Anda di halaman 1dari 3

Aku pernah mendengar istilah “Orang Tua Kaya Anak Jadi Raja, Anak

Kaya Orang Tua Jadi Hamba” Malam ini istilah itu benar-benar jadi
sebuah realita, aku begitu terpukul melihat nasib seorang bapak tua yang
duduk disebelah aku. Terlintas sejenak dalam lamunan ayah yang jauh
disana, aku begitu merindukannya, mungkin ayah saat ini sedang
kesepian, karna semua anaknya merantau dikampung orang. Tiba” mata
ini berlinang menahan rasa rindu yang amat sangat untuk ayah yang jauh
disana, dan pemandangan yang sangat menggetirkan hati. Makan malam
ini jadi begitu haru. Bapak tua yang sedang duduk tepat disebelah aku
yang berjarak kira-kira 1meter, dengan baju seragam parkir orennya yang
sudah sangat lusuh, topi yang sudah tidak layak pakai, muka yang begitu
pucat dan berkerut, tangan yang sudah tidak kuat menopang kepalanya,
sepertinya dia sangat lelah, sesekali mulutnya bergumam selintas
terdengar dia sedang berdzikir. Bapak tua ini seorang juru parkir.Bapak
yang memang sudah sangat tua untuk melakukan pekerjaan ini. Mata ku
tak bisa lepas memandanginya penuh tanda Tanya, kenapa bpk seumur
dia masih bekerja menjadi juru parkir? Apakah bpk sudah makan? Dimana
rumah bapak ini? kenapa sudah sangat malam dia belum pulang? Apakah
keluarganya tidak cemas? Dimana keluarganya? Apa mungkin bpk tua ini
hidup sebatang kara? Itu semua pertanyaan yang ada didalam kepalaku.
Bpk tua tak sedikitpun melihat kearah ku, sepertinya dia tau kalau aku
sedang mengamatinya, sesekali dia mengusap mukanya dengan kedua
tangannya. Karna kupikir bapak tua sedang tertidur dimeja sebelah
tempat aku makan malam sebuah warung pecel lele dipinggir jalan, aku
pun mulai menyantap makanan yang sudah aku pesan, belum selesai aku
makan, bapak tua terbangun dari tidurnya, dan bergegas pergi berjalan
dengan sempoyongan, penjaga warung ditempat aku makan sempat
menahannya untuk tidak pulang sendirian dan memintanya untuk makan
terlebih dahulu, tapi bapak tua menolak dan tetap berjalan, sampai dari
kejauhan aku memandangnya, aku tertunduk lemas tak bisa menahan
rasa iba ku pada bapak tua, aku teringat kembali ayah yang jauh disana
ayah yang begitu penuh kasih sayang, saat ini aku ingin sekali memeluk
ayah, memberikan yang terbaik dihari tua ayah. Aku tidak melanjutkan
makan malam ku karna selera makan ku hilang lenyap sketika, aku hanya
melamun sampai sipenjual pecel lele menyadarkan, sepertinya mas
penjual ini tau kalau aku dari tadi mengamati sibapak tua itu. Penjual
pecel lele mulai membuka cerita, ternyata bapak tua itu memang juru
parkir dilingkungan sini, menurut cerita dari sipenjual pecel lele, bapak
tua itu setiap hari duduk diwarung pecel lele ini untuk beristirahat, setiap
malam pulang hampir dini hari ke sebuah mesjid tak jauh dri sini untuk
dia menumpang tidur, bapak tua itu memiliki 6 orang anak yang cantik-
cantik dan tampan semuanya dikuliahkan, 4 orang sudah menikah,
1orang bekerja, dan yang paling kecil masih kuliah, yang masih kuliah
sering datang kesini untuk minta uang jajan ke bapaknya, anak-anak nya
sukses semua, ada yang menikah dengan orang Malaysia direktur
perusahaan asing, mobil anak nya aja ada3 bagus-bagus lagi, tapi kasian
bapaknya gak ada yang perhatiin, anak-anaknya gak ada yang peduli,
menurut cerita sipenjual pecel lele bapak tua itu tidak mau pulang karna
merasa kesepian kalau dirumah. Sepertinya sipenjual pecel lele tau
banyak tentang bapak tua itu. Mendengar cerita sipenjual pecel lele, hati
aku makin sakit tak kuasa menahan sedih mengingat nasib sibapak tua
yang seharusnya tinggal dirumah mewah, menghabiskan masa tua
dengan cucu yang lucu-lucu, tapi semuanya justru bertolak belakang.
Malam ini aku dapat pelajaran berharga dalam hidup, bahwa kasih
sayang orang tua memang tidak ada bandingannya tidak bisa digantikan
oleh apapun, harta yang paling berharga dalam hidup adalah orang tua,
karna untuk menjadi orang tua itu tidak gampang tidak seperti
membalikan telapak tangan, merekalah yg membesarkan mendidik
menjaga hingga kita menjadi seperti sekarang. Aku semakin teringat
ayah yang selalu melindungi aku, selalu memberikan yang terbaik, ayah
yang selalu membela aku, ayah yang selalu memberikan aku dukungan,
ayah yang selalu berusaha tersenyum, ayah yang selalu menemani aku
tidur saat aku mimpi buruk, ayah yang selalu mengantarkan aku ke toilet
saat aku terbangun dan takut untuk ke toilet sendirian, ayah yang selalu
mengantar dan menjemputku sekolah, ayah yang selalu membelikan aku
banyak makanan kesukaan aku, ayah yang selalu tau apa yang aku suka,
ayah yang selalu membelikan aku barang mewah sebagai kado ulang
tahun, ayah yang selalu mengajak aku jalan-jalan sore, ayah yang selalu
menemani aku begadang, ayah yang selalu khawatir kalau aku sakit,
ayah yang selalu menemani aku nongkrong di café menghabiskan akhir
pekan, ayah yang selalu mendengarkan aku bercerita, ayah yang selalu
menggigit aku karna gemes, ayah yang selalu melarang aku untuk
melakukan pekerjaan rumah dengan alasan nanti aku sakit lebih baik aku
belajar biar makin pintar, ayah juga dulu sering bikin aku nangis dengan
candaan nya yang bilang kalau aku anak angkat yang ditemukan
dipinggir jalan orangtua kandung ku tukang sate, ayah yang selalu bikin
aku takut berbuat salah, ayah juga yang mengajarkan aku untuk saling
berbagi, ayah benar-benar hebat, karna ayah aku bisa jadi seperti
sekarang, seorang laki-laki yang tumbuh dewasa dan mandiri,
terimakasih ayah. Semua kenangan bersama ayah seperti didepan mata.
Maafkan aku ayah karna saat ini aku belum bisa menemanimu, tapi aku
akan secepatnya pulang menemanimu menghabiskan waktu bersama.

Memo: Ini kisah nyata…bapak tua itu juru parkir disimpang dago, aku
lupa nanya namanya, tapi ntar kalau aku ketemu lg pasti aku tanyain.
biar kalian smua gak pnasaran...

Tulisan ini aku hadiahkan untuk Ayah ku tercinta dan para Ayah yang ada
dimuka bumi ini. Ayah & mama I miss u….

Dikutip dari catatan seorang teman…

Anda mungkin juga menyukai