Anda di halaman 1dari 18

Latar Belakang

Setiap tanggal 22 April, masyarakat dunia khususnya masyarakat peduli lingkungan


memperingatinya sebagai Hari Bumi. Peringatan yang pertama kali dilakukan pada 22 April
1970 di Amerika Serikat atas prakarsa seorang senator yang bernama Geylord Nelson itu,
bagi pejuang lingkungan hidup merupakan momen untuk mendesak masuknya isu lingkungan
hidup dalam agenda tetap nasional dan mengingatkan manusia akan pentingnya kelestarian
lingkungan hidup. Isu dunia tentang lingkungan yang terhangat saat ini adalah masalah
pemanasan global (global warming) dan akibat-akibatnya bagi kehidupan manusia

Apa itu Pemanasan Global ?

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan
dianggap disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran
bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas
karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.

Diperkirakan, setiap tahun dilepaskan *18,35 miliar* ton karbon dioksida (18,35 milliar ton
karbon dioksida ini sama dengan 18,35 X 1012 atau 18.350.000.000.000/kg karbon
dioksida).Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi
insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi. Inilah
yang disebut dengan Efek Rumah Kaca.

Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F). Selama seratus tahun terakhir,
rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit).
Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 – 5,8 derajat Celsius (2,5 –
10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.

MASALAH

Karerna alasan tersebut kami mencoba untuk menuliskan makalah tentang pemansasan global
yang sedang terjadi pada saat ini, yang ditinjau dari segi umum/ilmiah dan berdasarkan
agama khususnya pandangan umat islam tentang pemanasan global (ditinjau dari akibat
pemanasan global, mengapa terjadi pemanasan global dan cara pencegahan pemanasan
global) Apa bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan, penulis mohon maaf dan
tolong dibenarkan terima kasih.

TUJUAN

- Agar kita bisa memperehatikan keadaan lingkungan kita

- Menambah pengetahuan tentang pemanasan global

- Mengetahui cara pencegahan pemanasan global

- dan bagaimana pandangan IPTEK dan agama tentang pemanasan global

KAJIAN PUSTAKA

Bahan-bahan makalah kami ambil dari situs-situs internet yang berbeda-beda agar supaya
data yang kami kumpulkan tentang materi pemanasan global bisa mendekati kejadian yang
sebenarnya telah terjadi dan bisa menyampaikan materi dengan baik. Untuk lebih jelasnya
nanti kami lampirkan pada daftar pustaka sumber-sumber yang kami ambil.

PEMBAHASAN

Menurut iptek tentang pemanasan global

Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan mengenai fenomena
yang terkenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama masyarakat
dunia sekarang. Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca CO2, methan, nitrat
oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat besar dan dengan
konsekuensi yang sangat besar.
Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan bangsa-bangsa/IPCC, telah
terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu
terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari antara 0,5
sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata-rata global telah meningkat sekitar 0,6
derajat celcius (33 derajat F) diabandingkan dengan masa sebelum industri.

Jika emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan kecenderungan yang
terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dan mencapai dua kali lipat dari
sebelum era industri pada tahun 2100. jika ini terjadi, maka konsentrasi gas rumah kaca akan
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi selama jutaan tahun terakhir ini. Hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya temperature rata-rata global sebesar 2,5 derajat celcius, dengan
peningkatan 4 derajat celcius di daratan. Angka tersebut sepertinya kecil dan tidak berarti,
tetapi ketika temperature permukaan bumi meningkat 4 derajat C, peningkatan ini sebenarnya
cukup untuk mengakhiri zaman Es. Saat ini, ketinggian lautan sudah meningkat karena blok-
blok es di lautan mulai mencair. Para ilmuawan mengatakan bahwa abad paling dalam
millennium terakhir adalah abad ke-20. tidak mengehrankan jika tinggi lautan selama abad
ke-20 adalah sekitar 10 cm, dan sebagian besar diantaranya terjadi pada abad ke-20.

Kenaikan suhu secara execeptional sangat mencemaskan dibandingkan dengan


bencana seperti banjir dan kekeringan karena kenaikan suhu tidak tergantung dari musim dan
bersifat lintas batas sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu durasinya
lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas energi. Berbeda dengan banjir dan
kekeringan, sekalipun polanya saat itu acak tetapi magnitude banjir besar terjadi pada musim
hujan dan magnitude kekeringan ekstrem terjadi pada puncak musim kemarau.
Perubahan iklim sudah tidak lagi nmenyangkut kepentingan lingkungan hidup. Namun, sudah
meluas pada aspek keamanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan masyarakat,
gangguan cuaca berupa badai yang kian meningkat intensitasnya serta ancamannya. Intinya,
resiko resiko yang dihadapi manusia naik tajam. Tidak hanya mengarah pada kerusakan harta
benda atau lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa manusia. Pemanasan global telah
memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub,
berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya.

Pemanasan global seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental panel on Climate


change, 10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi lima tahun mendatang
berupa kegagalan panen, kelangkaan air, dan kekeringan. Diperkirakan asia akan mengalami
dampak yang paling parah, produksi pertanian tiongkok dan banglades akan anjlok 30 persen,
India akan mengalami kelangkaan air dan 100 juta rumah warga pesisir akan tergenang.

Laju pemanasan global yang tidak terkendali akan makin mempercepat pencairan es
dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastic. Dampaknya, kawasan pulau
kecil dan pesisir makin tenggelam. Kemudian menimbulkan sedimentasi yang menutup
permukaan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan memicu tingkat keasaman terumbu
karang yang menimbulkan pemudaran (bleaching) hingga kepunahan ekosistem tersebut
akibat sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang berkurang.
Sifat perubahan Iklim tentu tidak mengenal batas Negara. Begitu pula distribusi dan
dampaknya, bahkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidak adilan antar Negara.
Negara-negara industri adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca yang berdampak pada
perubahan iklim, sedangkan Negara yang sedang berkembang yang sedikit konstribusinya
dalam fenomena pemanasan global ini justru terkena dampak yang nyata. Oleh karena itu,
semua pihak harus menyatakan perang melawan pemanasan global dengan perannya masing-
masing. Industri transportasi, ahli pertanian, aktifis lingkungan, pemerintah hingga individu
harus mengerem peningkatan pemanasan global.

Pemanasan global menjadi salah satu isu panas yang diangkat di pertemuan ilmiah tahunan
European Society Cardiology di Wina akhir September 2007, yang menyatakan bahwa
apabila pemanasan global tidak dapat dikontrol, akan menimbulkan masalah kardiovaskular
di tahun-tahun mendatang.
Dr Karin Schenk-Gustafsson dari Departemen Kardiologi, Institut Karolinska di Swedia,
bahkan dengan yakin menyatakan bahwa bila mana terjadi peningkatan suhu beberapa derajat
celcius dalam tempo 50 tahun kedepan, akan terjadi peningkatan insiden penyakit
kardiovaskular. Ia merujuk pada gelombang panas yang menyerang di kawasan eropa pada
tahun 2003, berdasarkan data rekam medik dari beberapa rumah sakit dilaporkan terjadi
kematian sebanyak 35.000 orang pada dua minggu pertama bulan Agustus. Di Prancis saja
terjadi hamper 15.000 kematian pada saat itu. Sebagian besar kematian terjadi pada usia
lanjut dan menderita penyakit jantung.

Sependapat dengan pemikiran tersebut, DR. Gordon Tomaselli, ketua Departemen kardiologi
di Universitas Johns Hopkins, menganalogikan proses aterosklerosis, penumpukan kolesterol
di dinding pembulu darah, ibarat proses akarat di mobil. Karat akan mudah terjadi pada
temperature yang lebih panas, demikian juga dengan aterosklerosis.
Variasi musin terhadap factor resiko kardiovaskular, seperti tekanan darah, profil lipid, dan
factor pembekuan darah telah banyak diketahui. Namun demikian, namun demikian manakah
yang berdampak paling buruk terhadap jantung kita; temperature panas, dingin, atau lebarnya
variasi harian.

Mengutip laporan yang dipublikasikan di Environmental Health Perspectives Agustus 2003,


di Denver, Colorado pada bulan juli dan Agustus tahun 1993 sampai denggan 1997,
memperlihatkan peningkatan temperature berkaitan dengan peningkatan insidens serangan
jantung pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun.
Sebenarnya tubuh manusia memiliki kemampuan pengaturan agar menjaga suhu tetap stabil
pada kisaran fisiologis. Apabila suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka tubuh akan
memproduksi keringat agar terjadi penguapan pada permukaan tubuh, sehingga peningkatan
suhu tubuh dapat di cegah. Selama proses tersebut, pembuluh darah akan mengalami
vasodilatasi (pembesaran diameter lumen) untuk mengirim darah lebih banyak ke kulit tubuh,
dimana temperature lebih dingin. Sebagai akibatnya, tekanan nadi akan bertambah (takikardi)
untuk mempertahankan curah jantung.

Penurunan tekanan darah berarti pengurangan suplai oksigen ke otot jantung, sedangkan
peningkatan denyut nadi adalah peningkatan demand. Kedua hal tersebut merupakan
kombinasi yang dapat membahayakan orang usia lanjut yang pada umumnya menderita
penyakit jantung koroner atau penderita lemah jantung. Di samping itu, keluar keringat
berlebihan akan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi yang pada akhirnya
mempermudah kecenderungan terjadi gumpalan darah.

Berbagai laporan telah memperlihatkan bahwa perubahan iklim memiliki potensi besar untuk
menimbulkan masalah kardiovaskuler. Namun demikian, para pakar kesehatan menyatakan
bahwa terlalu banyak variable yang tidak diketahui yang mengaitkan antara pemanasan
global dengan penyakit jantung koroner atau aterosklerosis, sehingga sulit untuk meramalkan
dampaknya dikemudian hari. Harus diakui, bahwa hingga saat ini belum ada satupun
penelitian membuktikan bahwa cuaca yang panas secara langsung dapat meningkatkan
kecenderungan menderita aterosklerosis. Tampaknya, factor polusi atau kualitas udara
lingkungan akibat pemanasan global akan lebih banyak memegang peran untuk terjadinya
masalah kardiovaskular, dibandingkan peningkatan temperature sendiri.

Para ahli klimatologi amerika sudah memprediksikan bahwa penyebab dari global warming
adalah karena bumi menyeraplebih banyak energi matahari dari pada yang di pantulkan.
Menurut mereka perbedaanya sangat_sangat fantastik 1 dibanding 7
Kesimpulan ini diambil dengan menggunakan stimulasi komputer mengenai data data
pemanasan pada permukaan buni dan laut. Data tersebut semakin menguatkan pendapat para
ahli tersebut
Para peneliti juga membandingkan energi tang masuk armosfer dengan energi yang di
pantulkan ke angkasa. Ini sangat sulit di lakukan karena itu para peneliti menggunakan suhu
permukaan laut
“Mengukur perubahan secara langsung sulit dilakukan, karena Anda harus mendeteksi
variabel tertentu dari sekian banyak variabel,” kata Gavin Smith, salah satu anggota tim
peneliti dari NASA.
“Tapi kami tahu berapa besar energi yang diserap lautan dari pengukuran selama puluhan
tahun melalui satelit maupun peralatan yang ditempatkan langsung. Didukung pemahaman
kami tentang atmosfer, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa selama ini terjadi
ketidakseimbangan di atmosfer,” lanjutnya.
Caranya dengan memonitor suhu permukaan laut dari ribuan pelampung (buoys) yang
tersebar di berbagai lokasi. Data-data yang diambil dari berbagai tempat dimasukkan dalam
komputer dan merepresentasikan model iklim yang kompleks meliputi aktivitas atmosfer,
laut, angin, arus, gas, dan zat pencemar lainnya.

Dari simulasi tersebut tampak bahwa atmosfer bumi menyerap energi 0,85 watt per meter
persegi (secara keseluruhan setara dengan 7 triliun bola lampu 60 watt), lebih dari energi
yang dilepaskan kembali. Penyebabnya adalah efek rumah kaca yang terbentuk oleh lapisan
gas karbon dioksida. lapisan tersebut menyerap radiasi panas yang dipantulkan bumi yang
seharusnya dilepaskan ke ruang angkasa.
Menurut Gavin Schmidt, butuh energi yang besar untuk menghasilkan perubahan di
permukaan bumi. Meskipun demikian penyerapan energi telah berjalan dalam rentang waktu
yang lama.
Berdasarkan laporan Nasa, penyerapan energi sudah terlalu besar sehingga peningkatan suhu
bumi sebesar setengah derajat celcius tidak dapat dicegah kecuali manusia menghentikan
produksi gas rumah kaca.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Jika tidak segera diatasi, maka kenaikan temperatur karena pemanasan global hingga tahun
2100 akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang
mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100
cm (4 – 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan
pulau-pulau. Diantara 17.500 pulau di Indonesia, sekitar 4000 pulau akan tenggelam.

Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi,
tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan
menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan
bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan
musnah.
Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan global telah lama
terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami musim kemarau yang panjang.
Tahun 1982-1983, 1987 dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang
luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis di Kalimatan Timur akibat kebakaran tahun 1983.
Musim kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan produksi
gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127 juta ton pada tahun 1990.

Pada tahun 2006, akibat pemanasan global terlihat dengan terlambatnnya musim penghujan
yang seharusnya sudah turun pada Oktober 2006. Namun hingga Desember 2006 hujan
belum juga turun. Keterlambatan itu juga disertai dengan pendeknya periode hujan, namun
intensitasnya tinggi. Akibatnya banjir melanda Jakarta dan sekitarnya.

Pemanasan Global juga mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk (dari
telur menjadi larva dan nyamuk dewasa) akan lebih singkat, sehingga jumlah populasi akan
cepat naik. Mengganasnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kemudian seolah
menyebabkan jenis penyakit baru.

EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah
proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2 ) dan gas-
gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Selain gas CO2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2 ),
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2 ) serta beberapa senyawa organik
seperti gas metana (CH4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang
peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi
Proses Efek Rumah Kaca berawal dari sinar matahari yang menembus lapisan udara
(atmosfer) dan memanasi permukaan bumi. Permukaan bumi yang menjadi panas
menghangatkan udara yang tepat diatasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik
dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Tanpa Efek Rumah Kaca maka bagian bumi yang
tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin seperti di dalam freezer lemari es (-
18°C)

Mekanisme yang sebenarnya menguntungkan kehidupan di bumi ini berbalik menjadi sebuah
ancaman tatkala manusia memasuki era industrialisasi (abad ke-18). Untuk menunjang proses
industri, manusia mulai melakukan pembakaran batu bara, minyak dan gas bumi untuk
menghasilkan bahan baker dan listrik.

Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan berupa CO2.
Otomatis kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas
ke bumi menjadi semakin banyak. Bumi pun semakin panas.

MENGURANGI EFEK RUMAH KACA

Satu sisi, Efek Rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam. Namun, Efek
Rumah Kaca yang berlebihan akibat aktifitas manusia akan berubah menjadi ancaman untuk
kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, ketika manusia menyadari bahwa aktifitasnya
telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca yang berlebih, maka diperlukan usaha yang sungguh-
sungguh untuk menguranginya sehingga mencapai keseimbangannya kembali.

Dunia masih mempunyai kesempatan realistis hingga 2010 guna menghindari sebagian dari
bencana meluas akibat pemanasan global (global warming). Demikian disampaikan dua
peneliti lingkungan dari Universitas Princeton dan Universitas Brown, Michael Oppenheimer
dan Brian O’Neill, di AS dalam suatu kajian yang dimuat Journal Science.

Sebuah laporan yang dikeluarkan di Cina pada tahun yang sama menyatakan ramalan, suhu
global Bumi bisa meningkat sampai 5,8 derajat Celcius sedikitnya pada akhir abad ini.
Pernyataan ini diperkuat pula oleh laporan lain dari NASA Goddard Institute for Space
Studies yang mengatakan, ambang CO2 meningkat dari angka satuan 280 ppmv (/parts per
million by volume/) pada tahun 1850 menjadi 360 ppmv pada tahun 2001. Padahal, dalam
kajian yang lain dikatakan, ambang CO2 di atmosfer harus dicegah untuk tidak melebihi
ambang 450 ppmv.

Para ilmuwan mempelajari cara-cara untuk membatasi pemanasan global. Kunci utamanya
adalah:

1.membatasi emisi CO2

Tehnik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni mengganti energi minyak
dengan sumber energi lainnya yang tidak mengemisikan karbon dan yang kedua
penggunaan energi minyak sehemat mungkin.

2.Menyembunyikan karbon yang juga membantu mencegah karbon dioksida memasuki


atmosfer atau mengambil CO2 yang ada.

Menyembunyikan karbon dapt dilakukan dengan dua cara:

1. Di bawah tanah atau penyimpanan air tanah

Bawah tanah atau air bawah tanah bisa digunakan untuk menyuntikkan emisi CO2 ke
dalam lapisan bumi atau ke dalam lautan. Lapisan bumi yang dapat digunakan adalah
penyimpanan alami minyak dan gas bumi di tambang-tambang minyak. Dengan
memompakan CO2 kedalam tempat-tempat penyimpanan minyak di perut bumi akan
membantu mempermudah pengambilan minyak atau gas yang masih tersisa. Hal ini
bisa menutupi biaya penyembunyian karbon. Lapisan garam dan batubara yang dalam
juga bias menyembunyikan karbon dioksida.

2. Penyimpanan di dalam tumbuhan hidup.

Tumbuhan hijau menyerap CO2 dari udara untuk tumbuh. Kombinasi karbon dari CO2
dengan hidrogen diperlukan untuk membentuk gula sederhana yang disimpan di dalam
jaringan. Mengingat pentingnya tumbuhan dalam menyerap CO2 , maka perlunya
memelihara pepohonan dan menanam pohon baru lebih banyak lagi

PROTOKOL KYOTO

Pemanasan global sudah menjadi isu internasional. Bahkan, keresahan dunia ini terwujud
dalam konferensi Kyoto pada Desember 1997. Persetujuan konferensi itu berlaku mulai 16
Februari 2005. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja
PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah persetujuan internasional mengenai
pemanasan global.

Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi


emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya. Jika sukses
diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata pemanasan global antara
0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050.

Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada,
Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania
dan Bulgaria. Untuk mencapai protokol Kyoto ini, semua negara terus menciptakan teknologi
yang ramah lingkungan, terutama negara maju. Karena, negara maju yang banyak
mengeluarkan CO2 penyebab rumah kaca.

Dengan mengedepankan Protokol Kyoto, industri-industri stategis seperti industri migas,


industri transportasi, industri minyak dan gas didorong untuk menggunakan energi alternatif
yang ramah lingkungan. Artinya, sedapat mungkin meninggalkan penggunaan migas yang
merupakan sumber utama emisi gas karbon.

Lima besar negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca terbesar adalah :

1. Amerika Serikat

2. Tiongkok

3. Rusia

4. India

5. Jepang

(sumber : Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC))

Sejumlah negara industri maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia hingga kini belum
menandatangi protokol ini. Mereka beranggapan, kesepakatan ini akan mengancam masa
depan industi mereka. Padahal, AS tercatat sebagai salah satu negara penyumbang emis gas
karbon terbesar di dunia.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri
minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung
pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan
untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama
disebabkan oleh biaya energi.

KAPITALISME TELAH MERUSAK KESEIMBANGAN ALAM

Penolakan Amerika Serikat dan Australia untuk melaksanakan Protokol Kyoto telah
menunjukkan bahwa kapitalisme yang mereka emban lebih mementingkan keuntungan
materi dari pada kepentingan bersama yang lebih besar. Dengan demikian, usaha mengurangi
emisi gas rumah kaca tidak mungkin bisa dilakukan secara signifikan, karena tidak adanya
kepedulian atas berbagai dampak buruk pemanasan global yang telah diprediksi oleh para
ahli.

Selain itu kapitalisme juga mengutamakan kepemilikan individu dan pendekatan yang
utilitarian (mementingkan kemanfaatan) telah melahirkan sikap eksploitatif atas sumber daya
alam seraya mengabaikan aspek moralitas Hal ini yang mengakibatkan hak penguasaan
sumber daya alam, khususnya hutan bisa jatuh ke tangan individu. Padahal kelestarian hutan
sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam yang dibutuhkan bagi kehidupan
manusia, tumbuhan dan hewan, serta seluruh ekosistem.

Prinsip kapitalisme yang mementingkan keuntungan dan mengutamakan kepemilikan


individu terhadap sumber daya alam berakibat rusaknya keseimbangan alam. Selama ide
kapitalisme masih diemban, maka kehidupan dan alam akan senantiasa pada posisi yang tidak
seimbang. Akibatnya, musibah akan senantiasa mengancam kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Dengan kenyataan tersebut, tentu sangat mengherankan apabila masih banyak
manusia berharap dan merasa nyaman hidup dengan kapitalisme.

Pemanasan global menurut agama

(Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)). (QS. Ar-Ruum : 41)
Ayat Allah diatas menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di darat dan di laut karena
aktifitas manusia yang tidak mengikuti jalan yang benar (syariat Allah). Akibatnya, musibah
akan senantiasa mengancam kehidupan manusia. Oleh karena itu, penerapan syariat Allah
merupakan satu-satunya jalan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi.
Sedangkan syariat Allah hanya bisa diterapkan apabila ada institusi yang menerapkannya.

KHILAFAH HARUS MEMIMPIN DUNIA

Khilafah adalah institusi satu-satunya yang akan menerapkan syariat Allah di muka bumi.
Penerapan syariat yang sesuai kehendak Allah sebagai pemilik bumi dan seisinya tentu akan
mampu memberikan dampak positif pada keseimbangan alam. Karena itu, sudah menjadi
kewajiban khalifah sebagai pemegang amanah dari Allah untuk selalu berusaha menjaga
keseimbangan alam dan menghilangkan segala bentuk kemudharatan atau bahaya yang akan
menimpa seluruh kehidupan karena akibat aktifitas manusia. Amanah ini didasarkan pada
sabda Rasul SAW.:

“Imam adalah ibarat penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap
gembalaannya (rakyatnya).” (HR. Muslim)

Kaidah fikih menyebutkan

, “Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk kemudharatan atau bahaya itu wajib dihilangkan.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW “Laa dharara wa laa dhiraara.” (HR Ahmad & Ibn
Majah), artinya tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain.

Oleh karena itu sebagai upaya menjaga keseimbangan alam, maka Khalifah wajib
menetapkan kebijakan untuk kemaslahatan umum dalam mengatasi pemanasan global,
sebagai berikut :

1. Memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang berlebih

1. Menjaga dan mengelola hutan sesuai syariah

2. Menjaga keseimbangan antara tingkat polusi dan RTH (Ruang

Terbuka Hijau) di setiap wilayah


3. Mewajibkan rakyat menjaga lingkungan masing-masing

4. Menghidupkan tanah-tanah mati.

5. Mengambil alih tanah-tanah yang tidak dikelola selama tiga

tahun dan memberikan kepada orang lain untuk mengelolanya.

2. Mengurangi emisi gas karbon dari industri, transportasi dan

eksplorasi sumber daya alam

1. Mengadopsi sains dan tehnologi yang bisa menjaga kelestarian

lingkungan

2. Menciptakan mesin-mesin industri dan transportasi yang ramah

lingkungan, termasuk menyediakan sistem transportasi yang baik

3. Memberi subsidi untuk konversi bahan bakar industri yang

ramah lingkungan

4. Mendorong penelitian dan pengembangan bahan bakar alternatif

yang ramah lingkungan

5. Menetapkan metode yang ramah lingkungan untuk eksplorasi,

misalnya metode carbon sequestration

3. Menyiapkan SDM peduli lingkungan dan undang-undangnya

1. Memberi pendidikan kelestarian lingkungan lewat jalur formal

dan non formal

2. Menyiapkan dan menyebar para qodli hisbah dan polisi


3. Membuat Undang-undang kelestarian lingkungan hidup

4. Melakukan dakwah dan jihad

Dakwah dan jihad merupakan sarana agar Khilafah memimpin dunia dengan Islam, sehingga
menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang akibatnya keseimbangan alam bisa terjaga secara
menyeluruh (global)

Begitu pentingnya kehadiran khilafah untuk menyelamatkan manusia dan lingkungannya,


maka wilayah kekuasaan khilafah harus meliputi seluruh dunia. Karena tentu tidak ada
artinya apabila kebijakan yang berwawasan lingkungan tersebut hanya diterapkan di sebagian
wilayah di dunia, sedangkan sebagian yang lain mengabaikannya. Dengan kondisi tersebut
keseimbangan alam tidak akan tercapai secara maksimal, yang berarti masih ada potensi
kerusakan dan ketidak seimbangan alam yang bisa menyebabkan musibah bagi manusia. Jadi,
khilafah memang harus memimpin dunia dengan Islam, sehingga keseimbangan alam terjaga
sepenuhnya untuk menyelamatkan seluruh kehidupan dari musibah.

Akibat belebih-lebihan
Lingkungan memiliki daya lenting berupa kemampuan untuk kembali ke keadaan semula
setelah diintervensi. Lingkungan dapat kembali ke keadaan keseimbangan apabila terjadi
intervensi, namun tingkat pengembaliannya memerlukan banyak waktu. Kecepatan intervensi
manusia sendiri tergantung dari tingkat kebutuhan dan keinginannya.

Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil umumnya disebabkan
aktivitas industri, transportasi, dan rumah tangga. Aktivitas tersebut meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan keinginan masyarakat modern yang semakin beragam.

Pandangan Islam mengenai pertambahan penduduk dan keinginan masyarakat modern yang
makin beragam adalah mengingatkan agar tindakan dan kebutuhan manusia tidak berlebih-
lebihan (Al-Isra:27). Kebutuhan manusia dapat diperhitungkan dan dipenuhi oleh sumber
alam yang ada di muka bumi, namun keinginan manusia sangatlah banyak. Memenuhi semua
keinginan manusia hanya akan memperburuk keadaan. Perbandingan pola produksi dan
konsumsi di antara negara berkembang dan negara maju membuktikan hal tersebut.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa pada tahun 1991 AS
mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat lebih banyak dari Jepang untuk menghasilkan 1
dolar AS GNP-nya. Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari penduduk dunia, pada
tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan pola konsumsi energi
sebagai indikator bagi lingkungan yang berkelanjutan, kelahiran bayi di AS menghasilkan 2
kali lipat dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan seorang bayi yang lahir di Swedia, 3
kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali
lipat dibanding Bangladesh.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global seperti
menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi
penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan
sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dari sikap preventif
yaitu dengan tidak berlebih-lebihan atau tidak bersikap boros (Al-Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya membahas mengenai standar


hidup maksimal. Standar hidup maksimal meliputi gaya hidup, pemakaian rumah,
penggunaan air, atau yang sejenisnya. Gaya hidup berlebihan seperti memiliki pakaian,
sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak padahal penggunaannya sangat jarang,
perlu dibatasi.

Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2 orang artis, atau mobil yang
hanya berpenumpang 1 atau 2 orang dapat menyebabkan pemborosan sumber energi.
Pembangunan rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya digunakan oleh
beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air dalam rumah tangga perlu diatur sesuai
dengan kebutuhan dasar dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa yang
kita berikan adalah kepunyaan kita sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan atau
penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam menuntun
agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa pada tahun 1991 AS
mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat lebih banyak dari Jepang untuk menghasilkan 1
dolar AS GNP-nya. Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari penduduk dunia, pada
tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan pola konsumsi energi
sebagai indikator bagi lingkungan yang berkelanjutan, kelahiran bayi di AS menghasilkan 2
kali lipat dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan seorang bayi yang lahir di Swedia, 3
kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali
lipat dibanding Bangladesh.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global seperti
menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi
penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan
sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dari sikap preventif
yaitu dengan tidak berlebih-lebihan atau tidak bersikap boros (Al-Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya membahas mengenai standar


hidup maksimal. Standar hidup maksimal meliputi gaya hidup, pemakaian rumah,
penggunaan air, atau yang sejenisnya. Gaya hidup berlebihan seperti memiliki pakaian,
sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak padahal penggunaannya sangat jarang,
perlu dibatasi.

Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2 orang artis, atau mobil yang
hanya berpenumpang 1 atau 2 orang dapat menyebabkan pemborosan sumber energi.
Pembangunan rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya digunakan oleh
beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air dalam rumah tangga perlu diatur sesuai
dengan kebutuhan dasar dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa yang
kita berikan adalah kepunyaan kita sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan atau
penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam menuntun
agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki.

Solusi permasalahan pemanasan global tidak hanya terkait dengan mengubah energi fosil
menjadi energi biofuel atau energi alternatif lainnya. Menurut Alquran, semua tindakan
berlebihan pada akhirnya akan merugikan manusia. Penggunaan sumber energi massal akan
menyebabkan output dalam jumlah massal. Bahan apapun apabila dibuang dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang cepat, pasti akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan.

Oleh karena itu mengubah sumber energi dari energi fosil menjadi energi biofuel tidak
menjamin lingkungan akan aman, sebab pembakaran biofuel pasti akan menghasilkan
polutan dalam jumlah massal dan dalam waktu yang cepat. Penggunaan energi hendaknya
bersumber dari energi yang paling mudah didapatkan, paling murah biayanya, dan paling
mudah mengoperasikannya di suatu daerah.

Bahaya penyeragaman
Pertanian yang dituding menjadi pemicu pemanasan global karena penggunaan pupuk,
peptisida, dan konversi lahan dari hutan menjadi pertanian perlu juga dikaji. Sentralisasi yang
dilakukan oleh orde baru terhadap pola makan bangsa Indonesia menyebabkan
ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras sangat tinggi. Dulu beberapa kelompok
masyarakat di Indonesia punya sumber-sumber pangan alternatif.

Semestinya perbedaan sumber makanan itu disyukuri sebagai rahmat dari Allah.
Penyeragaman sumber makanan menyebabkan ketergantungan pada sumber tertentu yang
belum tentu cocok ditanam di wilayah tertentu sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan.

Selain itu, penyeragaman sumber makanan menyebabkan ekosistem di beberapa daerah


berubah karena lahan yang semula tidak diperuntukan dan tidak cocok untuk pertanian,
dipaksakan untuk menjadi lahan pertanian. Keanekaragaman hayati di daerah itu pun menjadi
terancam musnah. Hewan-hewan yang biasa makan dari hasil hutan terancam punah dan
beberapa binatang merusak lahan pertanian karena kehilangan tempat berlindung dan sumber
makanan.

Allah telah menciptakan alam dengan berbeda-beda jenisnya sesuai dengan keadaan
masyarakat. Allah juga telah menciptakan sesuatu sesuai dengan kadarnya. Produksi yang
tidak berasal dari daerah setempat, baik bahan mentah maupun sumber daya, akan
menyebabkan ketergantungan daerah tersebut pada sumber daya asing. Tambahan lagi
produksi massal tentu akan menghasilkan jumlah polutan atau limbah yang massal juga.
Sebenarnya alam memiliki kemampuan menyerap polutan yang timbul tetapi apabila
jumlahnya banyak dan dalam waktu yang cepat maka alam tentu tidak akan sanggup
melakukannya.

KESIMPULAN
1. Pemanasan Global telah mengancam kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan

2. Pemanasan Global merupakan dampak negatif dari aktifitas manusia

yang tidak diatur berdasarkan syariat Allah

3. Kapitalisme yang mendasari aktifitas manusia tersebut telah

terbukti merusak keseimbangan alam dan tidak mampu menyelesaikan

masalah tersebut

4. Khilafah adalah institusi satu-satunya harapan seluruh manusia

yang akan mampu mengatasi pemanasan global dan menyelamatkan

kehidupan seluruhnya.

- Pemanasan global yang kini terjadi, sepenuhnya merupakan dampak dari perilaku berlebih-
lebihan manusia di dunia.
- Allah SWT telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku
manusia kemudian merusak keseimbangan itu. – Karena itu, solusi yang ditawarkan Islam
untuk menangkal pemanasan global adalah menghentikan gaya hidup yang berlebih-lebihan.

(Ir. R-the Ice)

*Rujukan :*

1. Jawa Pos edisi Selasa 10 April 2007 – Fenomena Pemanasan Global dan

Pengaruhnya di Indonesia

2. Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2007 – Ihwal : Bumi Semakin

Mencemaskan

3. Nurhadi – Surabaya Post edisi 24 April 2006 – Ancaman Pemanasan Global

4. Republika edisi 12 Maret 2007 – Atasi Pemanasan Global dengan Energi

Alternatif

5. Tempo Interaktif edisi 11 Januari 2007 – Bumi Makin Panas


6. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Efek

Rumah Kaca

7. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Gas Rumah

Kaca

8. Pikiran Rakyat edisi 19 September 2006 – Nyamuk Ganas akibat Pemanasan

Global

9. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Pemanasan

Global

10. http://www.angkasa-online.com/12/12/fenomena/fenomena1.htm

<http://www.angkasa-online.com/12/12/fenomena/fenomena1.htm>

11. Republika edisi 29 Maret 2007 – Pemanasan Global Cairkan Seluruh Es di Bumi

12. Shiddiq Al Jawi – Pengelolaan Hutan Berdasarkan Syariah

Anda mungkin juga menyukai