Harapan besar, suatu saat Indonesia dapat melakukan pedigree analysis untuk
hemofilia sehingga mendorong tercapainya cita-cita kita bersama yaitu mencegah
kematian dini dan keadaan cacat karena hemofilia, dan penderita hemofilia pun
menjadi pribadi produktif sebagai anggota keluarga maupun masyarakat.Namun, tentu
saja semua itu bergantung pada kemauan dan kekompakan kita saat ini.
Mengenali Gejala Hemofilia 28 Agustus, 2008
Posted by jundul in Hemofilia.
add a comment
Sahabat, jika anak kita sering mengalami perdarahan yang disertai nyeri, terutama di
bagian sendi dan otot, Apakah sendi dan otot itu terlihat bengkak, nyeri bila disentuh
dan digerakkan, maka kita layak bersikap waspada. Jangan anggap remeh gejala-
gejala pada anak . Sebab, boleh jadi, ia menderita hemofilia.Sebagai informasi,
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi
(kekurangan) salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan
darah. Protein ini disebut faktor pembekuan darah. Pada hemofilia berat, gejala dapat
terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di saat anak mulai belajar
merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan, umumnya gejala terlihat
pada saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan operasi.
Hemofilia diturunkan melalui kromoson X secara resesif.Karena itu, hemofilia
umumnya diderita oleh anak laki-laki.Penyakit ini tidak dipengaruhi oleh ras,
geografi, maupun kondisi sosial ekonomi.Saat ini diperkirakan terdapat 350.000
penduduk dunia yang mengidap hemofilia. Di Indonesia, Himpunan Masyarakat
Hemofilia Indonesia (HMHI) memperkirakan terdapat sekitar 200 ribu penderita.
Namun, yang ada dalam catatan HMHI hanya 895 penderita.Hemofilia, menurut dr
Djajadiman Gatot SpA (K), memiliki dua tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A
terjadi akibat kekurangan faktor antihemofilia atau faktor VIII.Sedangkan hemofilia B
muncul karena kekurangan faktor IX.
Dari kedua jenis ini, hemofilia A lebih sering dijumpai ketimbang hemofilia B.
Meskipun demikian, gejala klinik dari kedua jenis hemofilia ini sama. Penderita
mengalami perdarahan yang sukar berhenti, lebam-lebam, nyeri sendi serta otot
karena perdarahan.
Penyakit hemofilia, jelas dokter spesialis anak dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(FKUI-RSCM) ini, diturunkan secara sex-linked recessive.Karena defeknya terdapat
pada kromosan X, maka biasanya perempuan merupakan pembawa sifat (carrier),
sedangkan laki-laki sebagai penderita.
Jadi bisa dikatakan, hemofilia merupakan penyakit turunan, dan bukan penyakit
menular. Seseorang bisa mengidap hemofilia karena mewarisi gen hemofilia dari
orang tuanya. Bisa saja seseorang mengidap hemofilia bukan karena faktor keturunan,
tapi karena terjadi kerusakan, perubahan, atau mutasi pada gen yang mengatur
produksi faktor pembekuan darah.Ini terjadi pada sekitar 30 persen penderita.
Pengobatan
Pada dasarnya, pengobatan hemofilia ialah mengganti atau menambah faktor
antihemofilia yang kurang.Namun, langkah pertama yang harus diambil apabila
mengalami perdarahan akut adalah melakukan tindakan RICE (Rest, Ice,
Compression, Evaluation) pada lokasi perdarahan untuk menghentikan atau
mengurangi perdarahan.Tindakan tersebut harus dikerjakan, terutama apabila
penderita jauh dari pusat pengobatan, sebelum pengobatan definitif dapat diberikan.
Karena penderita hemofilia mengalami defisiensi (kekurangan) faktor pembekuan
darah, maka pengobatannya berupa pemberian tambahan faktor pembekuan darah atau
terapi pengganti. Penderita hemofilia A memerlukan tambahan faktor VIII, sedangkan
penderita hemofilia B memerlukan tambahan faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan faktor IX untuk penderita hemofilia semakin
praktis.Faktor VIII atau faktor IX telah dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga
mudah untuk disuntikkan dan menunjang home therapy (terapi mandiri). Perdarahan
akan berhenti bila pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang
dibutuhkan. Masih terkait dengan pengobatan hemofilia, Himpunan Masyarakat
Hemofilia Indonesia memberikan beberapa saran, yaitu:
* Segera obati bila terjadi perdarahan.
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti urat
ditarik) di lokasi yang akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan dapat
segera dilakukan, sehingga akan menghentikan perdarahan, mengurangi rasa sakit, dan
mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain. Makin cepat
perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk
menghentikan perdarahan.
* Sampai saat ini, belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia, namun dengan
pengobatan yang memadai penderita dapat hidup sehat. Tanpa pengobatan yang memadai,
penderita hemofilia — terutama hemofilia berat — berisiko besar mengalami kecacatan.
Penderita bisa mengalami kemuduran fisik dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti berjalan atau bahkan meninggal dalam usia sangat muda.
go!
search
Bottom of Form
• About...
Santun berucap, ilmu bermanfaat, perubahan stigma dan paradigma
• Sekapur Sirih
"Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian Kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal sholeh Saling nasehat-menasehati dalam
kebenaran, dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran"
Potret kehidupan manusia yang sangat tercermin dari kutipan ayat suci ini
menggugah diri dan jiwa, bahwa sebenarnya kita semua diliputi kerugian.
Solusi jelas tertera dari aksara ini bahwa jati diri merupakan kebenaran, atribut
utama adalah kesabaran
Blog ini adalah ekspersi nyata dari owner blog untuk mencari kebenaran yang
hakiki, dengan memberikan kontribusi terbaik untuk diri owner blog pada
khususnya dan sahabat pada umumnya untuk minimal mengungkap dan
menafsirkan makna kebenaran yang sebenarnya
http://jundul.wordpress.com/category/kesehatan/hemofilia/
Anak Anda sering mengalami perdarahan yang disertai nyeri, terutama di bagian sendi dan otot?Apakah sendi dan
otot itu terlihat bengkak, nyeri bila disentuh dan digerakkan?Jika Anda menjawab ya atas pertanyaan-pertanyaan itu,
maka Anda layak bersikap waspada.Jangan anggap remeh gejala-gejala pada anak Anda itu. Sebab, boleh jadi, ia
menderita hemofilia.
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi (kekurangan) salah satu protein yang
sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah. Protein ini disebut faktor pembekuan darah. Pada hemofilia
berat, gejala dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di saat anak mulai belajar merangkak atau
berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan, umumnya gejala terlihat pada saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan
operasi.
Hemofilia diturunkan melalui kromoson X secara resesif.Karena itu, hemofilia umumnya diderita oleh anak laki-
laki.Penyakit ini tidak dipengaruhi oleh ras, geografi, maupun kondisi sosial ekonomi.Saat ini diperkirakan terdapat
350.000 penduduk dunia yang mengidap hemofilia. Di Indonesia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI)
memperkirakan terdapat sekitar 200 ribu penderita. Namun, yang ada dalam catatan HMHI hanya 895
penderita.Hemofilia, menurut dr Djajadiman Gatot SpA (K), memiliki dua tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi
akibat kekurangan faktor antihemofilia atau faktor VIII.Sedangkan hemofilia B muncul karena kekurangan faktor IX.
Dari kedua jenis ini, hemofilia A lebih sering dijumpai ketimbang hemofilia B. Meskipun demikian, gejala klinik dari
kedua jenis hemofilia ini sama. Penderita mengalami perdarahan yang sukar berhenti, lebam-lebam, nyeri sendi
serta otot karena perdarahan.
Penyakit hemofilia, jelas dokter spesialis anak dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) ini, diturunkan secara sex-linked recessive.Karena
defeknya terdapat pada kromosan X, maka biasanya perempuan merupakan pembawa sifat (carrier), sedangkan
laki-laki sebagai penderita.
Jadi bisa dikatakan, hemofilia merupakan penyakit turunan, dan bukan penyakit menular. Seseorang bisa mengidap
hemofilia karena mewarisi gen hemofilia dari orang tuanya. Bisa saja seseorang mengidap hemofilia bukan karena
faktor keturunan, tapi karena terjadi kerusakan, perubahan, atau mutasi pada gen yang mengatur produksi faktor
pembekuan darah.Ini terjadi pada sekitar 30 persen penderita.
Pengobatan
Pada dasarnya, pengobatan hemofilia ialah mengganti atau menambah faktor antihemofilia yang kurang.Namun,
langkah pertama yang harus diambil apabila mengalami perdarahan akut adalah melakukan tindakan RICE (Rest,
Ice, Compression, Evaluation) pada lokasi perdarahan untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan.Tindakan
tersebut harus dikerjakan, terutama apabila penderita jauh dari pusat pengobatan, sebelum pengobatan definitif
dapat diberikan.
Karena penderita hemofilia mengalami defisiensi (kekurangan) faktor pembekuan darah, maka pengobatannya
berupa pemberian tambahan faktor pembekuan darah atau terapi pengganti. Penderita hemofilia A memerlukan
tambahan faktor VIII, sedangkan penderita hemofilia B memerlukan tambahan faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan faktor IX untuk penderita hemofilia semakin praktis.Faktor VIII atau faktor IX telah
dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga mudah untuk disuntikkan dan menunjang home therapy (terapi mandiri).
Perdarahan akan berhenti bila pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang dibutuhkan. Masih terkait
dengan pengobatan hemofilia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia memberikan beberapa saran, yaitu:
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti urat ditarik) di lokasi yang
akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan dapat segera dilakukan, sehingga akan menghentikan
perdarahan, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain.
Makin cepat perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk menghentikan
perdarahan.
Kadangkala pada penderita hemofilia terjadi gejala yang tidak jelas: perdarahan atau bukan? Bila ini terjadi, jangan
ditunda-tunda, segera berikan faktor VIII dan faktor IX.Jangan ditunggu sampai gejala klinik yang lebih jelas timbul,
seperti rasa panas, bengkak, dan nyeri.
Sampai saat ini, belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia, namun dengan pengobatan yang memadai
penderita dapat hidup sehat.Tanpa pengobatan yang memadai, penderita hemofilia — terutama hemofilia berat —
berisiko besar mengalami kecacatan. Penderita bisa mengalami kemuduran fisik dan kesulitan melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti berjalan atau bahkan meninggal dalam usia sangat muda. (trillion)
Sumber: http://www.sulastowo.com/2008/06/09/mengenali-gejala-hemofilia/#ixzz1Jyi9XbDO
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu faktor pembekuan
darah.Hemofilia terdiri dari 2 jenis dan seringkali disebut dengan "The Royal Diseases" atau penyakit
kerajaan.
Untuk kewaspadaan medis, penderita hemofilia harus mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia.
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromoson X. Penyakit ini
ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang nyeri dan menahun.Hemofilia lebih
banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan
umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita carrier
hemofilia.
Hemofilia A :
* Hemofilia Klasik, jenis hemofilia yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
* Hemofilia kekurangan Factor VIII, terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Hemofilia B :
* Christmas Disease, ; ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal
Kanada
* Hemofilia kekurangan Factor IX, terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan.Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1
di antara 10.000 orang.Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.
Sejarah Hemofilia
Meski belum memiliki nama, hemofilia telah ditemukan sejak lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para
rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua
kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Selain itu, seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang
hidup pada abad ke-12 menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah
terjadi perdarahan akibat luka kecil.
Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai
perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu saja.Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut
diturunkan hanya pada pria. Ia menelusuri penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga generasi
sebelumnya yang tinggal dekat Plymouth, New Hampshire pada tahun 1780.
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun
1828.Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh
seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Hemofilia juga disebut dengan "The Royal Diseases" atau penyakit kerajaan.Ini di sebabkan Ratu Inggris,
Ratu Victoria (1837 - 1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia.Anaknya yang ke delapan,
Leopold adalah seorang hemofilia dan sering mengalami perdarahan. Leopold meninggal dunia akibat
perdarahan otak pada saat ia berumur 31 tahun.
Salah seorang anak perempuan Victoria yaitu Alice, ternyata adalah carrier hemofilia dan anak laki-laki dari
Alice, Viscount Trematon, juga meninggal akibat perdarahan otak pada tahun 1928.Alice dan Beatrice,
adalah carrier dan merekalah yang menyebarkan penyakit hemofilia ke Spanyol, Jerman dan Keluarga
Kerajaan Rusia.
Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya hemofilia.Hingga mereka percaya bahwa
pembuluh darah dari penderita hemofilia mudah pecah.Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari
Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan
menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah.
Zat tersebut disebut dengan "anti - hemophilic globulin". Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari
Buenos Aires, Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan bahwa
darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan darah pada penderita
hemofilia lainnya dan sebaliknya.
Secara kebetulan, ia menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing - masing kekurangan zat
protein yang berbeda - Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952, menjadikan hemofilia A dan
hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda.
Kemudian di tahun 1960-an, cryoprecipitate ditemukan oleh Dr. Judith Pool.Dr.Pool menemukan bahwa pada
endapan di atas plasma yang mencair mengandung banyak Faktor VIII.Untuk pertama kalinya Faktor VIII
dapat dimasukkan pada penderita yang kekurangan, untuk menanggulangi perdarahan yang serius.Bahkan
memungkinkan melakukan operasi pada penderita hemofilia.
Walaupun Hemofilia telah dikenal lama di ilmu dunia kedokteran, namun baru pada tahun 1965, diagnosis
melalui laboratorium baru diperkenalkan oleh Kho Lien Kheng.Diagnosis laboratorium yang
diperkenalkannya menggunakan Thromboplastin Generation Test (TGT), selain pemeriksaan waktu
perdarahan dan masa waktu pembekuan darah. Pada saat itu pemberian darah lengkap segar merupakan
satu-satunya cara pengobatan yang tersedia di rumah sakit.
* Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan dibawah kulit)
* Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti.
* Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan maupun lutut kaki sehingga
mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.
Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes darah untuk mendapat
kepastian penyakit dan pengobatannya.Pengobatan penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII
yang diberikan kepada pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi.
Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF untuk penderita hemofilia A dan plasma beku segar
untuk penderita hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun
transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya
sedikit penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia
meninggal dunia pada usia kanak-kanak atau balita.
Hal Penting yang Perlu Diketahui
Hemofilia adalah penyakit yang tidak populer dan tidak mudah didiagnosis.Karena itulah para penderita
hemofilia diharapkan mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu membawa keterangan
medis dirinya.Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika penderita hemofilia terpaksa harus menjalani
perawatan di rumah sakit atau mengalami kecelakaan.Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh
mendapat suntikan kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan.
Penderita hemofilia juga harus rajin melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara
rutin.Untuk pemeriksaan gigi dan khusus, minimal setengah tahun sekali, karena kalau giginya bermasalah
semisalnya harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan perdarahan.
Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat tubuh agar tidak berlebihan.Karena
berat badan berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada
kasus hemofilia berat).
Penderita hemofilia harus menghindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan dan
jangan sembarang mengonsumsi obat-obatan.
Olahraga secara teratur untuk menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuh.Kondisi fisik
yang baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.Jadi, siapa bilang penderita hemofilia tidak dapat
beraktifitas dan menjalani hidup layaknya orang normal.
http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/genetika/apa-dan-bagaimana-
hemofilia.html
Karena keunikan serta dampak yang diakibatkannya, penderita hemofilia, mau tidak mau dan suka tidak
suka, harus aktif berkomunikasi dengan sesama penderita melalui sebuah organisasi.
Dengan adanya sebuah wadah, diharapkan penderita hemofilia bisa mendapatkan informasi tentang pengobatan yang
benar dan saling mendukung agar bisa melanjutkan hidup seperti orang normal.
Khusus di Tanah Air, sudah berdiri wadah bagi penderita atau mereka yang peduli dengan hemofi lia, yakni Himpunan
Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), pada 18 September 2004.
Novi Riandini, Ketua Hubungan Internasional dan salah seorang pendiri HMHI, mengakui awal berdirinya organisasi ini
semata-mata ingin membantu penderita hemofilia agar mendapatkan pengobatan yang tepat.
“Karena suami saya juga penderita hemofilia, maka saya tahu penderitaan mereka dan ingin membantu mereka,” ujar istri
Muhamad Gunarso, seorang karyawan sebuah perusahaan sekuritas ini.
Menurut Novi, awal berdirinya HMHI adalah kedatangan Profesor Parttraporn Isarangkura dari Thailand pada 1997.
Kala itu, dia memperkenalkan program World Federation of Hemophilia atau Badan Hemofilia Dunia (WFH) di Indonesia
melalui Perkumpulan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI).
Saat itu, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta mencatat 81 pasien yang didiagnosis mengidap hemofi lia.
Pada tahun yang sama, Tim Pelayanan Terpadu Hemofilia Nasional (TPTHN) RSCM dan Yayasan Hemofilia Indonesia pun
terbentuk.
“Tim Pelayanan Terpadu Hemofilia terdiri dari dokter bagian ilmu kesehatan anak, ilmu penyakit dalam, patologi klinik,
bedah ortopedi, rehabilitasi medik, kedokteran gigi, ilmu jiwa, kedokteran transfusi, dan perawat,” jelasnya.
Sejak itu, dengan dukungan WFH, Indonesia pun mengembangkan pelayanan hemofilia. Banyak aktivitas yang mendapat
dukungan penuh WFH, seperti pengiriman empat dokter untuk mengikuti International Hemophilia Training Center,
mensponsori beberapa pelatihan kerja mengenai hemofi lia, dan kedokteran transfusi.
Indonesia juga mendapat kesempatan mengikuti program kerja sama dengan Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia
Bangkok.
Pada 1998, atau enam tahun sebelum HMHI berdiri, para aktivis yang peduli hemofilia sudah melakukan pengumpulan data
penderita di Indonesia.Namun responsnya belum menggembirakan.
Saat itu tercatat 180 orang terdiagnosis menderita hemofilia. Dalam rentang waktu dua tahun, yakni antara 1999-2001, Novi
beserta rekan-rekannya gencar mengadakan seminar, dibarengi pemberitaan di media massa mengenai penyakit ini.
Langkah tersebut ternyata menggugah banyak kalangan sehingga daftar penderita hemofilia yang menjadi anggota HMHI
pun meningkat.
Pada 2000, tercatat sekitar 314 penderita.Setahun berikutnya, meningkat jadi 530 penderita, dan hingga saat ini mencapai
1.236 penderita hemofi lia yang tergabung dalam HMHI.
“Walau sudah cukup banyak terdeteksi, kami yakin masih banyak penderita hemofilia yang belum terdata dan tidak
mengetahui pengobatannya.Kami perkirakan jumlah sebenarnya mencapai 20 ribu orang, sesuai rasio rata-rata,” tutur
Novi.
Diperkirakan, satu penderita hemofi lia A ada di dalam 10 ribu kelahiran bayi lelaki, dan seorang penderita hemofilia B
dalam 23 ribu hingga 30 ribu kelahiran bayi lelaki.
Bantuan Internasional Seiring dengan perkembangan pengetahuan mengenai hemofilia yang semakin kompleks, serta
bertambahnya jumlah penderita setiap tahunnya, WFH menginginkan agar seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan
pasien hemofilia—baik tim medis, penderita hemofilia, orang tua penderita maupun kaum awam—saling berpadu. Dengan
begitu, diharapkan penderita mendapatkan perawatan secara komprehensif.
“Karena itu, anggota HMHI terdiri dari berbagai latar belakang. Tidak hanya penderita hemofilia, namun juga dokter, orang
tua penderita, maupun sukarelawan,” ucap dia.
Pada 17 April 2003, bertepatan dengan Hari Hemofilia Dunia, Tim Pelayanan Terpadu Hemofi lia disahkan Menteri
Kesehatan sebagai Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia Nasional.
Dan kantornya yang berada di RSCM menjadi Sekretariat HMHI.Pada 2006, HMHI secara resmi diterima sebagai organisasi
anggota WFH.Sebagai tanggung jawab dan kerja konkret pendirian HMHI, pada 10-11 September 2005, Kongres Nasional I
Hemofilia diadakan di Jakarta.
Moeslichan, Poppy Hayono Isman, dan Herawati Triyanto ditunjuk sebagai panitia yang berwenang untuk membentuk
kepengurusan pertama HMHI di tingkat pusat.
Saat ini Moeslichan menjabat Ketua HMHI. Menurut Novi, saat ini kepengurusan HMHI sudah ada di 13 kota besar. Fokus
utama HMHI adalah memberikan informasi tentang hemofilia seluas-luasnya kepada masyarakat.
“Bagi masyarakat yang dirinya atau anggota keluarganya merasa mengidap penyakit dengan gejala gejala hemofilia, bisa
memeriksakan diri ke rumah sakit lokal sehingga terdeteksi dan mendapatkan pengobatan yang tepat,” terangnya.
Selain itu, HMHI mengadakan beberapa kegiatan berupa pemberian pelatihan bagi penderita hemofilia, yaitu dengan
hidrotherapy di kolam renang.Terapi ini berfungsi menguatkan otot dan persendian yang biasanya mengalami perdarahan.
“Juga ada pelatihan lain yang memberikan keterampilan, seperti pelatihan fotografi ,” ungkap Novi. Sebagai anggota resmi
WHF, HMHI juga mendapatkan bantuan berupa obat-obatan.
Selain itu, tambah Novi, HMHI bisa mengikuti program yang disponsori beberapa perusahaan multinasional seperti Bayer,
yang kerap mengadakan National Hemophilia Youth Camp.
Komunikasi intensif dengan komunitas hemofilia di negara lain, seperti Thailand, Malaysia, dan Belanda, juga terus
dilakukan.
Langkah itu dilakukan karena dinilai sangat membantu, terutama bagi penderita yang berniat kuliah di negara tersebut.
“Karena pengobatan bagi mereka kan tidak boleh terputus, komunitas di negara-negara tersebut akan membantu
mencarikan tempat pengobatan di sana,” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Presiden WFH Mark Skinner, dalam peringatan Hari Hemofilia Dunia tahun ini, menegaskan
tidak boleh ada lagi anak-anak yang menderita hemofilia hidup dalam rasa sakit, ketidakmampuan, atau prospek kematian
lebih awal.
Dengan perawatan, penderita hemofilia bisa hidup lebih lama dan mengalami lebih sedikit hambatan.Sementara tanpa
perawatan, penderita bakal menghadapi penderitaan berkepanjangan, isolasi, dan kematian prematur.
Kebanyakan penderita hemofilia yang tidak mendapatkan perawatan kehilangan nyawa sebelum berusia 19 tahun.
“Karena itu, kami akan melakukan advokasi global untuk pendampingan diagnosis, penanganan yang aman dan tepat bagi
penderita hemofilia di mana pun dan bagaimanapun keadaannya,” papar Skinner.
wan/L-3
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=50172
DEFINISI
Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekeurangan salah satu faktor pembekuan darah.
1. Hemofilia A (Hemofilia klasik) adalah kekurangan faktor VIII, yang meliputi 80% kasus.
2. Hemofilia B (penyakit Christmas) adalah kekurangan faktor IX.
Pola perdarahan dan akibat dari kedua jenis hemofilia tersebut adalah sama.
PENYEBAB
Hemofilia terjadi akibat beberapa kelainan gen yang sifatnya diturunkan; diturunkan melalui ibu tetapi
hampir selalu menyerang anak laki-laki.
GEJALA
Beratnya gejala tergantung kepada pengaruh kelainan gen yang terjadi terhadap aktivitas faktor VII dan
faktor IX. Jika aktivitasnya kurang dari 1%, maka akan terjadi episode perdarahan hebat dan berulang
tanpa alasan yang jelas.
Jika aktivitasnya mencapai 5% maka gejalanya ringan.Jarang terjadi episode perdarahan tanpa sebab
yang pasti, tetapi pembedahan atau cedera bisa menyebabkan perdarahan yang tak terkendali, yang
bisa berakibat fatal.
Biasanya episode perdarahan pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, yang sering terjadi setelah suatu
cedera ringan. Anak mudah mengalami memar.Bahkan penyuntikan ke dalam otot bisa menyebabkan
perdarahan yang selanjutnya menyebabkan memar yang luas (hematom).
Perdarahan berulang ke dalam sendi dan otot pada akhirnya bisa menyebabkan kelainan bentuk yang
melumpuhkan.Perdarahan bisa menyebabkan pembengkakan dasar lidah sehingga menyumbat saluran
pernafasan dan terjadi gangguan pernafasan.
Benturan ringan di kepala bisa memicu perdarahan di tulang tengkorak, yang bisa menyebabkan
kerusakan otak dan kematian.
DIAGNOSA
Jika seorang anak laki-laki mengalami perdarahan yang tidak biasa, maka diduga dia menderita
hemofilia.
Pemeriksaan darah bisa menemukan adanya perlambatan dalam proses pembekuan. Jika terjadi
perlambatan, maka untuk memperkuat diagnosis serta menentukan jenis dan beratnya, dilakukan
pemeriksan atas aktivitas faktor VII dan faktor IX.
PENGOBATAN
Penderita hemofilia harus menghindari keadaan yang bisa menimbulkan perdarahan.Mereka harus
sangat memperhatikan perawatan giginya agar tidak perlu menjalani pencabutan gigi.
Kepada penderita hemofilia ringan yang harus menjalani pembedahan atau pencabutan gigi akan
diberikan obat desmopressin untuk memperbaiki sistem pembekuan darah yang sifatnya hanya
sementara, sehingga tidak perlu dilakukan transfusi.
Penderita juga harus menghindari obat-obatan seperti Aspirin, warfarin, heparin dan obat pereda nyeri
tertentu (misalnya obat anti peradangan non-steroid), yang bisa memperburuk gangguan perdarahan.
Beberapa penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan faktor IX yang ditransfusikan,
sehingga transfusi menjadi tidak efektif.
Jika di dalam darah contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya dinaikkan atau
diberikan faktor pembekuan yang berbeda atau diberikan obat-obatan untuk mengurangi kadar
antibodi.
http://www.spesialis.info/?hasil-diagnosa-hemofilia,572