakan. Padahal
dalam Al-Quran sendiri seks dipaparkan dengan sangat indahnya, dengan kata-kata kiasan yang
begitu indah, yang menunjukkan, seks tidak pantang untuk di bicarakan. Contohnya ayat
berikut :

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam. maka datangilah tempat
bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal-amal yang
baik) untuk dirimu, bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kelak akan menemui-Nya.
Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Al Baqarah 2:223)

Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat diatas adalah saat Umar bin Khatab menghadap
Rasulullah, dan berkata : "Celakalah saya ya Rasulullah!". Rasul bertanya, "Apa yang
membuatmu celaka?", dan Umar menjawab "Aku pindahkan sukdufku tadi malam !
(berhubungan dengan istri dengan gaya dari belakang)". Nabi terdiam, dan turunlah ayat
tersebut. Kemudian Rasulullah menyambung dengan hadist :

"Berbuatlah dari muka ataupun dari belakang, tetapi hindarilah dubur (anus) dan yang sedang
haid "(H.R. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Abbas)

Sebagian ulama berpendapat Makruh melihat kemaluan, dan sebagian lagi mengharamkannya.
Padahal, dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, juga Abu
'Awanah, :

Aisyah berakata :"Aku dan Rasulullah mandi dalam satu bejana, lalu beliau menyuruhku
bergegas sampai aku berkata tinggalkanlah aku." Aisyah berkata keduanya (dia dan rasulullah)
dalam keadaan junub.

Banyak hal lain yang dibahas dalam islam, baik dari kalimat indah dalam Alquran, maupun dari
hadist-hadist nabi. Seperti halnya tentang teknik bersenggama, melakukan foreplay, variasi
berhubungan, dan hal lainnya.

Islam memang agama yang penuh rahmat, bahkan hubungan suami-istri, tata cara dan hal-hal
yang dilarangnya pun dibahas dengan sangat indah.

sumber: Seks dalam pandangan Islam http://id.shvoong.com/medicine-and-


health/gynecology/1960837-seks-dalam-pandangan-islam/#ixzz1HtdHLaYK

Hubungan seksual antara pasangan suami istri bukanlah hal yang terlarang untuk dibicarakan di dalam islam namun
bukan pula hal yang dibebaskan sedemikian rupa bak layaknya seekor hewan yang berhubungan dengan sesamanya.
Islam adalah agama fitrah yang sangat memperhatikan masalah seksualitas karena ini adalah kebutuhan setiap
manusia, sebagaimana firman Allah swt,”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik)
untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqoroh : 223)

Ayat di atas menunjukkan betapa islam memandang seks sebagai sesuatu yang moderat sebagaimana karakteristik
dari islam itu sendiri. Ia tidaklah dilepas begitu saja sehingga manusia bisa berbuat sebebas-bebasnya dan juga tidak
diperketat sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pekerjaan yang membosankan.

Hubungan seks yang baik dan benar, yang tidak melanggar syariat selain merupakan puncak keharmonisan suami
istri serta penguat perasaan cinta dan kasih sayang diantara mereka berdua maka ia juga termasuk suatu ibadah disisi
Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”..dan bersetubuh dengan istri juga sedekah. Mereka bertanya,’Wahai
Rasulullah, apakah jika diantara kami menyalurkan hasrat biologisnya (bersetubuh) juga mendapat pahala?’ Beliau
menjawab,’Bukankah jika ia menyalurkan pada yang haram itu berdosa?, maka demikian pula apabila ia
menyalurkan pada yang halal, maka ia juga akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Diantara variasi seksual yang sering dibicarakan para seksolog adalah oral seks, yaitu adanya kontak seksual antara
kemaluan dan mulut (lidah) pasangannya. Tentunya ada bermacam-macam oral seks ini, dari mulai menyentuh,
mencium hingga menelan kemaluan pasangannya kedalam mulutnya.

Hal yang tidak bisa dihindari ketika seorang ingin melakukan oral seks terhadap pasangannya adalah melihat dan
menyentuh kemaluan pasangannya. Dalam hal ini para ulama dari madzhab yang empat bersepakat diperbolehkan
bagi suami untuk melihat seluruh tubuh istrinya hingga kemaluannya karena kemaluan adalah pusat kenikmatan.
Akan tetapi setiap dari mereka berdua dimakruhkan melihat kemaluan pasangannya terlebih lagi bagian dalamnya
tanpa suatu keperluan, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah yang mengatakan,”Aku tidak pernah melihat
kemaluannya saw dan beliau saw tidak pernah memperlihatkannya kepadaku.” (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz
IV hal 2650)

Seorang suami berhak menikmati istrinya, khususnya bagaimana dia menikmati berjima’ dengannya dan seluruh
bagian tubuh istrinya dengan suatu kenikmatan atau menguasai tubuh dan jiwanya yang menjadi haknya untuk
dinikmati maka telah terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama kami, karena tujuan dari berjima’ tidaklah
sampai kecuali dengan hal yang demikian. (Bada’iush Shona’i juz VI hal 157 - 159, Maktabah Syamilah)

Setiap pasangan suami istri yang diikat dengan pernikahan yang sah didalam berjima’ diperbolehkan untuk saling
melihat setiap bagian dari tubuh pasangannya hingga kemaluannya. Adapun hadits yang menyebutkan bahwa siapa
yang melihat kemaluan (istrinya) akan menjadi buta adalah hadits munkar tidak ada landasannya. (asy Syarhul Kabir
Lisy Syeikh ad Durdir juz II hal 215, Maktabah Syamilah)

Dibolehkan bagi setiap pasangan suami istri untuk saling melihat seluruh tubuh dari pasangannya serta
menyentuhnya hingga kemaluannya sebagaimana diriwayatkan dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya
berkata,” Aku bertanya,’Wahai Rasulullah aurat-aurat kami mana yang tutup dan mana yang kami biarkan? Beliau
bersabda,’Jagalah aurat kamu kecuali terhadap istrimu dan budak perempuanmu.” (HR. tirmidzi, dia berkata,”Ini
hadits Hasan Shohih.”) Karena kemaluan boleh untuk dinikmati maka ia boleh pula dilihat dan disentuhnya seperti
bagian tubuh yang lainnya.

Dan dimakruhkan untuk melihat kemaluannya sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah yang berkata,”Aku
tidak pernah melihat kemaluan Rasulullah saw.” (HR. Ibnu Majah) dalam lafazh yang lain, Aisyah menyebutkan :
Aku tidak melihat kemaluan Rasulullah saw dan beliau saw tidak memperlihatkannya kepadaku.”

Didalam riwayat Ja’far bin Muhammad tentang perempuan yang duduk dihadapan suaminya, di dalam rumahnya
dengan menampakkan auratnya yang hanya mengenakan pakaian tipis, Imam Ahmad mengatakan,”Tidak
mengapa.” (al Mughni juz XV hal 79, maktabah Syamilah)
Oral seks yang merupakan bagian dari suatu aktivitas seksual ini, menurut Prof DR Ali Al Jumu’ah dan Dr Sabri
Abdur Rauf (Ahli Fiqih Univ Al Azhar) boleh dilakukan oleh pasangan suami istri selama hal itu memang
dibutuhkan untuk menghadirkan kepuasan mereka berdua dalam berhubungan. Terlebih lagi jika hanya dengan itu ia
merasakan kepuasan ketimbang ia terjatuh didalam perzinahan.

Meskipun banyak seksolog yang menempatkan oral seks ini kedalam kategori permainan seks yang aman berbeda
dengan anal seks selama betul-betul dijamin kebersihan dan kesehatannya, baik mulut ataupun kemaluannya. Akan
tetapi kemungkinan untuk terjangkitnya berbagai penyakit manakala tidak ekstra hati-hati didalam menjaga
kebersihannya sangatlah besar.

Hal itu dikarenakan yang keluar dari kemaluan adalah madzi dan mani. Madzi adalah cairan berwarna putih dan
halus yang keluar dari kemaluan ketika adanya ketegangan syahwat, hukumnya najis. Sedangkan mani adalah cairan
kental memancar yang keluar dari kemaluan ketika syahwatnya memuncak, hukumnya menurut para ulama
madzhab Hanafi dan Maliki adalah najis sedangkan menurut para ulama Syafi’i dan Hambali adalah suci.

Mufti Saudi Arabia bagian Selatan, Asy-Syaikh Al`Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi berpenapat bahwa isapan
istri terhadap kemaluan suaminya (oral seks) adalah haram dikarenakan kemaluannya itu bisa memancarkan cairan
(madzi). Para ulama telah bersepakat bahwa madzi adalah najis. Jika ia masuk kedalam mulutnya dan tertelan
sampai ke perut maka akan dapat menyebabkan penyakit.

Adapun Syeikh Yusuf al Qaradhawi memberikan fatwa bahwa oral seks selama tidak menelan madzi yang keluar
dari kemaluan pasangannya maka ia adalah makruh dikarenakan hal yang demikian adalah salah satu bentuk
kezhaliman (diluar kewajaran dalam berhubungan).

http://kedaiberita.com/Pendidikan/bagaimanakah-oral-seks-dalam-hukum-islam.html

Dalil dari Sunnah Tentang Haramnya Homoseksual

1. Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Artinya : Barangsiapa yang kalian dapati
melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah kedua pelakunya” [HR Tirmidzi : 1456, Abu
Dawud : 4462, Ibnu Majah : 2561 dan Ahmad : 2727]
2. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda “Artinya : Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan
kaum Luth” [HR Ibnu Majah : 2563, 1457. Tirmidzi berkata : Hadits ini hasan Gharib, Hakim
berkata, Hadits shahih isnad]
3. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda “Artinya : Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth,
(beliau mengulanginya sebanyak tiga kali)” [HR Nasa'i dalam As-Sunan Al-Kubra IV/322 No.
7337]
4. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda “Artinya : Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang menyetubuhi laki-laki atau
menyetubuhi wanita pada duburnya” [HR Tirmidzi : 1166, Nasa'i : 1456 dan Ibnu Hibban : 1456
dalam Shahihnya. Keterangan : hadits ini mencakup pula wanita kepada wanita]
5. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda “Artinya : Itu adalah liwat kecil, yakni laki-laki yang menggauli istrinya di lubang
duburnya” [HR Ahmad : 6667]

http://attanzil.wordpress.com/2008/07/31/homoseks-dan-lesbi-di-tinjau-dari-syariat-islam-1/
Nash-Nash Berbicara

Di dalam banyak nash terdapat berbagai ancaman atas pelaku homoseksual, di antaranya adalah:

 Homoseks Dilaknat. Dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth
(homoseks), Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth
(homoseks), Allah telah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth
(homoseks)." (HR.Ahmad dan Abu Ya'la)

Dalam hal ini, tidak ada hadits yang memuat ancaman dengan laknat sedemikian tegas
hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai mengulanginya tiga kali. Dalam
kasus zina, beliau hanya menyebut laknat sekali saja, demikian juga dengan laknat yang
diarahkan kepada sejumlah pelaku dosa-dosa besar; tidak lebih dari sekali. Hal itu,
ditambah lagi dengan sikap para shahabat yang sepakat memberikan ancaman mati bagi
homoseks di mana tidak seorang pun dari mereka yang mengambil sikap berbeda.
Mereka hanya berbeda dalam hal bagaimana eksekusi terhadapnya.

 Homoseksual Lebih Keji (Kotor) Daripada Zina. Siapa saja yang merenungi firman Allah
yang berkenaan dengan zina, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk," (al-Isrâ`:32) dan
firman-Nya yang berkenaan dengan Liwath, " Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
fahisyah (homoseksual) itu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun (di dunia ini)
sebelum kamu," maka pastilah ia akan mendapatkan perbedaan yang amat kentara. Pada
firman-Nya mengenai zina, dalam redaksi ayat, Allah subhanahu wata’ala menjadikan
kata "Fâhisyah (perbuatan keji)" dalam bentuk "nakirah" (tanpa alif lam, red) yang
berarti ia merupakan salah satu dari perbuatan-perbuatan keji. Namun, dalam redaksi ayat
mengenai homoseksual, Diamenjadikan kata "Fâhisyah" tersebut dalam bentuk
"ma'rifah" (dengan alif lam) yang mengandung pengertian bahwa ia mencakup semua
apa yang disebut dengan Fâhisyah itu. Maknanya, "Apakah kalian melakukan suatu
perbuatan yang menurut semua orang adalah keji itu?"

 Al-Qur'an Menegaskan Betapa Durjananya Homoseksual. Dalam ayat 80 surat al-A'raf,


Allah subhanahu wata’ala menegaskan bahwa ia perbuatan keji yang tidak pernah
dilakukan oleh penduduk mana pun di muka bumi. Kemudian dalam ayat 81, dikuatkan
lagi dengan menyebutnya sebagai sesuatu yang amat dibenci hati, tidak patut didengar
dan dijauhi oleh tabi'at, yaitu perbuatan menikah sesama lelaki.

 Pelaku Homoseksual adalah Musuh Fitrah. Dalam ayat selanjutnya dalam surat al-A'raf
di atas, ditegaskan lagi betapa buruknya perbuatan tersebut yang berlawanan dengan
fitrah yang Allahanugerahkan kepada laki-laki. Para pelakunya telah memutar
balikkan tabiat yang semestinya bagi laki-laki, yaitu tertarik kepada wanita, bukan
tertarik kepada sesama laki-laki. Karena itu, hukuman bagi mereka adalah dijungkir-
balikkannya tempat-tempat tinggal mereka sehingga bagian yang atas menjadi di bawah,
demikian pula, hati mereka dibolak-balikkan.

 Pelaku Homoseksual adalah Orang-orang yang Melampaui Batas. Allah subhanahu


wata’alatelah menegaskan keburukan perbuatan tersebut, dalam firman-Nya,
artinya, "Malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (al-A'raf:81).

Karena itu, coba renungkan, apakah makna seperti itu atau yang mirip dengan itu terdapat
dalam masalah zina? Lalu dalam surat al-Anbiya', ayat 74, Allah subhanahu
wata’alamenegaskan kepada mereka bahwa Dia telah menyelamatkan Nabi
Luth dari (penduduk) kampung yang melakukan perbuatan keji itu.

 Para Pelaku Homoseksual adalah Orang-Orang yang Berbuat Kerusakan, Fasiq dan
Zhalim. Allah subhanahu wata’ala menegaskan celaan terhadap mereka
dengan dua sifat yang super buruk dalam firman-Nya, "Sesungguhnya mereka adalah
kaum yang jahat lagi fasiq." (al-Anbiyâ`:74). Allah subhanahu wata’ala juga menyebut
mereka sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan sebagaimana dalam ucapan Nabi
mereka, Luth berdoa, 'Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum
yang berbuat kerusakan itu." (al-'Ankabût:30). Allah subhanahu wata’alajuga
menyebut mereka sebagai orang-orang yang berbuat zhalim dalam ucapan para malaikat
kepada nabi Ibrahim ‘alaihis salam, "Sesungguhnya kami akan menghancur kan
penduduk (Sodom) ini; sesungguh nya penduduknya adalah orang-orang yang zhalim."
(al-'Ankabût:31).

http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=324

Anda mungkin juga menyukai