Anda di halaman 1dari 5

Bahayanya Pencemaran 

Udara
November 30, 2008 pada 1:15 pm (energi)

Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara terkandung gas
yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya
terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi
kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu merupakan udara normal
dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah
lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis
maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu
komponen kimia yang terkandung dalam udara. Kondisi seperti itu lazim disebut dengan
pencemaran (polusi) udara.

Menurut Isna Marifat M.Sc., Ketua Penyelenggara Segar Jakartaku, 70% pencemaran udara
Jakarta disebabkan oleh kendaraan bermotor. Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan
bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan terutama dikota-kota besar. Dan hal ini
terjadi, salah satunya disebabkan tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-
kota besar di Indonesia. Menurut Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu
Lintas – Januari 2000, pertumbuhan tersebut berkisar 8-12% per tahun.

Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan
kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan
manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam
bentuk gas dapat dibedakan menjadi:

 Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)


 Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen
dioksida)
 Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)
 Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

Sedagkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah
 Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene
 Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua,
yaitu:

 Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan,
dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri,
rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
 Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi:

 Sulfur dioksida (SO2)


 Karbon monoksida (CO)
 Nitrogen dioksida (NO2)
 Ozon (O3)
 Hidro karbon (HC)
 PM 10, Partikel debu ( PM 2,5 )
 TSP (debu)
 Pb (Timah Hitam)

Pengaruh masing-masing zat pencemar udara tersebut terhadap makhluk hidup dijelaskan sbb:

Sulfur Oksida (SOx)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut
sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar
1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.

Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara
normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa lain, CO mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah
yaitu haemoglobin.

Nitrogen Dioksida (NO2)

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh
gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

Ozon (O3)
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna
untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian
30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah
molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom
oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat di
daerah panjang gelombang 240-320 nm.

Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru
yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker.

Khlorin (Cl2)

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas
khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin
sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang
menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas
khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti pada proses
yang terjadi di bawah ini.

Partikulat Debu (TSP)

Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat
langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa
ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

Timah Hitam (Pb)

Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan
akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau
diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.

Solusi

 Pengujian emisi gas buang secara berkala dari setiap kendaraan yang ada di ibukota.
Kendaraan yang tidak lolos uji emisi harus masuk bengkel untuk diperbaiki sehingga
memenuhi standar emisi yang berlaku.Hal ini sudah berjalan di Jakarta dengan keluarnya
Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 95 Tahun 2000 Tentang Pemeriksaan
Emisi Dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Propinsi DKI Jakarta.
 Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar gas:

1. Keringanan pajak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas


berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU. No.21
tahun 1997
2. Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga harga
jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat
3. Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk
(ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang
sudah diproduksi

 Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kebijakan pemerintah untuk percepatan


pembuatan BBN antara lain:

1. Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional.
2. Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan
BBN.
3. Keputusan Presiden (Keppres) No.10 tahun 2006 tentang Tim Nasional
pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan
pengangguran.

Solusi BBN untuk transportasi adalah sebagai pengganti/subtitusi solar atau bensin. Untuk solar
digunakan bio-diesel, sedangkan untuk bensin digunakan bio-ethanol. Bio-diesel merupakan
bentuk ester dari minyak nabati (sawit, minyak kelapa, jarak pagar,dll). Sedangkan bio-ethanol
merupakan anhydrous alkohol berasal dari fermentasi tetes/nira tebu, singkong, jagung atau sagu.

Blending 10% (B10) adalah bahan bakar dengan komposisi 10% minyak nabati dan 90% minyak
solar. B10 jauh lebih ramah lingkungan dan memiliki nilai cetane lebih tinggi. Angka cetane B10
sekitar 64 sehingga membuat tarikan/kinerja mesin kendaraan jauh lebih tinggi dibandingkan
solar biasa. Sementara nilai opasitas (kadar asap) turun antara 10-20 persen. Penurunan juga
terjadi pada kandungan sulfur pada biodiesel hasil pencampuran tersebut. (Sumber: SUARA
PEMBARUAN DAILY, 28/9/04)

Referensi

 Pengembangan BBN sebagai Upaya Percepatan Pengurangan Pengangguran dan


Kemiskinan presentasi TIM BUMN-ESDM-RISTEK BPPT-DEPTANDEPHUT.
 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian Pencemaran Udara, Jakarta,
21 – 09 – 2006.
 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Zat – zat Pencemar Udara, Jakarta, 21 –
09 – 2006.
 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran Udara,
Jakarta, 21 – 09 – 2006.
 Sudrajad, Agung., Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan, Jakarta, 12 – 09 – 2006.
 Komisi Pemberantas Bensin Bertimbal, http://www.kpbb.org/download.html, Jakarta,12-
09-2006.

dari : kamase.org

Anda mungkin juga menyukai