Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini juga akan membahas tentang representasi dan bentuk tipikal dari
penggunaan bahasa namun akan mengaitkannya dengan masalah gender. Disini kita
akan membahas tentang representasi asimetris (representasi yang tidak seimbang )
antara pria dan wanita, dan mengapa representasi semacam itu dapat dianggap sebagai
praktik / wacana yang seksis. Kita akan membahas juga tentang apakah pria dan
wanita memang menggunakan bahasa dengan cara berbeda dan kemungkinan –
kemungkinan alasan mengapa terjadi perbedaan berbasis gender pada gaya
percakapan. Bab ini akan ditutup dengan mengekslorasi konsep gender.

Pertama-pertama kita perlu membahas tentang apa yang dimaksud dengan


konsep “ gender” dan “seks”. ”Seks” adalah katagori biologis, yaitu yang biasanya
sudah terbentuk sejak sebelum seseorang lahir. Sementara “ gender” adalah katagori
social, yaitu pola-pola perilaku tertentu. Perbedaan antara seks dan gender bias dilihat
pada desain sepeda pancal. Sepeda pancal yang dirancang untuk wanita biasanya
diberi sadel yang lebih besarkarena wanita biasanya memiliki tulang pinggul yang
lebar ( ini adalah perbedaaan seksual antar pria dan wanita), tapi ketika sepeda untuk
wanita diberi palang ( bagian dari kerangka sepeda yang menghubungkan antara
bagian bawah sadel dengan bagian bawah dari setang sepeda)agar memudahkan
wanita yang menggunakan rokuntuk naik sepeda, itu merupakan perbedaaan gender
karena secara biologis, tidak ada alasan biologis mengapa wanita harus menggunakan
rok dan pria tidak. ( Di Indonesia, sepeda “ wanita” seperti itu malah memudahkan
orang yang makai sarung).

Maka dari sini dapat dirumuskan bahwa bahasa yang seksis adalah bahasa yang
merepresentasikan pria dan wanita secara tidak setara dimana anggota dari kelompok
seks yang satu dianggap lebih rendah kemanusiaannya, lebih sedarhana,lebih sedikit
hak – haknya dari pada anggota kelompok seks yang lain. Bahasa seksis biasanya
menyajikan stereotip-steriotip tentang pria dan wanita yang kadang merugikan
keduanya tapi lebiih sering merugikan kaum wanita. Sampai sekarang masih
diperdebatkan apakah bahasa bias bersikap seksis terhadap pria (selain dari ketika
digunakan untuk memaki), atau hanya seksis terhadap wanita saja. Jelas bahwa
bahasa juga mampu menggambarkan pria sebagai mahluk yang sederhana, kurang
manusiawi atau kurang memiliki hak dari pada wanita. Namun apakah bahasa seperti
itu dapat dianggap seksis atau tidak akan tergantung pada distribusi kekuasaan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan. Pada umunya, dalam
masyarakat ini ( maksudnya Inggris dan budaya Barat pada umumnya), pria masih
mendapatkan stastis yang lebih tinggi dalam bidang pekerjaan, dimana pria masih
memiliki property dan gaji yang lebih besar dari pada wanita. Jumlah politisi, direktur
perusahaan, hakim, professor, ahli beda,guru jkepala, sutradara film masih lebih
banyak prianya daripada wanitanya. Selain itu pria juga meiliki kekuatan fisik yang
lebih besar dimana kekerasan rumah tangga lebih banyak dilakukan pria terhadap
wanita dari pada sebaliknya. Masih tetap menjadi perdebatan apakah ketika bahasa
digunakan untuk merendahkan posisi pria maka efeknya akan sama seperti ketika
bahasa digunakan untuk merendahkan posisi wanita, karena hubungan kekuasaan
yang mendasari penggunaan bahasa itu berbeda.

1
BAB II

PEMBAHASA

BAHASA dan GENRE

Genre, istilah serapan untuk ragam adalah pembagian suatu bentuk seni atau
tutur tertentu menurut kriteria yang sesuai untuk bentuk tersebut. Dalam semua jenis
seni, genre adalah suatu kategorisasi tanpa batas-batas yang jelas. Genre terbentuk
melalui konvensi, dan banyak karya melintasi beberapa genre dengan meminjam dan
menggabungkan konvensi-konvensi tersebut. Lingkup kata "genre" biasanya dibatasi
pada istilah dalam bidang seni dan budaya.

Perbedaan Pria dan Wanita

Sangat menyenangkan bila kita dapat bekerja sama dengan rekan sekerja pria.
Perbedaan antara pria dan wanita, terutama dalam bidang komunikasi, sering
membuat kita tertawa dan menjadi bahan yang menarik untuk diperbincangkan di
tempat kerja. Hal ini juga membantu para wanita agar lebih mengerti dan menghargai
bagaimana Tuhan menciptakan kaum pria.

Yang jelas, pendapat berikut bukan untuk menyamaratakan perbedaan antara


pria dan wanita. Namun, walau bagaimanapun, selalu ada pengecualian yang
didasarkan pada gender. Secara umum perbedaan antara pria dan wanita di dunia
kerja adalah sebagai berikut:

Perbedaan 1: Cara Berpikir

Pola pikir pria cenderung didasari pada fakta sementara wanita cenderung pada
konsep dan jalinan hubungan. Semangat wanita sama halnya dengan sistem kereta api
bawah tanah, yaitu saling berhubungan sedangkan semangat pria seperti kapal di atas
lautan yang berlayar dari titik A menuju titik B.

Perbedaan 2: Cara Memerintah

Pria cenderung lebih tegas sementara wanita lebih halus tetapi dengan
penekanan di akhir kalimat. Di satu sisi mereka berusaha mempertahankan
keharmonisan tetapi di sisi lain mereka memberi penekanan seperti kata-kata yang
diucapkan di akhir kalimat seperti, "Kamu bisa, kan?"

Perbedaan 3: Pemilahan

Pria dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Wanita pada
umumnya sulit untuk dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Hal ini
dikarenakan pria dapat memilah-milah, "Pekerjaan, ya, pekerjaan." Sebaliknya,
wanita dalam melakukan sesuatu selalu menghubungkan hal satu dan lainnya.

2
Contohnya, bisa saja terjadi mereka tidak dapat bekerja dengan si X yang sering
bercanda dengan cara tidak sopan.

Perbedaan 4: Mengekspresikan Perasaan

Bila seorang pria ingin mengutarakan perasaannya, mereka akan


membicarakannya kepada istri atau kekasihnya. Paling tidak, pada orang terdekatnya.
Sementara wanita dapat mengutarakan perasaannya kepada siapa saja, tidak selalu
kepada orang yang dekat dengannya, baik kepada teman sekerja ataupun kepada
sesama wanita yang sama-sama sedang mengantri di kasir. Bahkan kepada dokter dan
tukang potong rambut pun mereka bisa bercerita dengan bebas.

Perbedaan 5: Pendekatan Saat Ada Masalah

Pada saat mengalami dan menghadapi masalah, pria akan berpikir untuk
mencari jalan keluarnya. Bagi wanita, tidak cukup hanya dengan memikirkan
permasalahan yang dihadapi. Wanita memerlukan seseorang untuk mendengarkan
keluhannya walaupun orang tersebut tidak selalu harus memberi solusi. Pria
memerlukan solusi. Pria senang memecahkan permasalahan, tidak hanya
membicarakannya. Bila Anda curhat pada seorang pria, biasanya mereka akan
memberikan jalan keluarnya walaupun sebetulnya Anda tidak memerlukannya.

Perbedaan 6: Tujuan

Baik pria maupun wanita ingin mencapai tujuannya, tetapi masing-masing


mempunyai cara yang berbeda. Pria cenderung memfokuskan hasil akhir dan tertarik
pada cara pencapaian usaha. Wanita lebih memfokuskan pada pencapaian sasaran dan
cenderung untuk mempertimbangkan penilaian orang lain. Bila di dalam suatu rapat
terdapat dua orang pria yang saling berdebat dengan serunya, maka hal itu tidak
berarti mereka saling membenci.

Perbedaan 7: Komentar

Pria dapat memberikan komentar secara terus terang dan memotong


pembicaraan orang lain bila ingin memberikan komentarnya, sementara wanita
cenderung lebih peka dan lebih berhati-hati. Oleh karena itu, bila Anda meminta
pendapat kepada rekan pria, mereka akan langsung memberikan pendapatnya. Bila
Anda tidak suka dan marah pada kejujuran mereka, sulit bagi mereka untuk dapat
mengerti reaksi Anda. Jangan lupa, pendapat yang mereka berikan memang
merupakan pendapat yang bukan dtujukan kepada pribadi karena pada dasarnya
mereka tidak bermaksud untuk menyerang secara pribadi.

Perbedaaan 8 : Mengajukan Pertanyaan

Pria jarang mengajukan pertanyaan. Dan bila mereka bertanya, biasanya untuk
mendapatkan informasi. Wanita sering mengajukan pertanyaan tetapi untuk dua
alasan, yaitu untuk memperoleh informasi dan untuk menjaga jalinan suatu hubungan.
Itulah sebabnya wanita sering mengajukan pertanyaan yang sebetulnya jawabannya
telah mereka ketahui.

3
Perbedaan 9: Cara Menelepon

Pada umumnya pria berbicara lebih singkat di telepon. Sebaliknya wanita


senang mengobrol.

Pola Bahasa Pria dan Wanita

Selain perbedaan-perbedaan yang terdapat diatas, pria dan wanita juga


memiliki perbedaan dalam pola berbahasa.

Hasil penelitian yang telah dilakukan Fishman (1980), Spender (1980),


Swan (1989) sebenarnya menunjukkan bahwa pria lebih banyak berbicara
ketika berada dalam situasi yang melibatkan kedua gender ini daripada wanita.
Dalam penelitian tersebut, didapati bahwa ketika orang berada di tengah-tengah
situasi yang melibatkan kedua gender ini, jumlah rata-rata dari waktu yang
digunakan pria untuk berbicara adalah dua kali lipat dari rata-rata waktu yang
digunakan wanita untuk berbicara.

Ketidakmerataan kesempatan berbicara ini juga didapati terjadi di dalam


kelas. Anak laki-laki lebih banyak berbicara di depan kelas daripada anak
perempuan dan menyerap lebih banyak waktu dari gurunya.

Temuan lain dari penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan bahasa


antar gender adalah temuan tentang seberapa sering pria
menginterupsi/memotong pembicaraan wanita. Menurut penelitian, interupsi
yang dilakukan pria terhadap wanita adalah lebih banyak daripada interupsi
wanita terhadap pria dan interupsi wanita terhadap wanita. Hal ini
mengindikasikan bahwa pria bertindak seolah ia memiliki hak yang lebih besar
daripada wanita di dalam situasi-situasi yang melibatkan kedua gender,
sementara itu wanita memiliki hak yang lebih kecil daripada pria.

Penelitian juga membuktikan bahwa pembicaraan wanita, terutama dalam


percakapan dengan sesama gender akan lebih sering mengalami tumpang tindih
(overlap) dengan pembicaraan dari orang lain. Maksudnya, dua pembicara atau
lebih berbicara pada saat yang sama mengenai topik yang sama tanpa merasa
hak mereka berbicara telah dilanggar satu sama lain. Hal ini membuktikan
bahwa wanita sangat menghargai kerja sama dan kolaborasi dalam berbicara
sementara pria tidak suka terhadap rasa kedekatan hubungan yang timbul
ketika pembicaraan bersifat tumpang- tindih seperti itu.

Dukungan Jalur Belakang

4
Back Channel Support adalah masukan (feedback) verbal dan non-verbal
yang diberikan pendengar kepada pembicara, misalnya dengan berkata
“mmm”, “ya”, “aha”, atau dengan mengangguk, tersenyum, mengeutkan dahi
atau gerak tubuh lainnya termasuk postur tubuh (cara duduk dan berdiri).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zimmerman dan West (1975), Fishman
(1983), Coates (1989), Jenkins dan Chesire (1990) membuktikan bahwa wanita
lebih aktif daripada pria dalam memberikan dukungan jalur belakang (Back
Channel Support) terhadap lawan bicara.

Dalam hal ini wanita juga memiliki kepekaan yang lebih besar daripada
pria dalam menentukan kapan dan bagaimana memberikan dukungan terhadap
lawan bicara itu, sehingga pembicara merasa bahwa dirinya benar-benar
didengarkan.

Penelitian lain menunjukkan pula bahwa wanita banyak menggunakan


“hedges” dan “epistemic modal form” daripada pria. Hedges adalah bentuk-
bentuk linguistik yang “memperhalus” sebuah pernyataan, misalnya “sort of”,
“I think” dan “kind of”. Ini adalah bentuk yang menyatakan keraguan dalam
mengatakan sesuatu, yang dalam bahasa Indonesia contohnya adalah “yah
sebenarnya”, “mungkin saja”, “rasanya”, “yah semacam ... –lah”, dan lain-lain.

Bentuk diperhalus dan Bentuk diperkasar

Epistemic modal form adalah bentuk-bentuk linguistik yang menyatakan


secara langsung dan terang-terangan sikap penutur terhadap apa yang mereka
katakan, seperti should, would, could, may, dan might. Bentuk-bentuk ini
digunakan untuk menyiratkan bahwa pembicara tidak sepenuhnya yakin pada
apa yang dikatakan. Kata-kata lain yang punya fungsi serupa adalah perhaps,
really,da n maybe.
Perhatikan dua kalimat ini!
(a) Saya sekarang akan pergi ke atas untuk belajar.
(b) Mungkin sebaiknya saya pergi ke atas untuk belajar.

Menurut penelitian, penyebab penggunaan hedges dan epistemic modal


form banyak digunakan wanita karena wanita merasa kurang percaya diri
daripada pria sehingga merasa merasa gelisah ketika mereka mengemukakan
pendapat secara langsung dan terus terang. Peneliti lain berpendapat bahwa
wanita lebih enggan mengalami konflik sehingga mereka lebih suka
menggunakan bentuk diperhalus yang bisa memungkinkan terjadinya
perbedaan pendapat tanpa harus berlanjut pada konfrontasi secara terbuka.

Pengembangan Topik

5
Perbedaan lain antara gaya bicara pria dan wanita terletak pada topik yang
mereka bicarakan. Kebanyakan wanita lebih suka topik-topik yang personal,
seperti keluarga, perasaan dan persahabatan. Hal ini karena wanita lebih
terfokus pada pengembangan dan pemertahanan hubungan antarpembicara
dengan cara saling mengungkapkan perasaan dan saling memberikan
dukungan. Sedangkan pria lebih suka pada topik-topik yang impersonal seperti
pengetahuan teknis mengenai sepak bola, mobil, atau sarana-sarana perbaikan
rumah. Topik yang impersonal ini membuat pria tidak perlu mengungkapkan
perasaannya dan lebih menekankan bahwa tujuan pembicaraan mereka adalah
untuk bertukar informasi.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan Fishman (1980), Spender (1980),


Swan (1989) sebenarnya menunjukkan bahwa pria lebih banyak berbicara
ketika berada dalam situasi yang melibatkan kedua gender ini daripada wanita.
Dalam penelitian tersebut, didapati bahwa ketika orang berada di tengah-tengah
situasi yang melibatkan kedua gender ini, jumlah rata-rata dari waktu yang
digunakan pria untuk berbicara adalah dua kali lipat dari rata-rata waktu yang
digunakan wanita untuk berbicara.

Ketidakmerataan kesempatan berbicara ini juga didapati terjadi di dalam


kelas. Anak laki-laki lebih banyak berbicara di depan kelas daripada anak
perempuan dan menyerap lebih banyak waktu dari gurunya.

Temuan lain dari penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan bahasa


antar gender adalah temuan tentang seberapa sering pria
menginterupsi/memotong pembicaraan wanita. Menurut penelitian, interupsi
yang dilakukan pria terhadap wanita adalah lebih banyak daripada interupsi
wanita terhadap pria dan interupsi wanita terhadap wanita. Hal ini
mengindikasikan bahwa pria bertindak seolah ia memiliki hak yang lebih besar
daripada wanita di dalam situasi-situasi yang melibatkan kedua gender,
sementara itu wanita memiliki hak yang lebih kecil daripada pria.

Penelitian juga membuktikan bahwa pembicaraan wanita, terutama dalam


percakapan dengan sesama gender akan lebih sering mengalami tumpang tindih
(overlap) dengan pembicaraan dari orang lain. Maksudnya, dua pembicara atau
lebih berbicara pada saat yang sama mengenai topik yang sama tanpa merasa
hak mereka berbicara telah dilanggar satu sama lain. Hal ini membuktikan
bahwa wanita sangat menghargai kerja sama dan kolaborasi dalam berbicara
sementara pria tidak suka terhadap rasa kedekatan hubungan yang timbul
ketika pembicaraan bersifat tumpang- tindih seperti itu.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla
%3Aen-US
%3Aofficial&channel=s&q=teori+menunjukkan+bahwa+wanita+lebih+aktif+d
aripada+pria+di+dalam+memberikan+dukungan+%28back+channel+support
%29+terhadap+lawan+bicara&aq=f&aqi=&aql=&oq=

http://www.scribd.com/doc/22293853/Bahasa-dan-Jender

http://ongkyo.blogspot.com/2008/11/perbedaan-pria-wanita.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Genre

Anda mungkin juga menyukai